chapter 10: Mimpi

13 8 0
                                    

Seorang siswi yang baru datang langsung melempar tasnya begitu saja, lalu berjalan menuju bangku belakang untuk memberi pelajaran kepada satu orang yang sudah mengusiknya.

Dia langsung menggebrak meja membuat sang empu terperanjat. Tanpa menunggu lama siswi itu langsung membawa siswi yang memakai cardigan berwarna merah muda untuk keluar dari kelas.

Namun sayangnya si siswi memberontak, tak sengaja menggores lengan mulus milik siswi yang tidak memakai rompi, mengunakan kuku panjangnya. Siswi yang tak memakai rompi pun segera mendorong tubuh berisi siswi tadi hingga tubuhnya menubruk meja.

"Sialan!" teriaknya membuat seisi kelas terdiam.

Dia kembali berjalan menuju tempat siswi tadi lalu meraih kasar kepalanya membuat nya berteriak kesakitan karena kuku panjang milik dia menggores kulit kepala si siswi.

Tak cukup sampai di situ siswi yang memiliki mata belo dengan santainya membenturkan kepala si siswi ke lantai berkali-kali hingga membuat hidungnya mengeluarkan darah segar.

Masih belum puas dengan semua yang tadi ia lakukan, kini dia membawa si siswi agar berdiri lalu dia langsung menendang perut si siswi hingga tubuh si siswi tersungkur menyentuh lantai.

Melihat itu semua salah satu dari murid yang memakai kacamata bulat segera berlari keluar kelas untuk mencari sang ketua kelas yang entah pergi kemana. Dia menemukan Aji tengah berjalan di koridor seorang diri. Segera mungkin dia menghampiri Aji.

"Ji, si Arumi," ucapnya sedikit ngos-ngosan.

Aji yang paham pun segera berlari dan meninggalkan siswa berkacamata sendirian. Benar saja ketika Aji sampai di depan pintu kelas yang tengah terbuka, dia melihat Arumi sedang memukuli seorang siswi dengan membabi-buta.

"Arumi!" teriak Aji menggema di dalam kelas.

Aji langsung menghampiri tempat Arumi dan membawanya menjauh dari si siswi yang saat ini sudah tidak berdaya. Arumi yang tak suka pun berusaha menghempaskan cengkraman Aji namun sayangnya tenaga Aji lebih besar darinya.

"Bisa gak usah bikin ulah? Belum ada satu minggu kelas kita dipanggil BK masa harus dipanggil lagi?" tanya Aji masih mencengkeram kuat lengan Arumi yang saat ini mengeluarkan darah.

Arumi langsung menyentakkan tangan Aji secara kasar. Dia menatap nyalang ke arah Aji yang menatapnya bingung. "Gak usah jadi pahlawan lo!" ucap Arumi dengan napas yang masih menggebu-gebu.

"Gue bukan mau jadi pahlawan, tapi itu semua emang udah tugas gue menjaga kedamaian kelas kita," ucap Aji bijak.

Arumi memutar bola matanya malas mendengar penuturan Aji barusan. Arumi melihat pergelangan tangannya yang memerah karena ulah Aji. Dia pun mengepalkan tangannya dengan mata memerah.

"Emang dia punya salah apa sama lo? Kalau masih bisa dibicarain baik-baik kenapa harus pake kekerasan segala sih? Lo itu cewek, gue yang cowok aja gak pernah bertingkah kaya lo tadi, lo tau tindakan lo itu udah termasuk tindakan kriminal, lo gak kasian sama nyokap bokap lo?" Pernyataan Aji barusan langsung membuat amarah Arumi membuncah.

"Gak usah bawa-bawa nyokap gue, lo gak tau apa-apa tentang keluarga gue!" Arumi mencengkram kerah seragam Aji.

Mata Aji membulat saat dia melihat air mata yang keluar dari mata indah milik Arumi. Merasa matanya panas Arumi segera membuang wajahnya ke sembarang arah. Dia menghapus air matanya lalu berlari keluar kelas.

Aji segera tersadar lalu berbalik dan menemukan siswi tadi yang saat ini tengah menunduk dan terdapat noda darah pada seragamnya. "Heh Susi, bantuin tuh temen lo," ucap Aji pada siswi yang berpenampilan seperti seorang laki-laki.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang