chapter 2: Mulai Mengambil Alih

31 13 4
                                    

Lyam yang saat ini tengah belajar merasa suhu udara di dalam kamarnya kian mencekam. Dia pun segera melepas earphone yang menyumbat telinganya dan menemukan jendela terbuka lebar disertai angin kencang yang membuat gorden berterbangan kesana kemari.

Lyam pun bangkit dari duduknya untuk menutup jendela. Setelah selesai menutup jendela, Lyam berjalan menuju meja belajar untuk melanjutkan kegiatannya. Baru beberapa menit Lyam duduk di kursi belajarnya, lelaki berusia tujuh belas tahun itu terperanjat saat mendengar jendela yang kembali terbuka secara kasar.

Merasa ada yang aneh Lyam kembali berdiri dan berjalan menuju jendela dengan wajah yang menatap lantai. Lyam berhenti seketika saat melihat ada kaki yang penuh dengan darah berdiri tepat di depannya.

Dia pun mendongak dan menemukan makhluk bertanduk tengah tersenyum dengan darah yang bercucuran. Lyam langsung menutup hidungnya saat mencium bau amis yang berasal dari makhluk bertanduk di depannya ini.

Makhluk bertanduk itu berjalan mendekati Lyam yang saat ini tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Tangan yang penuh dengan darah tersebut berhasil mencekik leher Lyam hingga tubuhnya berubah kebiruan.

Mendadak angin kencang datang dan menghantam makhluk bertanduk hingga membuatnya meraung-raung kesakitan dan melepaskan tangannya dari leher Lyam.

"Aden," panggilnya membuat Lyam tersadar.

Dapat Asha lihat wajah Lyam kini tengah dibanjiri oleh keringat yang membuatnya terlihat seperti habis mandi. Asha juga menemukan beberapa luka memar di tangan serta leher Lyam.

Lyam langsung menatap ke arah jendela yang tertutup rapat. Asha semakin bingung saat melihat gelagat Lyam yang aneh ini.

"Den, lo kenapa?" tanyanya lagi.

"Siapa yang izinin lo masuk ke kamar gue?" tanya balik Lyam tanpa memperlihatkan wajahnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," jawab Asha gerogi.

"Apa?" tanya Lyam to the point.

"Lo beneran bolehin gue tinggal di sini?"

"Lo kan gak punya rumah, jadi untuk sementara lo boleh tinggal di sini." Lyam merapihkan alat tulisnya.

"Gue punya rumah kok," ucap Asha tak terima dengan perkataan Lyam barusan.

"Lo bisa balik ke rumah lo kalau gitu."

Asha hanya memainkan ujung bajunya tanpa berniat membalas perkataan Lyam yang membuat Lyam menautkan alisnya heran.

"Lo nggak inget rumah juga?"

"Gue inget kok, cuma gue takut bokap nyokap udah gak tinggal di sana lagi." Asha masih memainkan ujung baju seragam.

Lyam berpikir sejenak untuk mencari ide agar Asha bisa kembali ke rumahnya dan bisa kembali berkumpul dengan kedua orangtuanya meskipun Asha sudah menjadi hantu.

"Gue punya ide, lo sama Mbak hari ini bakalan pergi ke rumah lo buat cek apakah orang tua lo masih tinggal di sana atau nggak, kalau mereka masih tinggal lo gak boleh balik ke sini lagi, tapi kalau mereka gak ada pintu rumah ini selalu terbuka buat lo," jelas Lyam yang membuat Asha menatapnya dengan mata berbinar.

"Beneran?"

Lyam hanya membalasnya dengan deheman lalu mereka berdua turun ke bawah untuk menemui Mbak yang saat ini tengah bergelantungan di atas pohon mangga, katanya sih lagi olahraga biar sehat.

Melihat ada Lyam di bawah pohon, Mbak pun buru-buru turun. "Ada apa Aden?" tanya Mbak dengan nada bicara yang lambat.

"Minta tolong anterin dia ke rumahnya Mbak," tunjuk Lyam pada siswi di sampingnya.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang