chapter 4: Dirinya Yang Lain

35 9 2
                                    

Seperti kebanyakan Ibu rumah tangga pada umumnya, pagi-pagi sekali Prisa sudah disibukkan dengan pekerjaan rumah. Saat ini Prisa tengah membersihkan kamar Lyam dan mengganti seprei. Setelah selesai mengganti seprei, Prisa beralih menuju meja belajar Lyam yang lumayan berantakan.

Ketika Prisa tengah merapihkan buku-buku milik anaknya, perhatiannya tertuju pada secarik kertas yang berada di atas buku berwarna coklat tua. Prisa langsung membaca tulisan tersebut.

"Aku selalu ada di dekatmu," ucap Prisa membaca tulisan dengan tinta merah.

Prisa berpikir sejenak, dia merasa ini bukan tulisan tangan putranya karena tulisan ini mirip tulisan orang-orang zaman dulu. Prisa mendengar suara teriakan dari Lyam yang memanggil namanya, sontak Prisa langsung memasukan kertas tersebut ke dalam saku baju.

"Mamah, si Abang tuh," ucap Lyam di dekat pintu.

"Ya Allah ini masih pagi, kalian teh gimana sih?" Prisa mengambil kembali penyedot debu dan membawanya keluar kamar.

"Daripada berantem mah, mending kalian siram tanaman di depan sana." Prisa masuk ke dalam kamar milik Arziki yang super duper berantakan.

Kedua putranya hanya diam sambil menatap wajah awet muda milik Prisa. Prisa langsung menjatuhkan penyedot debu yang ia bawa membuat kedua anaknya sadar dan segera kabur dari sana untuk menyirami tanaman.

Di depan rumah, Arziki menyuruh Lyam agar menyirami pohon mangga dan tanaman yang ada di dekatnya. Sedangkan Arziki dia hanya menyiram bunga-bunga indah yang berada di dekat garasi mobil.

Lyam langsung berjalan dengan selang di tangannya menuju pohon mangga tempat nongkrong Mbak. Namun Lyam tidak menemukan keberadaan kedua temannya yang selalu mengganggu dirinya. Lyam mulai menyalakan air lalu menyirami pohon dan tanaman yang berada di sana satu persatu.

Arziki yang sudah selesai menyiram bunga-bunga kesukaan Mamahnya langsung beralih menuju ke tempat Lyam. Dia melihat Lyam yang sedang menyirami tanaman dengan tingkah aneh.

Dia langsung menepuk pundak Lyam agar Adiknya mematikan air yang terus mengalir. Lyam tidak menggubrisnya, dia terus menatap ke depan dengan tatapan kosong membuat Arziki kesal sendiri dan akhirnya mengambil alih selang secara kasar.

"Bisa banjir, lo gimana sih?" Arziki langsung mematikan air dan menyimpan selangnya kembali.

Ketika Arziki kembali dia mendapati Lyam yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan membuat Arziki parno sendiri. Adiknya ini memang sulit ditebak, tadi dia masih baik-baik saja tapi kenapa sekarang malah seperti ini?

"Lo kenapa sih Dek?" tanya Arziki mulai cemas.

Lyam hanya menatapnya tanpa berniat menjawab pertanyaan dari Arziki. Tak lama Prisa datang membuat Arziki sedikit tenang. Prisa menyuruh keduanya untuk pergi ke supermarket untuk membeli barang-barang yang sudah habis.

Setelah mengatakan itu Prisa pun kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan kegiatan bersih-bersih nya. Arziki langsung melirik ke arah Lyam yang masih menatapnya tanpa berkedip membuat Arziki takut.

"Mau ikut?" tanya Arziki dengan suara kecil.

Lyam hanya menganggukkan kepalanya lalu mereka berdua pergi ke supermarket mengunakan mobil. Di perjalanan menuju supermarket, Arziki masih melihat Lyam yang diam seperti patung.

Arziki merasa ada yang tak beres dengan Adiknya ini, ketika sudah sampai di rumah dia akan memberitahu Prisa tentang ini.

"Lo tunggu di sini atau ikut masuk?" tanya Arziki ketika sudah sampai di depan supermarket.

Lagi-lagi tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Lyam. Arziki yang sudah muak pun pergi meninggalkan Lyam sendirian. Melihat Arziki masuk begitu saja membuat Lyam tersenyum miring lalu berjalan keluar dari kawasan supermarket.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang