Lavia sedang duduk menikmati pemandangan hijaunya hutan di sekitar resort dan juga hamparan biru laut yang menyejukkan. Dia menatap beberapa lembar kertas yang tergeletak di meja.Pikirannya berkelana jauh ke depan, kembali kebelakang , dan mengambil kesimpulan dengan cepat. Seakan dari awal , semua itu hanya tersirat. Tak pernah tersampaikan dengan benar pada dirinya.
Hari itu dia membawa Gava pulang, herannya tak ada satupun yang mencari keberadaan bocah itu saat hilangnya 24 jam. Dari kejanggalan itu, Lavia putuskan untuk menyewa mata mata agar mengawasi keluarga hazel dan juga damian.
Upaya membuahkan hasil, tapi hasil yang tidak pernah Lavia sangka. Anak itu, Gava .. memang sengaja di tinggalkan. Membiarkannya pergi tanpa pengawasan, sebab mereka tak lagi peduli.
Lavia kira, kedua pasangan itu hanya bersikap bajingan pada dirinya dan keluarganya. Tapi ternyata , mereka bahkan juga Bajingan sebagai orang tua. Mereka tidak merasakan bahagianya memiliki putra yang sehat, tampan dan cerdas seperti Gava.
Dia kira , Gava hanya kekurangan kasih sayang. Tapi kenyataan memperlihatkan hal yang lebih dari itu. Bukannya hanya kekurangan, dia bahkan krisis kasih sayang.
Flash back
"What happen ? did you get hit?" Bocah itu menatap lengannya yang terlihat lebam kehijauan. Dengan polosnya mengangkat lengan kirinya dan memperlihatkan lebam ungu yang masih nampak baru.
"I was wrong, so that woman did it" Gava masih menatap luka lebamnya. Sedang Lavia merasa lemas di tempatnya.
"Your mom ?" Pertanyaan itu hanya di jawab dengan anggukan.
●●●●●
Lavia masih tidak habis fikir dengan keluarga Hazel yang malah menuding dirinya menculik Gava. Padahal putrinya mencampakkan Gava, Anaknya sendiri !
Lalu nenek peot itu seakan menjadi pahlawan kesiangan untuk Gava ? Seakan akan Lavia buta, tidak melihat bagaimana kelakuan paruh baya itu pada saat bertemu Gava.
Mereka mengajukan tuntutan di pengadilan, ohh dia pikir aku tidak bisa membalas ? Jika Gava tidak di pedulikan , lebih baik dia bersama ku. Mereka benar benar sangat jahat !
"Ava " suara teriakan melengking itu membuat Lavia menoleh. Mendapati Gava yang berlari ke arahnya di susul oleh Gea yang nampak terengah.
"Hati hati boy " serunya saat melihat Gava berlari lebih kencang.
Lavia menangkap bocah itu saat sampai di depannya.
"I eat es krim with Gea " ujarnya bersemangat.
"Es krim ? Berapa ?" , bocah itu menghitung dengan tangannya, sedang mata Lavia beralih menatap Gea yang masih terengah engah.
"Dia sangat aktif, ku kira aku tidak sanggup jika menjadi babysiternya " Gea menatap Lavia dengan lelah , peluhnya mengalir di pelipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
E D G E
Random"Bukan suatu yang mustahil untuk jatuh cinta secara tiba tiba " -Justin Quincy Hubner-