Apartemen Milk
Love melihat jam tangannya, Milk belum juga pulang padahal sudah lewat jam makan malam. Ia mencoba menelfon namun nomernya tidak aktif. Ia juga menelfon Ohm namun tidak diangkat. Love mulai merasa gelisah, entah sudah berapa kali ia mondar-mandir sambil menggigit ujung kukunya. Ia bingung menghubungi siapa karena teman dekat Milk yang dia tau hanya Ohm. Sesibuk apapun Milk, pasti ia akan mengabari Love namun kali ini tidak ada kabar apapun yang membuat Love sangat gelisah.
Setelah sejam menunggu, terdengar seseorang memencet kode akses pintu yang membuat Love langsung menuju pintu. Ia sudah siap meluapkan kekesalannya.
"Kamu kema--" Ucapan Love terhenti saat melihat Milk sedang bersama Mamanya.
"Hai tante." Love langsung tersenyum dan mencium pipi Mama Milk.
"Love, lama gak ketemu makin cantik aja sekarang." Puji Mama Milk yang membuat Love tersipu.
"Sorry, hpku mati." Bisik Milk saat Mamanya duduk di sofa. Love langsung mencubit pinggang Milk.
"Mau minum apa ma?" Tanya Milk.
"Gak usah, mama mau baca tugas akhirmu."
Milk menghela nafas panjang, ia langsung mengambil ipadnya dan memberikan ke Mamanya.
"Tante saya ke kamar dulu ya, lagi ada tugas."
"Oh iya silahkan, maaf ganggu ya."
"Gak kok tante, yaudah permisi tante." Love segera menuju kamarnya. Ia mencoba mendengarkan percakapan Milk dan Mamanya dari balik pintu.
"Kamu udah siap kan?" Tanya Mama Milk sambil membaca.
"Delapan puluh persen." Jawab Milk dengan malas
"Udah kurang 2 minggu lo, kok masih belum siap." Ucap Mama Milk dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Iya, udah siap."
"Ini kasusmu gampang. Pasti bisa lah. Udah cari tau bakal koas di mana?"
"Udah, kemungkinan di Siriraj."
"Temen mama banyak yang di situ, ntar Mama titipin kamu biar gak dibikin ribet."
"Gak usah maa. Biarin Milk usaha sendiri."
"Mama udah ngasih kamu kebebasan, fokus sampe sumpah dokter gak usah ngejalin hubungan yang cuma buang-buang waktu."
"Iya." Jawab Milk singkat karena ia sudah lelah menghadapi Mamanya.
"Yaudah Mama mau balik, jangan kebanyakan main." Mama Milk beranjak dan mencium pipi anak gadisnya itu sebelum keluar.
Setelah Milk menutup pintu, Love langsung menghampiri dan memeluk erat. Ia tau Milk tertekan karena Mamanya. Milk membalas pelukan Love, ia hanya diam tanpa mengeluarkan suara namun Love seperti sudah mengerti bahwa Milk memang sedang butuh dirinya.
"Aku tau kamu udah berusaha banget, kamu udah ngelakuin yang terbaik kok. Aku bangga banget sama kamu." Ucap Love. Milk melepas pelukannya dan memandangi wajah Love. Ia merasa sangat tenang.
"Makasih ya masih tetep di samping aku sampe hari ini."
"Eh tapi aku mau marah. Hp kamu gak aktif. Aku telfon Ohm juga gak diangkat." Love langsung melepas pelukannya.
"Iya hp aku mati, Ohm juga lagi riweuh sama Mamanya. Tadi diajakin makan bareng."
"Kannnn, kamu gak lagi dijodohin sama dia kan?"
"Sayangg gak usah drama gitu deh, dia tu gak suka cewek." Milk mencubit pipi Love.
"Iya sih, besok ujian dia jam berapa? Mau dateng? Aku ada kelas dari pagi. Salamin aja kalik ya." Ucap Love, Milk mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan
Fiksi PenggemarIni lanjutan dari cerita Bimbang. Setelah kebimbangan Milk akan perasaannya. Kali ini ia akan dihadapkan dengan masalah yang menjadi ketakutan terbesarnya. Akankah Milk bisa memilih Love hingga akhir? Dan akankah Love akan memilih Milk hingga akhir...