chapter 17: Malapetaka

10 5 0
                                    

⚠️ Di chapter ini terdapat kata-kata kasar yang sebaiknya tidak untuk ditiru!

Selamat membaca 🎉🤍



Setelah seharian penuh menerima materi dari para anggota tni dan polri kini saat mereka semua menikmati hiburan di temani api unggun. Udara malam hari di Jatinangor terasa begitu dingin namun di saat bersamaan terasa begitu hangat.

Saat ini Lyam dan yang lainnya tengah menonton pentas seni dari masing-masing perwakilan sekolah. Salah satu siswi yang tengah memeluk gitar mulai mengalihkan perhatian semua orang. Siswi yang tingginya mencapai 167 cm dengan rambut yang ia kuncir kuda mulai memetik satu persatu senar.

Siswi yang memiliki paras ayu nan teduh itu kini tengah membawakan sebuah lagu yang saat ini cukup digandrungi oleh kalangan remaja. Para siswa-siswi yang mengetahui lagu yang dia bawakan pun
mulai bersorak-sorai mengikuti alunan musik membangun suasana hangat pada malam ini.

Suara merdu milik si siswi mampu membuat siapa saja merasa nyaman saat mendengarnya. Namun ada yang mencuri perhatian Lyam sedari tadi. Lyam melihat ada sesosok laki-laki dewasa yang tak menampilkan ekspresi sedikitpun, tapi bukan itu masalahnya.

Meskipun dia tak menampilkan ekspresi, dapat Lyam ketahui bahwa lelaki berwajah pucat itu memiliki dendam besar terlihat dari tatapan matanya. Sepanjang lagu perhatian Lyam tak luput dari lelaki yang berdiri di belakang si siswi.

Ketika Lyam ingin melihat jam yang berada di pergelangan tangannya, mendadak ada angin kuat yang menerjang tubuhnya. Lyam memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa begitu berat dengan dada yang mulai panas.

Raja yang duduk di samping Lyam merasa ada cairan yang aneh di tangan kanannya. Tadinya Raja kira itu adalah cipratan air hujan, namun anehnya hanya tangan kanannya saja yang basah sedangkan tangan kirinya tidak.

Raja terdiam beberapa detik saat melihat ada cairan kental yang membasahi lengannya. Cahaya tempat Raja duduk tidak begitu bagus alhasil dia tidak bisa mengetahui cairan kental apa yang berada di tangan kanannya ini.

Raja pun memutuskan untuk bertanya kepada Lyam yang tengah menunduk. "Heh Kutbuk." Tadinya Raja ingin memegang pundak Lyam namun urung saat melihat Lyam yang langsung menatapnya dengan hidung yang sudah tertutupi oleh darah.

Raja langsung membulatkan matanya lalu meminta bantuan Imam yang duduk di sebelahnya sambil berbisik agar tidak menganggu yang lainnya. "Mam, Imam... minta tisu," ucap Raja sedikit berbisik.

"Ha?" tanya Imam yang tidak bisa mendengar suara Raja karena suara musik yang cukup keras.

Raja yang kesal pun mencubit lengan Imam. "Tisu Imam." Raja mendekatkan bibirnya ke telinga Imam.

"Oh... bentar ya," ucap Imam lalu merogoh kantong celananya dan memberikan tisunya pada Raja.

"Makasih," ucap Raja yang dibalas anggukan kecil oleh Imam.

"Nih." Raja memberikan tisu tadi pada Lyam yang masih menatapnya.

Lyam mengambil tisu yang diberikan oleh Raja dengan gelagat yang cukup aneh, Raja melihat lengan Lyam yang bergetar hebat saat menerima tisu pemberiannya. "Ma-makasih," ucap Lyam lalu memalingkan wajahnya ke sebelah kanan.

Raja yang melihat itupun menautkan kedua alisnya bingung. Tidak mau memikirkan hal yang tidak-tidak akhirnya Raja pun kembali nonton acara sambil membersihkan cairan tadi. Pentas seni pun akhirnya selesai pukul sepuluh malam, mereka semuapun segera bergegas menuju tendanya masing-masing untuk beristirahat.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang