Tandai typo✓
Happy reading~
_______________________Disinilah Liam berada.
Markas Avegas.
Tempat yang tadinya tertata rapi, kini sudah berantakan. Barang-barang berserakan di lantai, bahkan taman kecil yang sengaja ia buat, terbakar.
Liam mengepalkan tangannya, tatapannya kian mendingin.
Siapa yang berani melawannya dengan terang-terangan seperti ini?
Ting
Suara dering notifikasi, membuat pandangan Liam beralih pada ponselnya.
Dion Adiyaksa
Masih tidak mau pulang?Liam mengeraskan rahangnya.
Ternyata ini ulah pria yang sialnya menjadi ayahnya.
Dengan amarah yang memuncak, dia berbalik dan pergi begitu saja, melewati teman-temannya yang sampai.
"Eh Liam? Lo mau kemana?" Tanya Satya, menatap kepergian Liam dengan heran.
Darren langsung menahan Satya yang ingin menyusul Liam.
"Dia punya urusan pribadi sama om Dion" ujar pemuda itu tenang.
Satya terdiam sejenak, lalu mengumpat.
"Kerjaan pria tua itu lagi" desis Satya tajam.
Ini bukan kejadian pertama kalinya Markas mereka diserang oleh anak buahnya Dion hanya karna Liam tidak menuruti ucapannya.
"Gue mau bunuh dia" ujar Ares menahan amarah.
Egi menatap Ares dengan tatapan tenang.
"Kita minta izin dulu sama bang Liam" ujarnya lalu masuk ke dalam, membantu anggota Avegas yang sibuk membereskan kekacauan itu.
"Setelah dapet izin Liam, gue bakal ikut andil" ujar Satya sembari menepuk pundak Ares dan pergi dari sana.
Darren menghela nafasnya.
Jika sudah begini, dia hanya bisa berusaha menenangkan mereka.
"Tahan emosi lo, Res. Om Dion masih dibawah pantauan pemerintah. Kalo lo nyentuh dia, pemerintah bakal kacau dan kita bakal kena imbasnya" ujar Darren mengingat sosok Dion yang begitu penting dalam pemerintahan negara mereka.
Ares hanya mendengus lalu pergi, meninggalkan Darren yang kini menatap kepergiannya dalam diam.
****
"Skala! Bisa pelan gak?!" Seru Rana yang kesal setengah mati dengan Skala.
Pemuda itu mengendarai motornya sekencang angin.
"Ini urgent kak" ujar Skala serius.
Rana hanya bisa menggerutu sembari mengeratkan pelukannya di perut Skala.
Skala melirik Rana lewat spionnya sekilas lalu kembali fokus ke jalanan.
Kiw kiw
Rana dan Skala sontak menoleh pada 2 orang yang baru saja bersiul.
Dengan cepat, Rana menutup kaca helm nya saat menyadari siapa 2 orang itu.
Devan dan Ali.
Mereka adalah teman-teman Gavin sekaligus bagian inti Venus, musuh bebuyutan Avegas.
Jantung Rana seketika berdegup kencang.
Dia tidak boleh ketahuan.
Jika Devan dan Ali menyadari dirinya dan memberitahukan identitasnya pada Skala, dia jamin Liam pasti akan membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH TANPA ENDING ✓
أدب المراهقين"Gila... Ini gila" "G-gue transmigrasi? Sial!" "Gue bakal menjauh dari mereka semua, gue gak mau mati sia sia" -Ranaya *** "Selagi lo hidup, lo gak bakal bisa ngejauh dari gue Ranaya. Dan jangan pernah berpikir untuk mati demi bisa ngejauh dari gue"...