Damian menatap gadis di depannya tanpa jeda, tatapan rindunya. Jika bisa , dia ingin merengkuh gadis itu. Dia tahu , Lavia telah sangat terluka dengan ini. Tapi dia juga terluka dengan semua ini.Lavia membersihkan luka di perut Damian dengan perlahan. Di lihat , ini adalah luka tembak. Entah apa yang telah terjadi pada pria di depannya ini.
Lavia sedikit melirik pada Gava yang masih membelakanginya. Sengaja , Lavia menyuruh bocah itu duduk membelakanginya agar tidak melihat luka Damian.
Lavia termenung , mengingat apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Saat gava memanggil Damian dengan Daddy , tatapannya tidak bisa di artikan. Sedari tadi , anak itu hanya diam. Menatap dengan diam, lavia kebingungan dengan responsnya .
Lavia melilitkan perban di perut Damian. Ruang tengah terasa sunyi , dengan sesekali desisan sakit dari Damian.
"Gava , It's finished "
Lavia enggan menatap pria itu , dia langsung memanggil gava untuk kembali melihat reaksi pangeran kecilnya itu. Lavia tersenyum saat anak itu berbalik dan melihat padanya. Mata itu beralih menatap sang daddy yang masih terbaring memejamkan mata.
" aku ingin tidur " ujarnya sembari menatap Damian dari jauh.
Lavia diam diam menghela nafas, tentu saja .. ada yang tidak beres antara Gava dan Damian.
Tentu ada banyak hal yang perlu Lavia tanyakan pada manusia yang terbaring di sofa ruang tengah itu. Walaupun dia sangat sangat kesal dengan pria itu. Dia membawa Gava pergi ke kamar , menemaninya tidur. Setelah ini , dia harus turun kembali menemui orang itu.
_________________________________________________________
Lavia duduk terdiam di sebrang damian. Pria itu terlihat kesusahan bangun dari tidurnya. Menatapnya dengan acuh tapi hati sialannya tidak bisa membiarkan pria itu kesusahan dengan desisan rasa sakitnya.
Damian menatap uluran tangan Lavia dengan ragu, menatap mata yang selalu memandangnya dengan malas dan kekesalan tiada henti. Gadis itu bedecak sembari menarik tangan Damian untuk membantunya duduk.
Lavia menatap wajah Damian. Tatapan mata yang selalu tajam, terlihat tegas, dan juga sorot mata yang sedikit sayu. Dia mengenal pria ini bukan 1 tahun 2 tahun , hampir 5 tahun lamanya Lavia bersama Pria ini. Tak pernah dia temukan celanya di mana, tak pernah terfikir bahwa akhirnya mereka akan berpisah dengan cara menyakitkan seperti ini.
Perselingkuhan, tidak akan pernah Lavia maafkan.
Keheningan ada di antara mereka , saling tatap tanpa mengucapkan satu kata pun. Hingga Lavia menghela nafas,
"Kenapa bisa bertemu ? Kamu harusnya di paris kan ?" Pertanyaan pertamanya terlontar ,
"Aku pulang sejak satu tahun yang lalu "
KAMU SEDANG MEMBACA
E D G E
Random"Bukan suatu yang mustahil untuk jatuh cinta secara tiba tiba " -Justin Quincy Hubner-