EDGE -15-

121 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Fyuhh berharap dapat semangat secuil aja buat nulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Fyuhh berharap dapat semangat secuil aja buat nulis .. . Arghh kesel banget liat pertandingan tadi , tapi its oke .. november masih ada match lagi. Tapi kayaknya habis itu , bakal rindu bgt ...

____________________________________________________________

    Kewajiban bagi seorang anak untuk datang mendatangi makam orang tuanya yang telah pergi. Iya, itu merupakan kewajiban yang harus di tunaikan. Mendoakan mereka , lalu sekedar membawa bunga atau bersedekah atas nama mereka.

   Semua Havana lakukan, kecuali menyambangi tempat peristirahatan terakhir sang ayah. Jujur saja, dia masih berharap semua ini mimpi ..

  Marisa menatap Havana yang melangkah perlahan, berjalan lurus ke arah batu nisan yang bertuliskan nama romeo raven Alberto. Syal putih itu terayun mengikuti gerak sang pemilik, dari kejauhan .. sesaknya dapat marisa rasakan.

  Kenyataan bahwa sang suami , sekaligus Ayah dari putrinya Havana .. memang benar telah meninggalkan mereka sejak lama. Yang tersisa hanya sebuah kenangan yang terus menggumamkan rindu , meneriakan temu .. tapi hampa , Ujungnya hanya ikhlas yang dapat di ucapkan.

Mata coklat itu mengeja setiap ukiran huruf yang tertata sempurna. Menjadikannya sebuah nama, dari seseorang yang amat berharga dalam hidupnya.

Romeo Raven Alberto

Matanya mengembun seketika, dia tak ingin mengelak atas air mata itu. Biarkan saja menetes ,

"Ayah .. " satu kata ringan, namun begitu berat untuk dia ungkit. Tangannya mengepal erat , entah air mata keberapa yang jatuh di pipinya.

"Havana datang " suaranya kembali terdengar. Mata coklat itu masih memandang ukiran nama itu. Sebuah senyuman coba tuk dia berikan , berharap benar benar bisa melihat sosok sang ayah di depannya.

"Apa ayah rindu hava ? Kali ini Hava datang. Apa ayah pernah marah saat kemarin hava tidak datang ?"

  Tangan kecil itu mengusap air mata di pipinya dengan berantakan.

E D G E  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang