Tandai typo✓
Happy reading~
______________________Tak
Tak
Tak
Suara ketukan sandal Rana yang turun tangga ternyata mampu mengalihkan semua mata yang kini tengah duduk di meja makan.
"Lama" cibir Gavin, menatap sinis pada sang adik yang terlihat duduk santai di depannya.
"Gue gak nyuruh lo nunggu, makan ya makan aja" balas Rana santai yang membuat Gavin kesal.
Kesal karna gadis ini sudah berani melawan perkataannya.
"Lo-
"Sudah, sudah" tegur Danu, sang kepala keluarga.
Danu beralih menatap Rana yang kini sibuk memainkan ponselnya. Sedangkan Mira, wanita itu tengah mengambilkan hidangan makan malam untuk keluarganya.
"Dan kamu Rana, sejak kapan kamu menjadi tidak sopan begini? Kamu sudah berani menjawab perkataan papa dan abang mu" ujar Danu tidak habis pikir dengan perubahan sang putri yang menurutnya drastis.
Mira hanya melirik mereka, sedangkan Rana masih tidak bergeming. Gadis itu bermain ponsel tanpa menghiraukan ucapan Danu.
"Ranaya! Papa sedang bicara!" Seru Danu yang mulai marah karna gadis itu tidak memperdulikannya.
Mira yang duduk di sebelah Rana, menepuk pelan paha sang putri guna menyadarkannya dari kesibukannya.
Dengan malas, Rana mendongak menatap papa dan sang abang yang kini tengah tersenyum seakan mengejeknya.
"Apa? Bukannya tadi papa bilang aku gak sopan karna jawab ucapan kalian? Makanya aku diem. Kenapa? Aku salah lagi?" Ujar Rana polos yang membuat Danu menghela nafasnya kasar.
"Makan" titah pria itu tanpa merespon ucapan Rana.
Gavin sontak mengerutkan dahinya tidak suka.
"Makan, Gavin" Mira lebih dulu menyela Gavin saat melihat pemuda itu membuka mulutnya yang seakan ingin protes.
Gavin mendengus lirih, kemudian menyantap makan malamnya dengan tidak hikmat.
Dia masih memikirkan keanehan yang terjadi pada adiknya itu. Tiba-tiba melupakannya dan bersikap beda dari biasanya.
Rana tidak akan berani melawannya, apalagi membantah ucapan sang papa. Tapi sekarang? Lihatlah, betapa beraninya gadis itu. Rana menjawab ucapan papa nya hingga pria tersebut terdiam.
Dia melirik Rana dan menatapnya rumit.
Jika dilihat lebih teliti, ada yang berbeda dari wajah adiknya. Gadis itu terlihat lebih cantik dari biasanya, entah karna apa. Mungkin karna Rana tidak berdandan?
Dia selalu melihat Rana dengan tampilan makeup nya, hanya make up tipis.
Rana ini tidaklah dingin jika bersamanya. Dia bersikap layaknya sang wanita penghibur, menempelinya setiap saat. Bahkan dia tidak segan menjauhkan gadis-gadis yang sempat dekat dengannya.
Hal itulah yang membuatnya risih dan berangsur benci.
Namun berbeda jika bersama orang lain. Yang dia lihat, Rana akan bersikap dingin pada mereka semua. Jauh berbeda saat bersamanya.
Tapi sekarang gadis itu berbeda. Dia seakan tidak mengenalnya. Rana terlihat seperti orang lain.
Menyadari ada yang menatapnya, Rana mendongak dan menaikkan alisnya saat matanya menangkap ternyata Gavin lah yang sedari tadi memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH TANPA ENDING ✓
Teen Fiction"Gila... Ini gila" "G-gue transmigrasi? Sial!" "Gue bakal menjauh dari mereka semua, gue gak mau mati sia sia" -Ranaya *** "Selagi lo hidup, lo gak bakal bisa ngejauh dari gue Ranaya. Dan jangan pernah berpikir untuk mati demi bisa ngejauh dari gue"...