Tandai typo✓
Happy reading~
______________________"RANAYA! RANAYA! MAEN YOK!!"
Semua teman kelas Rana sontak menutup telinga masing-masing saat mendengar teriakan Satya yang lumayan memekakkan.
Rana yang tengah menyusun buku di dalam laci pun langsung keluar kelas saat namanya dipanggil.
Cheli dan Saras mengekori Rana dengan tatapan binar saat mengetahui yang memanggil teman mereka adalah Inti Avegas.
Rindi hanya memutar bola matanya malas.
"Ayo kantin" ajak Skala sembari menarik tangan Rana.
Namun sang empu menahannya.
"Nanti deh gue nyusul, gue mau ke Rooftop bentar" ujarnya.
"Mau ngapain?" Tanya Egi bingung.
"Ada lah" Rana terkekeh yang membuat mereka menatapnya aneh.
"Eh gue titip curut-curut gue ya! Bye!" Lanjutnya lalu berlari meninggalkan mereka yang tercengang.
Seakan sadar, Satya langsung merangkul pundak Cheli.
"Ayo Chel, gue traktir" ujarnya dengan senyuman manis.
"Gue gak miskin" ketus Cheli sembari menghempaskan tangan Satya yang bertengger di pundaknya.
Gadis itu pun pergi, diikuti oleh Rindi dan Saras yang kini menyengir tidak enak pada Inti Avegas.
Satya memegang dadanya seakan nyeri.
"Minimal ganteng, bro" ujar Ares seraya menepuk bahu Satya, lalu pergi.
"Kasian" timpal Darren tersenyum miris, kemudian pergi menyusul Ares.
"Sialan" umpat Satya yang membuat Skala dan Egi tertawa.
Hanya Liam yang tidak berada disana.
****
Ceklek
Rana lebih dulu memasukkan kepalanya dari balik pintu Rooftop yang telah ia buka.
Disana terlihat sosok Liam yang terbaring di sofa dengan satu lengan yang bertumpu di dahinya.
Rana berjalan menghampirinya dengan senyuman lebar. Setelah sampai di depan Liam, dia berlutut.
"Pak bos" panggilnya pelan yang nyaris terdengar seperti bisikan.
Tidak ada sahutan dari sang empu.
"Pak bos tidur kah?" Rana kembali bersuara namun yang ia dapati hanya keheningan karna Liam tidak memberinya sahutan.
Rana meletakkan kedua tangannya di sisi sofa, lalu menumpukan dagunya disana, menatap lekat wajah rupawan milik Liam.
Tidak heran jika pemuda ini yang menjadi protagonis.
Wajahnya sangat tampan. Selain tampan, Liam ini pintar. Dia juara umum. Dia juga berasal dari keluarga terkenal, membuat identitasnya semakin melambung tinggi.
Namun ada satu kekurangan.
Liam tidak terlahir dalam keluarga harmonis.
Rana berkedip kaget saat tiba-tiba saja Liam membuka matanya dan menatapnya datar.
Seakan sadar, Rana pun menegakkan tubuhnya lalu menyengir manis.
Liam menaikkan kedua alisnya seakan bertanya maksud kedatangan gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH TANPA ENDING ✓
Teen Fiction"Gila... Ini gila" "G-gue transmigrasi? Sial!" "Gue bakal menjauh dari mereka semua, gue gak mau mati sia sia" -Ranaya *** "Selagi lo hidup, lo gak bakal bisa ngejauh dari gue Ranaya. Dan jangan pernah berpikir untuk mati demi bisa ngejauh dari gue"...