chapter 12: Teror

14 8 0
                                    

Ada yang menganggu pikiran Lyam sejak tadi pagi, entah kenapa dia memikirkan tentang sikap Ryo yang berubah drastis padanya. Yang awalnya jijik ketika melihat Lyam, sudah seperti melihat kuman dari tumpukan sampah kotor dan selalu bersikap ketus terhadapnya.

Namun tadi pagi Ryo dengan entengnya menawarkan diri untuk duduk bersamanya. Ditambah lagi Lyam menemukan Arumi tengah membaca buku diarynya, membuat pikirannya saat ini benar-benar kacau.

Sejak kejadian tadi pagi Lyam jadi tidak fokus dengan pembelajaran hari ini. Dia lebih banyak melamun ketimbang memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi.

Hingga saat ini, ketika semua murid sudah berlarian ke luar kelas menuju gerbang Lyam hanya melamun dengan tatapan kosong membuat Asha menautkan kedua alisnya.

"Den, lo kenapa?" tanya Asha menghampiri tempat duduk Lyam.

Lyam menutup matanya lalu menghela napas panjang. Dia memilih merapihkan alat tulisnya ketimbang menjawab pertanyaan Asha. Selesai memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas, Lyam langsung menggendong tasnya dan meninggalkan Asha yang tengah kebingungan.

"Den, lo kenapa sih?" tanya Asha yang tengah berdiri di depan Lyam.

"Minggir," jawab Lyam singkat.

Dengan perasaan kesal Asha pun mau tak mau harus menuruti perkataan Lyam tadi. Dengan segera Lyam langsung berjalan ke luar dan mengunci pintu kelas. Lyam melirik Asha sekilas sebelum berkata, "Gue ada rapat," ujar Lyam sedikit ketus.

"Lo boleh balik duluan," lanjutnya membuat Asha memutar bola matanya.

"Yaudah." Setelah menyatakan itu, Asha langsung menghilang dari hadapan Lyam.

Lyam pun berjalan menuju locker untuk mengambil buku diarynya sebelum pergi ke Sangar untuk melakukan rapat anggota Pramuka. Sebenarnya Lyam tidak menyukai hal ini, namun karena tidak ada kegiatan lain akhirnya dengan sedikit berat hati Lyam melangkahkan kakinya menuju Sangar.

Ketika Lyam membuka pintu Sangar, dia langsung mendapati tatapan tajam dari anggota Pramuka lain yang sudah ada sedari tadi. Lyam langsung mendudukkan bokongnya di dekat salah satu siswa kelas lain yang terkenal dengan sebutan televisi nasional.

"Oke, semuanya sudah hadirkan?" tanya salah satu siswa berwajah manis yang mendapatkan gelar Bantara.

"Udah mungkin," jawab siswa yang berada di samping Lyam.

"Jadi rapat kali ini mau bahas tentang perlombaan yang bakalan dilaksanain beberapa Minggu lagi, waktu itu gue pernah bahas ini di grup kan?"

"Harmoni beragama?" tanya siswi yang memakai jilbab segi empat.

Siswa itu mengangguk sambil tersenyum manis. "Kata Kak Windah lomba itu bakalan dilaksain nya di Jatinangor, kita bakalan tinggal di sana sekitar tiga harian jadi mulai sekarang kita siapin semuanya, gue juga udah bilang kok sama kesiswaan dan kata Pak Eko boleh tapi jangan ganggu waktu belajar," jelasnya pada semuanya.

"Apanya?" tanya salah satu siswi berambut pendek yang belum paham apa yang dimaksud siswa barusan.

"Latihannya jangan di waktu belajar, habis pulang sekolah atau gak hari libur," jawabnya sambil tersenyum.

Mereka semuapun mengangguk mengerti. Namun beberapa saat kemudian salah satu dari mereka mengangkat tangannya membuat semua melihat ke arahnya. "Gue mau nanya, nanti kita bakalan latihan apa aja? Kita bakalan dibagi jadi beberapa kelompok gak?" tanya Raja beruntun.

"Gue mau ngomong dulu sama Kak Windah kalau soal latihan, kalau bagian kelompok kayanya bakalan dibagi jadi beberapa kelompok gitu deh buat pemisah antara siswa dan siswi, nanti kita omongin lagi di grup biar lebih jelas sekalian sama Kak Windah," jawabnya membuat semuanya mengangguk mengerti.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang