[K ]•|Kemana?

217 31 48
                                    

The Life of Kenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Life of Kenan

[16.00]

Di dalam kamar Kenan duduk seorang diri dengan obat-obatan di atas nakas, tanpa sadar air matanya mengalir membasahi kedua pipinya dengan tubuh gemetar hebat dan isi pikiran seperti benang kusut. 

“Ayah Kenan kangen …. ” gumam Kenan menatap bingkai fotonya bersama kedua orang tuanya. 

Kenan melirik pada jam dinding yang menunjukan pukul 11 siang, ia menghapus jejak air mata dengan lengan bajunya, bergegas turun secepat yang ia bisa karena menahan sakit di sekujur tubuhnya. 

“Ke-kenan ga kuat, Kenan harus pergi dari sini … ” batinnya, dengan tangan kiri menggenggam bingkai foto berukuran 3R ia melangkah keluar dari pintu utama. 

Kenan berjalan mendekati gerbang yang tertutup rapat dan di gembok, “Tuan ingin kemana??” sahut seorang satpam yang duduk di posnya. 

“A-aku mau pergi beli makanan pak, boleh tolong bukakan gerbangnya? Saya mohon … ” Dengan raut memelas Kenan menatap pria tua dengan seragam satpam itu.

“Kenapa tuan tidak menggunakan mobil saja?” 

“Tidak usah, tokonya tak jauh dari sini …, kenan bisa jalan kok” tuturnya sedikit gugup.

Satpam itu menatap dengan curiga pada majikanya sendiri, “lalu apa yang Tuan genggam itu?” Kenan menyembunyikan bingkai itu di belakang tubuhnya, keringat dingin keluar membasahi pelipisnya. 

“Aku …, aku juga ingin pergi memberikan ini, foto ini pada paman ku di toko itu.” tuturnya dan beberapa detik kemudian di balas anggukan kepala lalu gerbang itu mulai dibuka.

Decitan roda gerbang terdengar sedikit membuat ngilu, setelah gerbang terbuka Kenan keluar dan berlari menjauh dari rumah megah milik Aksalen, punggung tangannya mengusap kasar air mata yang turun membasahi pipinya. 

“Maaf …, maafin Kenan kakak.” 

Begitulah Kenan bermonolog dengan perkataan maaf, maaf dan maaf. Kenan berlari dengan susah payah, rasa sakit pada betisnya terasa semakin nyeri beriringan dengan langkah demi langkah yang ia tempuh, hatinya bergetar takut untuk terus berjalan lebih jauh lagi, ia mendadak bimbang dengan keputusannya. 

Apakah keputusannya kali ini benar atau salah?

Brughh! 

“Akhh!!” Kenan terjatuh dengan lutut yang menumpu berat badanya, kakinya tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan tanpa tau arah tujuan. 

“Bu Kenan harus kemana …? Kenan takut bu, tolonggg!” gumamnya sebelum mencoba untuk bangun dan menahan sakit luar biasa yang ia rasakan, berjalan melewati kota dengan gedung gedung pencakar langit. 

Kenan berjalan lurus tanpa tujuan, dalam pikirannya hanya ada Ayah, Ibu, dan Aksalen yang mungkin nanti akan mencarinya atau mungkin tidak?

Entahlah.

The Life Of KenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang