EDGE -1-

730 27 5
                                    

LAVIA HAVANA AITEA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LAVIA HAVANA AITEA

Gadis yang berjalan di tepian pantai El malecon itu terlihat menghela nafas. Menatap matahari yang belum sepenuhnya tenggelam , dengan warna jingga kemerahan yang menyeruak di ufuk barat.

Menatap sinar yang hampir redup itu dengan hati yang memberat. Dia duduk bersama puluhan orang yang juga ingin menikmati pemandangan yang sangat indah.

"Did you experience something bad today?"

"Apakah kamu mengalami sesuatu yang buruk hari ini?"

Lavia terdiam, menatap seorang paruh baya yang bertanya padanya dengan senyuman. Wanita itu sudah cukup tua , tapi wajahnya masih terlihat segar dengan beberapa keriput di bagian pipi dan bawah matanya.

"Whatever happens today son, I know you will get through it. And don't get too carried away, God knows what you deserve more. Sometimes we choose, and those choices hurt yourself."

"Apa pun yang terjadi hari ini nak, aku tahu kamu pasti bisa melewatinya. Dan jangan terlalu terbawa suasana, Tuhan tahu apa yang lebih pantas kamu dapatkan. Terkadang kita memilih, dan pilihan itu merugikan dirimu sendiri."

Wanita itu tersenyum pada Lavia yang masih terdiam, otak dan hatinya sedang tidak baik baik saja. Mulutnya hanya bisa terbungkam sejak tadi. Rasa di hatinya sangat tidak baik , dan semakin memberat ketika wanita tua yang seumuran Grandma nya itu menepuk kepalanya pelan.

Kepergian wanita tua itu membuat sisinya kembali sepi. Lavia menekuk lututnya, menelungkupkan kepalanya dan menyembunyikannya di antara tangannya.

Air matanya mulai luruh , hatinya terasa sakit. Mengingat bagaimana rasanya tikaman pisau tak kasat mata yang baru saja dia terima. Malam ini , harusnya dia berdiri di Altar. Berdiri anggun dengan gaun pernikahan yang dia impikan , bergandengan dengan pria yang paling dia cintai .

Namun, semua itu gagal. Usahanya merancang pernikahan impian ini selama 5 bulan sia sia begitu saja. Hatinya terluka, logikan buntu ketika melihat Calon suaminya bertengkar hebat dengan sepupunya sembari membawa testpack kehamilan.

Dia di hianati dengan begitu kejamnya oleh orang orang yang begitu dia percayai. Lavia , kamu kembali di khianati , runtuknya dalam hati.

Tubuhnya bergetar , suara isakan jelas terdengar dari gadis itu. Beberapa orang menoleh ke arahnya, menatap dengan bingung dan juga kasihan. Mereka abai , membiarkan gadis itu menangis melampiaskan perasaannya.

I-watchnya yang menyala dengan deringan telfon terabaikan hingga mati dengan sendirinya.

"God protect me, let me cry for a while. I will face your choice, but let me cry first."

"Tuhan lindungi aku, biarkan aku menangis sebentar. Aku akan menghadapi pilihanmu, tapi biarkan aku menangis dulu." Batinnya.

Cuba , Havana , El malecon , dan Cintanya adalah hal yang harus bersatu. Sesuatu yang dia impikan sejak masa kanak kanak , yang memimpikan seorang pangeran berkuda putih. Antara kota yang sangat di cintai oleh sang Ayah , Pantai kenangan Lavia , dan juga manusia yang Lavia cintai. Harusnya di sini hanya ada kebahagiaan ..

E D G E  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang