Bab 17

1.1K 110 19
                                    

------------------------------------------------------------------

Sudah tiga minggu Milk menghabiskan waktunya untuk mengantar dan menjemput Love. Ia juga memilih berjalan-jalan sendiri saat menunggu jam kerja Love selesai. Saat weekend ia juga mengajak Love menghabiskan waktu bersama, mulai dari sarapan, makan siang sampai makan malam. Namun Milk enggan saat Love mengajaknya mampir ke apartemen. Ia lebih memilih menunggu Love di parkiran daripada harus mengunjungi apartemen Love.

Hari itu seperti biasa setelah mengantar Love, Milk kembali ke cafe yang biasanya ia datangi. Memesan segelas latte dan croissant. Ia langsung membuka ipadnya, menonton vidio bedah yang selalu dikirim Sky.

Sky masih rajin mengirimi Milk vidio dan buku-buku baru tentang bedah, walaupun ia sudah tertolak dan tidak ada harapan maju. Sikapnya masih sama seperti biasa, itu yang membuat Milk masih nyaman berkomunikasi dengannya.

Muncul notif e-mail, hari ini pengumuman penempatan tempat internshipnya. Milk langsung menaruh ipadnya setelah membacanya. Ia memegang kepalanya karena merasa frustasi. Berkali-kali Milk menghelas nafas. Pasti ini perbuatan papanya, batinnya.

Milk tau Papanya berniat mengawasinya dari dekat, namun itu membuatnya tidak nyaman. Semua akan menganggap dirinya masih bergantung dengan orang tuanya. Dia akan kesulitan belajar karena pasti semuanya merasa sungkan menyuruh atau menegurnya saat melakukan kesalahan.

.

Sore itu sudah hampir sejam Love menunggu Milk, ia menghubungi Milk namun tidak ada respon. Perasaannya kembali takut karena tidak biasanya Milk selama ini. Ia takut Milk pergi tanpa kabar lagi. Namun senyumnya mengembang saat mobil Milk terlihat. Love langsung menghampiri.

"Lovee, sorry bangettt. Tadi keasikan jalan-jalan sampek gak liat jam. Gak pegang hp soalnya buru-buru ke sininya. Sorry ya." Ucap Milk dengan takut. Love langsung memeluk Milk sesaat setelah masuk mobilnya.

"Aku takut kamu pergi lagi, katamu kalo kita temenan gak akan pergi. Aku takut banget bakal sendirian lagi." Love makin mengeratkan pelukannya.

"Gakk, aku gak bakal pergi-pergi." Milk mencium bahu Love namun ia langsung melepas pelukannya karena tersadar yang ia lakukan.

"Maaf, aduh kebawa suasana." Milk mengelus bahu Love karena salah tingkah. Love yang melihat hanya tersenyum.

"Gak apa-apa, gak usah salting gitu." Ledek Love.

"Mau makan di mana?" Tanya Milk sesaat setelah melajukan mobilnya.

"Di apartemenku mau gak? Aku pengen masakin kamu deh." Love melihat Milk yang  terlihat ragu.

"Kalo gak mau gak apa-apa sih, kamu kayaknya gak nyaman ke tempatku."

"Gak kok, makan di tempat kamu gak apa-apa." Jawab Milk sambil tersenyum paksa.

.

Apartemen Love

"Masuk Milk, gak segede tempat kamu sih. Soalnya masih banyak cicilan." Canda Love.

"Yang penting nyaman kan, gede kalau gak kayak rumah juga gak enak." Asal Milk.

"Duh dalem banget, bercanda kalikk. Duduk dulu, nonton tv aja nih." Ucap Love sambil memberi Milk remot lalu ia menuju dapur.

"Mau aku bantuin gak?"

"Gak usah, duduk di situ aja." Teriak Love dari dapurnya.

Tidak seberapa lama Milk mematikan televisi di depannya, ia menghampiri Love. Ia lebih memilih menonton Love memasak daripada menonton televisi.

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang