[K ]•| Senyum Manisnya

164 22 27
                                    

The Life of Kenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Life of Kenan

Minggu, 11 - Desember 2023
[09.00]

Pagi itu ia sangat gelisah karena sejak kemarin Aksalen tak kunjung pulang, Kenan sudah mencoba menelpon tapi tak kunjung diangkat, sang empu tak bisa tidur hingga sekarang.
Sembari meremas jari jari tangannya, Kenan memandangi dua pintu yang tertutup rapat, berharap Aksalen pulang saat itu, Kenan benar benar khawatir dengan sang tunangan yang tak kunjung pulang.

“Kak …. ”

Bi Ana datang menghampiri, menyapanya dengan ramah. “Pagi tuan, boleh bibi obati luka mu?” tanya bi Ana sembari membawa nampan berisi air dan handuk untuk mengompres.

Kenan menoleh, “bi, kakak kenapa ga pulang pulang … Kenan khawatir bi. Kakak kemarin kemana?” tuturnya dengan kegelisahan di matanya.

“Bibi juga ga tau tuan, nona Aksalen tidak memberi tahu ingin pergi kemana, yang jelas kemarin nona pergi seorang diri.” tutur bi Ana yang semakin membuat Kenan khawatir.

“Bi, Kenan khawatir. Tolong telepon kakak!” pintanya yang langsung di turuti. Bi Ana menelepon nomor Aksalen, namun beberapa kali tak diangkat.

“Ga diangkat … memangnya kenapa tuan sampai sekhawatir ini??” tanyanya.

Kenan menunduk dan menutupi wajahnya dengan telapak tangan, “kemarin aku tak bisa memasak karena kakiku yang sakit, aku khawatir kakak belum makan, kakak ga bisa telat makan bi, nanti perutnya pasti sakit.” tuturnya.

“Nona pasti sudah makan, tenanglah tuan tidak ada yang harus dikhawatirkan” tutur bi Ana, menaruh nampan berisi air di atas meja kaca, “sudah ya? Biar bibi obati luka mu, kalau tidak besok tuan semakin susah berjalan saat di kampus.” tutur bi Ana sembari memeras handuk dalam nampan.

Sang empu mengangguk dan menurut, ia menatap pada luka di mata kakinya yang masih lumayan membengkak. Merintih saat handuk itu menyentuh lukanya, karena rasa sakit yang ditimbulkan, Kenan menatap bi Ana merasa bersalah.

“Bi, maafkan aku. Karena Kenan bibi harus berlutut di lantai dan mengobati kakiku … maafkan aku bi, aku tidak enak padamu.” Bi Ana tersenyum memandang Kenan dengan raut wajah penuh penyesalannya. “Tidak usah seperti itu tuan, tugas saya juga harus merawat tuan. Jadi, tidak masalah.” jawab bi Ana.

“Tapi Kenan merasa tidak sopan bi, karena mengangkat kaki di depan orang yang lebih tua dari Kenan. Maafin Kenan bi, Kenan ga sopan— ahkk!” Kenan kembali merintih kesakitan.

“Ssttt! Tidak apa apa, yang jelas tuan harus kembali sehat seperti pertama kali kita bertemu. Bibi ingin sekali melihat tuan dan nona akur seperti saat kalian kecil dulu.” tutur bi Ana mengutarakan isi hatinya.

“Kenan juga bi … tapi sudah terlambat, kakak membenciku bi Kenan ga yakin bisa akur lagi.” katanya dengan kepedihan dalam hati, “bi, kakak sudah punya kekasih pilihannya tapi Kenan di sini datang merusak hubungan mereka …” tuturnya.

The Life Of KenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang