Tandai typo✓
Happy reading~
_______________________"Lo kenapa?" Tanya Satya terkejut sembari menghampiri Rana yang kini dituntun oleh Skala, menuju mereka.
Mendengar pertanyaan Satya, membuat Ares, Egi dan Darren beralih menatap Rana.
Darren langsung berdiri dan mengambil alih Rana dari Skala yang kini mendengus lirih.
Satya, Ares dan Egi masih menatap Rana yang kini sudah duduk di sofa dengan Darren yang saat ini tengah mengeluarkan kotak P3K.
Egi meringis ngilu ketika melihat Darren membuka balutan luka Rana.
"Dia kenapa?" Tanya Ares pada Skala yang sedari tadi hanya diam, menatap Rana.
Satya dan Egi sontak menatap Skala.
"Venus" jawab Skala singkat yang langsung di mengerti oleh mereka.
Ares mengetatkan rahangnya sembari mengepalkan tangan.
"Bajingan sialan" desisnya lalu pergi begitu saja dengan amarah yang memuncak.
"Woy! Ares! Buset ni anak" keluh Satya yang paham dengan pikiran Ares.
Pemuda itu pasti akan menghampiri markas Venus dan membuat kekacauan disana.
Dengan cepat, dia pun menyusul Ares, diikuti oleh Egi dan Skala yang sempat melirik Rana sekilas.
"Eh ben-
"Duduk" Rana yang baru saja ingin berlari menyusul mereka, dibuat bungkam saat Darren mengeluarkan suara datarnya.
Dia menoleh, menatap Darren yang sibuk mengeluarkan isi kotak P3K tanpa menatap Rana.
"Duduk Ranaya" tekan Darren dengan tatapan tenangnya.
Rana menurut.
Tatapan tenang Darren menyimpan banyak makna, jadi dia tidak bisa membantah.
Jika Ares menyerang lawan dengan terang-terangan, maka Darren menyerang di balik layar.
Posisi pemuda ini juga sangat penting di Avegas.
Pengatur Strategi.
Jadi tidak heran jika Darren mampu mengontrol emosinya dan bermain di belakang layar.
Rana mengigit bibir bawahnya guna menahan ringisan saat Darren mulai mengobati lukanya.
Pemuda itu melirik Rana sejenak, lalu kembali fokus pada kegiatannya. Namun kali ini, dia melakukannya dengan perlahan.
"Masih ada yang luka?" Tanya Darren setelah selesai mengobati luka tangan Rana.
Gadis itu menunjuk kakinya yang kini terlihat lecet.
Tanpa bertanya lebih lanjut, Darren menarik kaki Rana dan meletakkannya di sofa, membuat gadis itu selonjoran. Sedangkan dia berlutut di samping Rana dan mulai membersihkan lukanya.
"Mereka gimana?" Tanya Rana pelan tanpa memutuskan tatapannya dari Darren yang sibuk dengan mengobati luka kakinya.
"Biarin aja" jawab Darren singkat tanpa menatap Rana.
"Biarin? Lo bakal biarin mereka berantem? Di markas Venus itu anggotanya banyak, dan mereka cuma bertiga. Itu sama aja masuk ke kandang singa" ujar Rana yang tidak suka dengan ketidakpedulian Darren terhadap teman-temannya.
"Mereka gak bakal mati, karna Venus lebih dulu habis ditangan Ares" sahut Darren tenang, lalu menatap Rana yang kini melotot.
Darren tersenyum tipis saat melihat reaksi yang menurutnya menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH TANPA ENDING ✓
Teen Fiction"Gila... Ini gila" "G-gue transmigrasi? Sial!" "Gue bakal menjauh dari mereka semua, gue gak mau mati sia sia" -Ranaya *** "Selagi lo hidup, lo gak bakal bisa ngejauh dari gue Ranaya. Dan jangan pernah berpikir untuk mati demi bisa ngejauh dari gue"...