chapter 11: Siapa Dia?

16 9 2
                                    

Saat ini Lyam tengah duduk bersama dengan salah satu penjual bubur yang berada di sekitaran rumah sakit. Sedari tadi Lyam hanya melamun dengan pikiran yang entah pergi ke mana dengan buku di tangan kanannya.

Penjual bubur yang tengah membersihkan gerobaknya melirik Lyam sebelum akhirnya berkata, "Kamu lagi mikirin apa? Saya liat dari tadi ngelamun terus," ucapnya yang tidak digubris sama sekali oleh Lyam.

Melihat itu si penjual bubur pun dibuat bingung. Dia menghampiri Lyam lalu menyentuh pundaknya membuat Lyam tersadar. Lyam tersenyum tipis lalu berpamitan sebelum benar-benar meninggal tempat itu.

Seharusnya saat ini Lyam tengah menjenguk Uwa nya yang sedang dirawat karena penyakit darah tingginya. Namun Lyam malah diam di tempat penjual bubur. Dia sedari tadi berusaha mengingat kejadian sebelumnya namun hasilnya nihil.

Lyam memegang hidungnya untuk memeriksa apakah ada darah seperti biasanya. Dia berulang kali memegang hidungnya namun Lyam tidak menemukan setitik darah pun di jari-jari tangannya.

Di dalam kepalanya terbesit satu nama yang tak lain adalah orang yang dulu pernah berada di dalam tubuhnya. Lyam mengusap wajahnya kasar, tak lama dia mendengar suara panggilan telepon dari saku celananya.

Lyam segera mengangkat panggilan telepon dari sang Kakak. "Apa?" tanya Lyam pada Arziki dengan nada dingin.

"Lo lagi di mana?" tanya balik Arziki dari seberang sana.

"Di depan, deket tukang jualan," jawab Lyam.

Setelah mengatakan itu semua, Lyam segera menutup panggilan secara sepihak lalu berjalan menuju tempat keluarnya mobil.

***

"Ja, gue mau ngomong," ucap Nusa sedikit berbisik.

"Tinggal ngomong aja, kenapa harus bisik-bisik?!" tanya Raja sedikit ngegas.

Nusa segera menutup mulut Raja ketika siswa-siswi yang tengah berada di dalam kelas melirik ke tempatnya. "Lo mah gitu Ja," ucap Nusa merajuk saat Raja dengan kasar melepaskan tangan Nusa dari mulutnya.

"Emang mau ngomong apa sih?" tanya Raja dengan wajah kesal.

"Tadi kan gue disuruh sama Pak Eko buat ngambil buku di perpustakaan, waktu mau ngambil buku paket gue gak sengaja jatuhin buku siswa-siswi sekolah kita Ja," jawab Nusa membuat Raja menautkan kedua alisnya.

"Apa?" tanya Raja lagi.

"Gue nemu buku siswa-siswi sekolah kita Raja," jawab Nusa membuat Raja membulatkan matanya.

"Terus?"

"Gue nemuin wajah si Mamat di buku itu." Nusa menggerakkan kakinya ke sana kemari.

"Lo lupa Nu, kata si Aksa jangan cari tahu tentang si Mamat dodol, gimana kalau si Aksa tau?"

"Tapi sekarang dia gak sekolah." Nusa menampilkan wajah yang super duper tengil.

"Yaudah gue aduin kalau gitu." Raja mengambil handphone lalu mengetikkan sesuatu pada layarnya.

"Jangan Ja, emangnya lo gak kepo sama nama asli si Mamat?" Mendengar perkataan Nusa barusan membuat jiwa kepo Raja keluar seketika.

"Apa?" tanya Raja yang sedang cosplay Dora the Explorer.

"Nama dia Axel, dia anak kelas 10 A1 yang sekarang jadi kelas 12 A1," jawab Nusa membuat kedua mata Raja membulat.

"Jadi dia pernah sekelas sama si Kutu buku?" tanya Raja lagi yang dibalas anggukan kepala oleh Nusa.

"Apa yang dimaksud si Dora ini si Aceng?" batin Raja membuat Nusa menautkan alisnya heran saat melihat wajahnya.

"Eh Nu, lo pernah inget gak sama satu orang kelas kita?" tanya Raja membuat Nusa tidak jadi menanyakan sesuatu yang tadi ada di kepalanya.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang