chapter 13: Suicide Or Murder?

11 7 4
                                    

Sudah hampir dua Minggu lebih Ryo menjadi teman sebangku Lyam. Seminggu kebelakang Lyam sering menghabiskan waktunya bersama Ryo dan juga Asha tentunya.

Akhir-akhir ini Lyam sudah tidak melakukan hal-hal aneh seperti sebelum-sebelumnya. Entah apa yang terjadi tapi semoga saja ketenangan ini berlangsung lama.

Pagi ini banyak siswa-siswi yang sudah berdatangan dan membicarakan sesuatu yang Lyam dan Asha tidak mengerti. "Mereka ngomongin apa sih Den?" tanya Asha yang tidak mendapatkan respon sama sekali.

Baru saja Lyam masuk ke dalam kelas, Ryo langsung membawanya duduk lalu mulai membuka obrolan yang sedang ramai dibicarakan oleh semua murid SMA Nusa Harapan.

"Lo tau gak?" tanya Ryo membuka obrolannya pagi ini dengan Asha yang berada di depan meja mereka.

"Gak," jawab Lyam singkat lalu melepaskan tangan Ryo dari tangannya kemudian ia mengambil buku untuk dibaca.

Asha yang mendengar ucapan Lyam barusan dibuat kesal sekaligus tidak percaya dengan apa yang Lyam katakan tadi, kalau Asha jadi manusia sudah dipastikan dia akan memukul kepala Lyam mengunakan buku tebal yang sering ia lihat di kamar milik laki-laki tinggi ini.

Ryo berdecak sebal. "Bodo deh, yang pasti semua murid lagi bicarain si Arumi," jelas Ryo membuat Lyam langsung meliriknya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Kok gitu banget sih ngeliatin nya?" tanya Ryo sedikit takut.

Asha yang berada di sana pun merasakan hal serupa dengan apa yang dirasakan oleh Ryo. Lyam pun kembali fokus pada buku yang sedang ia baca dan mengabaikan ucapan Asha yang sedang mengoceh tak jelas itu.

Di kelas 12 B1 saat ini sedang dihebohkan dengan kedatangan sang bintang utama yang menjadi topik hangat saat ini. Pagi ini penampilan Arumi tidak seperti biasanya, wajah Arumi yang selalu segar hari ini tampak begitu lusuh, bibir yang selalu pink karena memakai lip balm hari ini tampak pucat sedikit kebiruan.

Kelas yang awalnya berisik seperti pasar Minggu, mendadak hening saat dirinya masuk ke dalam. Arumi melihat semua teman kelasnya yang menatapnya dengan pandangan benci. "Ngapain ngeliatin?" tanya Arumi ketus.

"Dih, dasar gak punya malu, urat malu lo udah putus ya? Tebel juga tuh muka, info merek semen dong Kak," ucap siswi bernama Dian yang tak lain adalah musuh bebuyutan Arumi di kelas.

Arumi tersenyum miring. "Bukannya itu lo ya? Simpanan om-om jangan sok keras, udah bunting berapa kali Mbak?" sindir Arumi membuat siswi di depannya ini mengepalkan tangannya kuat.

"Dasar pembunuh, gak tau malu!" bentak Dian membuat amarah Arumi membuncah.

"Ngaca bege, gak usah merasa jadi makhluk paling sempurna deh." Arumi langsung menampar pipi Dian dengan kasar.

"Lo yang mulai duluan." Arumi ingin pergi menuju kursinya namun terhenti saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut wanita tak tau diri di depannya ini.

"Pembunuh, dasar pembunuh, mending lo mati aja deh, hidup juga cuma jadi beban dunia aja!!" teriaknya yang langsung mendapatkan sorakan dari teman sekelasnya.

Tanpa menunggu lama Arumi langsung melempar tasnya begitu saja lalu menjambak rambut halus milik Dian hingga sang empu teriak kesakitan. Tak sampai di sana, Arumi pun menggigit lengan mulus terawat milik Dian hingga berubah kemerahan.

Untung saja Nadilla juga Alexi datang diwaktu yang tepat, tanpa menunggu lama mereka berdua segera membawa Arumi menjauh dari Dian. "Arumi, udah cukup!" ucap Alexi membuat Arumi menatap nyalang ke arahnya.

"Arumi, lo dipanggil buat dateng ke ruangan kepala sekolah," ucap Aji yang tengah diam di depan pintu kelas dengan wajah datar.

"Gue belum selesai sama lo ya, tunggu aja lo bakalan mampus ditangan gue!" Arumi menunjuk Dian dengan mata yang sudah memerah.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang