chapter 15: Pengakuan

12 5 0
                                    

Langit malam perlahan mulai dihiasi oleh bintang-bintang. Bulan saat ini tengah bersembunyi di balik awan-awan yang berada di sekitarnya, entah karena malu atau memang tidak suka menjadi tokoh utama saat malam tiba.

Hembusan angin malam yang cukup kuat menerjang rambut hitam lebat milik lelaki tinggi yang tengah berdiri di depan pepohonan yang berada di rumahnya. Dapat dia lihat pohon-pohon di depannya mulai menari-nari ketika angin datang menerjang.

Di dekat pot bunga ada seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan dirinya dari jauh. Lelaki yang memakai piyama bergambar Donal bebek itu hanya menatap langit malam dengan pikiran yang sedang berkenalan entah ke mana.

Asha tidak pernah melihat Lyam bertingkah seperti ini sebelumnya. Dia yang selalu belajar di dalam kamar, malam ini malah diam di luar tanpa membawa buku seperti biasanya.

Lyam juga tidak memakai alas kaki, telapak kakinya langsung menyentuh rerumputan yang ada di sana. "Aden," panggil Asha sambil menghampiri lelaki jangkung itu.

Lyam hanya meliriknya sekilas lalu kembali melihat banyaknya bintang-bintang yang menghiasi langit. "Aden, lo lagi ngapain di sini?" tanya Asha memulai percakapan kali ini.

Lyam menatap wajah teduh milik Asha. "Siapa Aden?" tanya balik Lyam membuat Asha menautkan alisnya.

Asha tertawa kecil sebelum berkata, "Jangan nakut-nakutin gue Den, gak lucu tau," jawab Asha tersenyum kikuk.

Lyam tidak menanggapi perkataan Asha, dia kembali melihat ke atas. Saat ini jantung Asha berdetak begitu kencang, dalam benaknya ada beberapa hal yang membuatnya sedikit takut.

Asha melihat Lyam yang sedang memegang kepalanya dengan raut wajah menahan sakit. Asha segera mendekati Lyam. "Den, lo gapapa?" tanya Asha sedikit panik.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Lyam, yang Asha dengar hanya suara helaan napas saja. Namun beberapa saat kemudian dia melihat Lyam yang tengah menatapnya dengan tatapan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Tatapan yang dingin kini berubah menjadi tatapan penuh kekecewaan, bingung, serta sedih menjadi satu. Asha juga melihat ada genangan air pada mata indah milik Lyam.

Lyam segera memalingkan wajahnya ke sembarang arah lalu menghapus jejak air mata yang berhasil keluar dari matanya.

"Apa?" tanya Lyam dingin.

"Enggak," jawab Asha canggung.

Mereka berdua pun kembali terdiam. Hanya suara jangkrik yang mengisi kekosongan diantara mereka berdua, namun tak lama Asha mengingat sesuatu yang tadi siang ingin ia tanyakan pada manusia di sampingnya ini.

"Gue mau nanya, tadi siang lo pergi ke mana Den?" tanya Asha setelah beberapa saat terdiam.

"Uks," jawab Lyam singkat.

"Kok bisa?" tanya Asha bingung sekaligus heran, ternyata manusia di sampingnya ini bisa sakit juga.

"Gue muntah," jawab Lyam dengan nada ketusnya.

"Muntah apa?" tanya Asha sudah seperti Dora the Explorer saja.

"Api." Lyam menggaruk keningnya yang gatal.

Asha melotot tak percaya dengan mulut terbuka saat mendengar penjelasan Lyam tadi. "Beneran?" tanya Asha memastikan.

"Boong." Lyam menepuk-nepuk kakinya yang baru saja digigit oleh nyamuk betina.

Asha pun kembali dibuat tertawa garing, namun beberapa saat ekspresinya berubah saat teringat sesuatu. "Den," panggil Asha membuat Lyam menatapnya.

Asha menarik napasnya dalam-dalam sebelum berkata, "Tolong bantu gue buat cari tubuh gue ya Den?" pinta Asha sedikit memelankan suaranya.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang