Klian bnyk bgt yg mnta double up, jdi gw turutin nihh.
Gw tipe author yg gk tegaan sma readers nya🤣Tandai typo✓
Happy reading guys~
Pelan2 aja bca nyaa
________________________Ceklek
Sebuah pintu terbuka, menampilkan ruangan yang bercahaya temaram.
Seseorang melangkah masuk dengan tatapan datarnya. Dia menatap ke sekitarnya. Tepatnya pada seluruh dinding ruangan yang kini diisi dengan foto seorang gadis.
Dia menghentikan langkahnya. Tangannya terangkat dan menyentuh sebuah foto yang menampilkan sesosok gadis cantik yang sedang tertidur.
"Ranaya..." Gumam nya sembari mengelus foto Rana.
Senyuman miring terbit di bibirnya. Tatapannya melekat foto Rana yang tengah mengenakan handuk.
"Waktu kebebasan mu sudah habis, baby" bisiknya lalu menyeringai.
****
"Rana"
Rana yang baru saja pulang, sontak menoleh saat tangannya ditahan oleh Gavin.
"Apa?" Tanya gadis itu sembari melepaskan tangannya dari cekalan Gavin.
Gavin terdiam sejenak, menatap tangannya yang kosong.
"Lo tau darimana Avegas mau ke markas Venus?" Tanya Gavin setelah mendatarkan wajahnya.
"Gue gak sengaja denger pembicaraan mereka di kantin" jawab Rana santai.
Dia sudah memikirkan alasan ini sejak tadi.
Sebenarnya Rana mempunyai alasan lain membantu Venus dari kemarahan Avegas.
Dia baru ingat Scene ini adalah ulah Felia. Gadis itu sengaja menyewa preman untuk menyakiti dirinya sendiri dan mengadu domba Venus lah pelakunya.
Felia sengaja melakukan itu semua demi mendapatkan rasa kasihan dari Avegas.
Tapi sekarang bukan Felia yang merasakannya, namun dirinya. Karna itulah Rana mencegah bentrok yang akan terjadi diantara Venus dan Avegas.
Bagaimanapun ini adalah ulah Felia. Perempuan ular yang bersembunyi dibalik topeng polosnya. Dia tidak akan membiarkan Felia mencapai tujuannya.
Namun ada satu hal yang membuatnya bingung. Kenapa pria-pria tadi malah ingin menyerang Skala?
Jika memang itu adalah ulah Felia, harusnya dia lah yang menjadi target pria tersebut. Karna Rana sempat melihat tatapan benci Felia yang bisa memicu kejahatan tadi.
"Ran?" Rana tersentak pelan saat Gavin menyentuh kedua bahunya.
"Apa?" Tanya nya seraya menjauhkan tangan Gavin dari bahunya.
"Udah makan siang? Lo mau makan apa? Biar gue yang masak, mama lagi di kantor papa" ujar Gavin sembari berjalan ke dapur, meninggalkan Rana yang melongo.
Demit mana yang merasuki tubuh Gavin?
Kenapa tiba-tiba jadi sebaik ini?
"Lo... Gavin kan?" Tanya Rana, menatap ragu pada Gavin yang kini menghentikan langkahnya.
Pemuda itu berbalik, menatap Rana yang juga menatapnya curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH TANPA ENDING ✓
Teen Fiction"Gila... Ini gila" "G-gue transmigrasi? Sial!" "Gue bakal menjauh dari mereka semua, gue gak mau mati sia sia" -Ranaya *** "Selagi lo hidup, lo gak bakal bisa ngejauh dari gue Ranaya. Dan jangan pernah berpikir untuk mati demi bisa ngejauh dari gue"...