Bab 7

653 74 6
                                    

-----------------------------------------------------------

Sudah seminggu Milk memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Love. Ini hari pertamanya koas. Rasanya ia ingin kabur namun ia sudah berjalan sejauh ini. Papanya sempat menghubunginya untuk memastikan dirinya sudah mengakhiri hubungan dengan Love, papanya juga menawarkan Milk untuk memulai semester awal di jurusan yang Milk mau. Namun Milk menolak karena ia sudah tidak menginginkan apa-apa lagi.

Dia menjalani hidupnya hanya untuk dirinya sendiri, tidak ada ambisi lagi dalam dirinya. Milk menghela nafas panjang sebelum ia turun dan memasuki rumah sakit.

Ia berjalan masuk melewati koridor.

"Milkkk." Sapa seseorang yang belum Milk kenal. Milk mengangkat salah satu alisnya menandakan ia bingung.

"Gue Krist." Ia mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.

"Oh, gue Milk."

"Iya gue tau, siapa yang gak tau lo." Ucap Krist sambil tertawa. Milk hanya tersenyum tipis.

"Eh lo stase bedah juga kan?" Tanya Krist dengan semangat.

"Iya."

"Gue juga, berharapnya sih yang enteng dulu tapi pas tau ada lo gue bersyukur."

"Kenapa?"

"Siapa yang gak pengen sama lo." Krist tersenyum lebar, Milk hanya diam tanpa ekspresi.

"Tuh yang lain, yuk." Ajak Krist, Milk berjalan di sampingnya. Setelah mendapat pengarahan mereka pergi ke stase masing-masing.

Setelah sampai, Milk dan 4 orang temannya dikumpulkan untuk menghadap beberapa dokter yang ada di stase bedah.

"Yang anaknya dokter Vosbein siapa?" Tanya salah satu dokter. Mereka saling menoleh, Milk hanya diam.

"Gak ada?" Dokter itu mengecek lembaran yang ada di sebelahnya.

"Milk Pansa yang mana?" Tanyanya lagi.

Milk mengangkat tangannya.

"Udah lupa nama ayahnya ya?"

"Maaf dok, soalnya gak ada hubungannya sama yang akan saya kerjakan." Ucap Milk dengan wajah datar. Semua dokter yang ada di ruangan itu tertawa.

"Kata siapa? Dokter Vosbein dulu sering kasih kita tugas pas koas katanya biar banyak pengalaman, kita mau ngasih pengalaman dari beliau ke kamu." Ucap dokter itu sambil tersenyum meledek. Milk hanya diam.

.

Rumah Love

Seminggu ini Love hanya berdiam di kamarnya, ia hanya menangis dan tidur. Dalam sehari ia berkali-kali mengecek ponselnya, berharap Milk akan menghubunginya lagi. Ia juga selalu mengecek sosmed Milk. Milk masih belum menghapus fotonya, ia masih berharap Milk bisa kembali. Ia teringat bahwa hari ini hari pertama Milk koas, pasti ia sangat sibuk.

Love berjalan menuju kaca besar yang ada di kamarnya, ia melihat dirinya yang sangat berantakan. Love kembali teringat bahwa Milk sangat benci kalau dirinya menunda mandi. Ia berjalan menuju kamar mandi. Ini pertama kalinya ia mandi setelah seminggu.

Saat air mulai membasahi badannya, lagi-lagi kenangan saat dirinya dan Milk mandi bersama untuk pertama kalinya terputar di ingatannya. Ia terduduk memeluk kakinya dan kembali menangis. Begitu banyak kenangan bersama Milk, bagaimana dia bisa melupakan Milk.

Setengah jam ia masih di dalam kamar mandi. Terdengar suara pintu kamar mandi diketuk. Suara Mamanya memanggil. Love enggan menjawab, badannya terasa lemas untuk berdiri. Karena tidak mendapat jawaban, mamanya membuka paksa. Terlihat Love yang terduduk masih dengan shower menyala.

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang