[K ]•| prohibition

276 86 18
                                    

Ini lanjutan untuk chapter sebelumnya ya!
Happy Reading!
dobel up!

————————————————

The Life of Kenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Life of Kenan

Jum'at, 25 - November - 2023
[09.00]

“Katanya ada maba dari keluarga Dewangga, lo tau kan keluarga konglomerat?” ucap Arsena Dirgha Abraham, laki laki yang duduk bersandar di tembok itu tiba tiba menyeletuk.

“Sumpah?! Nambah satu dong? Jadi ada dua anak keluarga Dewangga yang sekolah disini?” seru Esha heboh.

“Yang seangkatan sama kita aja belum tau anjir siapa.” Darren ikut ambil bicara, di angguki oleh keduanya.

“Gila ga sih, Universitas nutupin identitas mereka banget,” tambah Esha mencibir, tak terima.

“Kalo gw pepet, bisa kecipratan duit nih!” ucap Nathan menimpali, membuang ampas rokoknya di tempat sampah sampingnya.

“Matre lu ya ternyata.” Hanan menyahut sedikit geli mendengar ucapan temannya.

“Ga matre bro, lebih ke gw suka duid.” jawabnya menangkal perkataan Hanan yang menghela nafas melihat kelakuannya.

“Kalo matre mah bilang aja, ga usah pake kata kata yang lebih halus.” sindir Aksalen, di sambut gelak tawa Hanan. Telinganya panas, ingin rasanya ia pukuli si Nathan itu, tapi Aksalen bisa apa?

Aksalen bahkan mengganti marganya dengan marga yang sama seperti laki laki itu —Rahardika— rasanya ingin sekali ia mengubah marga palsunya agar tidak sama dengan si Nathan.

Anak itu memang senang bercanda dan memberikan jokes khas bapak bapak, mungkin karena dia yang paling tua? Entahlah, sebenarnya umurnya sama seperti Aksalen dan Esha tapi leluconnya sudah seperti bapak bapak usia kepala tiga.

Di saat mereka sedang menghabiskan waktu Aksalen teringat suatu hal yang lupa ia kerjakan, “gua pergi duluan ada urusan.” pamitnya, melangkah turun dari meja.

Mahes melirik, memancarkan raut wajah penasarannya, “urusan apa?”  tanyanya.

“Ga bakal bisa cabut, tenang aja.”

“Iya, mau kemana?”

Sang puan mendengus kesal, Mahes itu memang selalu posesif padanya, pun sebaliknya, “gua mau ke kelas sebentar. Lu pada ga usah pada bubar.” tegasnya, dengan kedua bola matanya yang beralih menatap Mahes.

“Ikut—” 

“—Ga usah ngikut.” ucap mereka berdua bersamaan.

“Lu ikut, kita putus.” lanjutnya, melangkah pergi tanpa peduli jawaban Mahes yang sekarang sedang mencibir tidak jelas.

The Life Of KenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang