Bab 19

1.7K 136 34
                                    

----------------------------------------------------

Love melajukan mobilnya menyusuri jalanan yang cukup macet karena jam pulang kantor. Ia sesekali melihat Milk yang hanya diam memandangi luar jendela.

"Kamu gak mau liat aku aja? Kamu gak kangen aku ya?" Tanya Love dengan nada kecewa.

"Kangen kok, lagi liatin orang-orang aja soalnya udah lama gak liat manusia." Ucap Milk, kali ini tatapannya sudah beralih ke Love.

"Di sebelah kamu juga manusia lo. Ke Kopitiam ya? Mengenang masa-masa pertama kamu ngajakin--"

"Kamu gak kerja?" Potong Milk.

"Gimana aku bisa kerja kalo kamu ilang gitu aja? Aku tu gak bisa fokus. Padahal kamu udah janji lo gak mau ninggalin aku lagi." Ucap Love.

"Aku gak bakal ninggalin kamu kok."

"Kamu juga dulu bilang gitu tapi masih ninggalin aku." Ledek Love.

"Gak lagi, kalau temenan gak bakal ada alasan buat ninggalin."

"Kemarin alesannya apa? Beneran udah gak sayang?" Tanya Love sambil melirik ke Milk yang sedang menatapnya.

"Love, kamu mau gak kabur sama aku?" Tanya Milk dengan suara lirih. Love langsung menghentikan mobilnya mendadak.

"Maaf maaf, kaget." Love langsung mengecek kaca spion melihat ke belakang khawatir ada kendaraan. Ia melajukan mobilnya lagi, mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.

"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Love setelah memarkirkan mobilnya.

"Gak apa-apa, kamu mau gak kabur sama aku?" Tanya Milk lagi, kali ini Love bisa melihat wajah serius Milk saat menanyakan itu.

"Kenapa?"

"Aku capek harus bohongin perasaanku sendiri, aku masih sayang banget sama kamu. Aku gak pernah bisa ngelupain kamu. Sebenernya papaku udah tau, mama belum. Makanya kamu masih bisa ke rumah tadi, kayaknya kalau mama tau kamu gak bakal dibolehin ketemu aku." Ucap Milk.

"Waktu itu sebenernya aku mutusin kamu karena gagal ngeyakinin papa. Maaf ya Love, coba aja aku tetep berusaha ngeyakinin papa... kamu gak bakal ngerasain sakit yang lebih dalem lagi. Aku ngerasa bersalah banget sama kamu. Aku gak mau jauh dari kamu lagi. Aku bisa jagain kamu, aku bisa ngurus kamu. Aku gak pernah sekalipun merasa keberatan ngurus kamu. Uang tabunganku cukup banget buat kita kabur, aku bisa jualan di sosmedku atau ngajar les juga bisa. Kamu mau kan?"

"Kamu mau ninggalin semua yang udah kamu capai dengan susah payah itu?" Love memegang tangan Milk.

"Kayaknya aku gak bisa deh Love jadi dokter. Masih baru udah bikin orang meninggal. Gimana ntar? Orang tuaku juga pasti bakal tetep maksa kalau aku pulang ke rumah lagi. Aku malem itu gak bisa nyelametin satu pasien, padahal harusnya aku bisa. Aku udah berkali-kali ngelakuin rjp pas koas, nilaiku selalu bagus kalau ada ujian tentang itu tapi kemarin aku gagal padahal taruhannya nyawa orang." Milk menatap wajah Love. Love mengelus pipi Milk lembut.

"Jujur aku capek hidup kayak gini, aku kemarin pengen banget ada kamu tapi aku takut papaku kecewa. Aku coba nenangin diriku sendiri, aku coba ngadepin rasa sakitku sendiri tapi aku gak bisa Love. Aku butuh kamu, aku udah gak bisa sendiri lagi. Tolong aku... kita pergi berdua ya, aku mau kamu terus sama aku." Milk mulai menangis.

Love mengangguk, ia memeluk Milk sambil mengelus rambutnya. Love merasakan sakit, bagaimana bisa Milk selalu bersikap semua seakan baik saat bersamanya. Bagaimana bisa saat dirinya dikhianati Win, ia masih menghibur Love karena pasti ia juga merasakan sakit saat melihat dirinya bersama orang lain.

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang