"Kamu dengar tidak?" tanya Pak Eko pada muridnya itu.
"Dengar Pak," jawab Ryo takut.
Pagi-pagi buta Ryo sudah harus berurusan dengan Pak Eko yang terkenal galak dan menyeramkan dikalangan murid SMA Nusa Harapan ini. Sebenarnya ini juga salah Ryo sendiri, bukannya masuk ke kelas setelah mendengar bel berbunyi Ryo malah berkeliaran di luar, alhasil dia harus mendengar suara bak toa masjid milik Pak Eko.
Untung saja saat ini kantor sedang sepi karena para guru sedang mengajar jadi Ryo tidak terlalu malu. Kupingnya saat ini sudah kesakitan karena terus menerus mendengar suara Pak Eko tepat di dekat telinganya.
Ryo mengusap-usap telinganya lalu menatap wajah Pak Eko meskipun takut. "Ryo boleh ke kelas kan?" tanya Ryo memberanikan diri.
"Boleh." Ryo segera mengembangkan senyumannya saat mendengar jawaban dari Pak Eko.
Namun sedetik kemudian senyuman itu sirna saat dia mendengar lanjutan dari ucapan Pak Eko tadi. "Tapi setelah kamu selesai berdiri di lapangan," ucap Pak Eko yang langsung melihat wajah kecewa Ryo.
Ryo baru menyadari kalau Pak Eko tidak mungkin semudah itu langsung mengizinkan dirinya begitu saja untuk kembali ke kelas sebelum dia mendapatkan hukuman. Dengan perasaan campur aduk Ryo mencium tangan Pak Eko sebelum pergi menuju lapangan untuk berjemur hingga waktu istirahat tiba.
Di koridor Ryo tidak sengaja bertabrakan dengan seorang siswi namun untungnya saja mereka berdua tidak terjatuh. Si siswi segera meminta maaf dengan wajah menunduk.
Ryo hanya mengangguk singkat, si siswi pun kembali melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa membuat Ryo menautkan kedua alisnya. Aroma yang tidak mengenakkan masuk begitu saja ke hidung Ryo membuatnya segera menutup hidung mancungnya.
"Bau banget." Ryo berbalik untuk melihat siswi tadi yang hanya terlihat pundaknya saja.
Ryo menggeleng cepat dan kembali berjalan menuju lapangan sebelum Pak Eko memberikannya hukuman tambahan.
Di kelas 12 B1 saat ini sedang tidak kondusif dikarenakan guru mata pelajarannya belum juga memperlihatkan batang hidungnya membuat mereka semua asik mengobrol. Namun untung saja semua murid tidak ada yang di luar kelas, jadi mereka tidak akan dimarahi oleh guru piket.
Aji selaku ketua kelas hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelasnya berubah seperti kebun binatang dengan hewan yang berbagai jenisnya. Aji yang duduk di kursi paling depan melihat segerombolan siswi yang saat ini tengah asik bergosip.
Aji yang ketularan penyakit kepo dari Nusa pun berjalan menuju segerombolan siswi untuk ikut nimbrung. Perlu kalian ketahui Aji di kelasnya bukan hanya seorang ketua kelas saja namun dia juga mendapatkan julukan dari para siswi kelasnya Ajitusip, singkatan dari Aji tukang gosip.
Dia akan menjadi duta gosip di tongkrongan setelah Nusa tentunya. Aji meminta agar salah satu siswi yang memakai dasi dengan hiasan berbentuk hati agar memberikannya kursi.
"Gosip apaan nih?" tanya Aji setelah mendapatkan kursi.
"Tentang si onoh," jawab siswi yang di kuncir kuda dengan pita berwarna pink di belakangnya menunjuk salah satu siswi yang duduk di bangku paling belakang.
Aji diam sejenak sebelum kembali bertanya, "Tumben gosipin tuh anak," ucap Aji heran karena biasanya siswi di kelasnya selalu membicarakan anak kelas lain dan jarang sekali membicarakan teman sekelasnya.
"Dia berulah lagi," ucap siswi yang berpakaian seperti seorang preman pasar dengan rambut yang ia potong seperti laki-laki.
Aji menautkan kedua alisnya bingung. "Berulah kenapa?" tanya Aji mulai cosplay Dora the Explorer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find out the world
Teen FictionLyam Mahatma adalah seorang indigo yang membantu Asha, teman hantunya untuk menemukan jasadnya. Lyam akan melalui berbagai macam masalah yang berkaitan dengan kematian Asha. "Lo itu pembunuh!" "Pembunuh gak pantas sekolah di sini, mending pindah aja...