-----------------------------------------------------------------------
Pagi itu Love bangun lebih pagi dari Milk. Perasaannya sedikit lebih baik dari kemarin. Ia tidak ingin terpuruk terlalu lama hanya karena laki-laki seperti Win. Love membuka kulkas Milk, ia mencari bahan yang bisa ia pakai membuat sarapan.
Milk menghampiri Love yang sibuk di dapurnya. Ia duduk di meja ruang makan sambil memandangi punggung Love.
"Kamu ngapain?" Tanya Milk yang membuat Love kaget dan tak sengaja menyenggol teflon panas di sampingnya. Love mengaduh memegang tangan kanannya. Milk menghampiri dan memegang tangan Love, ia langsung menarik tangan Love pelan ke wastafel untuk membasahi tangan Love dengan air mengalir.
"Maaf ya, sakit gak?" Tanya Milk sambil meniup-niup punggung tangan Love. Milk melihat Love yang hanya diam.
"Love? Sakit gak?" Tanya Milk lagi. Love menggeleng. Milk bergegas mengambil salep untuk Love.
"Duduk dulu." Teriak Milk saat tak kunjung menemukan salepnya. Love tertawa pelan.
"Aduh di mana sih." Milk mengacak rambutnya dan mulai kesal karena tak kunjung menemukan kotak P3Knya.
"Gak apa-apa gak usah, cuma luka kecil kok." Ucap Love.
"Gakk, udah ketemu." Milk langsung berlari menghampiri namun ia tersandung kaki kursi yang membuatnya terjatuh tepat di depan Love.
Love tak bisa menahan tawanya. Milk memegang lututnya lalu berdiri dan duduk di depan Love.
"Seneng banget kayaknya." Milk memegang tangan Love lalu mengoleskan dan meniup salep yang sudah teroles di tangan Love.
"Sini gantian kamu." Ucap Love sesaat setelah melihat lutut Milk yang memar. Ia menunduk lalu mengoleskan salep ke bagian yang memar, saat akan beranjak kepala Love menabrak wajah Milk. Milk mengaduh sambil memegang hidungnya.
"Duh maaf maaf." Love panik saat melihat hidung Milk berdarah. Ia mengelap dengan tangannya. Milk menahan tangan Love, ia mendekatkan wajahnya ke Love.
"Kamu cantik kalau lagi panik gini." Ucap Milk, ia makin mendekatkan wajahnya. Ia sangat ingin mencium Love saat itu. Ia berusaha melawan namun gagal. Ia menempelkan bibirnya ke bibir Love, kali ini Love menerimanya.
Love mencium bau gosong yang membuatnya melepas ciuman Milk, ia langsung berlari ke arah kompor dan langsung mematikannya. Love berbalik melihat Milk lalu tertawa.
"Hidung kamu masih berdarah tu." Love mengambil tisu, ia mengelap hidung Milk pelan.
"Masih pagi kok udah pakek blush on sih?" Ledek Love saat melihat pipi Milk memerah karena tersipu.
"Apaan, gak kok. Kamu mau berangkat jam berapa? Aku anter ya." Milk berusaha mengalihkan.
"Emang kamu gak kerja?" Tanya Love.
"Aku sekarang pengangguran." Jawab Milk dengan santai.
"Hah? Kok bisa? Bukannya baru sumpah dokter kemarin? Kamu berhenti?"
"Gak, nunggu dapet tempat internship." Ucap Milk sambil menyengir karena melihat wajah Love yang sangat syok.
"Iih aku pikir kamu berhenti, udah kaget banget." Ucap Love.
"Jam berapa? Mau gak?" Tanya Milk.
"Tapi kan mobilku udah ada, lagian kayaknya aku mau balik ke apartemen dulu. Ganti baju."
"Emm yaudah deh anterin, ntar biar pulangnya aku mampir ke sini lagi." Ucap Love lagi sesaat setelah melihat Milk yang terlihat kecewa.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan
FanficIni lanjutan dari cerita Bimbang. Setelah kebimbangan Milk akan perasaannya. Kali ini ia akan dihadapkan dengan masalah yang menjadi ketakutan terbesarnya. Akankah Milk bisa memilih Love hingga akhir? Dan akankah Love akan memilih Milk hingga akhir...