Lavia termenung di balkon hotelnya, menatap langit yang tiba tiba mendung. Melirik pada Gava yang telah tertidur nyenyak di atas kasur dengan nyaman. Kedua lengan kecil itu memeluk boneka bintang dengan erat.Hatinya tiba tiba menjadi ragu, bertanya tanya tentang hal yang baru saja dia lakukan. Apakah benar perbuatannya dengan menelfon justin ? Setujunya ketika Justin bertanya apakah mereka bisa bertemu ? Bagaimana dirinya bisa begitu saja menyetujuinya ?!
Dia merasa perbuatannya itu, salah.
Angin berhembus dengan dingin, bau tanah kering yang terkena air terasa sangat menyengat. Lavia masuk ke dalam kamarnya, duduk di sebelah Gava dan membelai rambutnya dengan sayang.
Satu kecupan di dahi Gava. Kepalanya benar benar penuh saat ini, berhubungan dengan Gava ataupun pekerjaannya , bahkan dengan Veera yang nampak tak baik baik saja. Dan sekarang, tiba tiba Justin datang di antara mereka.
Feelingnya tajam, pria itu pasti memiliki sesuatu hingga mau mendekatinya. Tidak mungkin pertemuan tak sengaja di hotel waktu itu yang terkesan biasa saja dapat membuat Justin tertarik bukan ?
"Huh .. " helaan nafas terdengar.
Lavia beranjak dari ranjangnya untuk duduk di sofa sembari membuka laptopnya. Beberapa email masuk, tapi email dari pengacarannya lebih menarik. Matanya menatap dengan jeli tulisan tulisan itu, membuat keningnya berkerut sedikit tidak setuju.
Tangannya meraih ponsel di saku, mulai menghubungi seseorang.
"Halo nona " suara seorang pria terdengar dari seberang.
"Bagaimana pertemuan hari ini ?" Lavia bertanya, namun sedikit hening di sebrang sana.
"Tuan Damian meminta untuk bertemu" ujar pria itu sejujurnya sedikit ragu.
"Mau apa pria itu meminta bertemu ?! Aku tidak memiliki urusan dengannya " ujar Lavia.
Pria di sebrang sana terdiam, dia juga tidak tahu tujuan Damian mengajukan permintaan itu. Tapi pria itu terlihat ngotot ingin bertemu nonanya.
"Kau belum membuat janji dengannya kan ?" Nadanya terdengar menuding.
"Belum, tentu saja belum nona"
"Jika begitu, lupakan saja. Tak perlu temui dia" ujar Lavia.
Sambungan terputus, tiba tiba suara rintik hujan terdengar. Berubah menjadi hujan lebat yang mengguyur. Hawa dingin menyergap, membuat Lavia mengecilkan suhu Ac nya.
Bergerak perlahan naik ke atas kasur dan menyelimuti kakinya. Dia kembali membuka laptopnya, pekerjaannya hari ini belum selesai. Lavia terus bersyukur akibat bos nya tidak cerewet menyuruhnya kembali ke kanada.
Bahkan bos nya tidak masalah dengan jarak yang terbentang. Yang paling penting baginya adalah tepat waktu dan kerjaan yang selalu memuaskan. Semuanya dapat di atur dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
E D G E
Random"Bukan suatu yang mustahil untuk jatuh cinta secara tiba tiba " -Justin Quincy Hubner-