16. Aku Boleh Mati, Namun Bukan Disini.

464 43 3
                                    

"Lemah!" Remehnya, dia Kinan.

Kinan meminta kepada ke-2 orang suruhannya, untuk membawa Adara.

"Bawa dia." Setelah ke-2 orang suruhan Kinan memasukkan Adara ke dalam mobil, mereka ikut masuk. Lalu Kinan menjalankan mobilnya ke tempat yang dituju.

Setelah kepergiannya, Rasya dan Gibran merasa bingung. Mengapa Adara tak kembali - kembali? Pikir mereka.

Rasya dan Gibran bangun dari duduknya, secara bersamaan. "Kalian mau kemana?" Tanya Naura.

Gibran dan Rasya saling lirik, "Kita mau cek Adara." Jawab Rasya. Rasya dan Gibran berlalu keluar.

Saat sampai, mereka terkejut saat melihat pintu rumah terbuka. Tidak ada Adara maupun seseorang yang mengetuk pintu tadi.

Gibran berjalan keluar, guna mencari Adara. Saat ia sampai di pos satpam, ternyata satpam tersebut pingsan. Gibran menghampiri, "Pak, pak, bangun pak!"

Setelah beberapa saat, satpam tersebut sadar. "Loh, saya kenapa?"

"Tadi pak Reno pingsan, gak tau kenapa. Pas kita keluar buat liat adara, adara-nya gak ada, terus liat gerbang kebuka lalu cek kesini." Bukan Gibran yang menjawab, melainkan Rasya yang datang secara tiba tiba.

"Terus non adara-nya kemana?"

"Itu yang mau kita tanya, bapak liat adara? Atau tau siapa yang buka gerbang? Kalau adara gak mungkin keluar tanpa izin." Tanya Rasya beruntun.

"Se-inget saya, tadi ada yang masuk sini. Katanya dia temen non adara, yaudah saya kasih masuk. Nah pas mau kembali ke pos, tiba tiba ada yang bekep mulut saya den." Jelas pak Reno.

"Disini ada CCTV-nya?" Tanya Gibran. "Ada," jawab Rasya. "Coba cek,"

Rasya dan Gibran berlalu menuju ruang CCTV untuk men-cek apa yang terjadi.

*****

"AHKK!" Ia mengacak rambutnya frustasi, dia Gibran.

Saat men-cek CCTV di depan, ternyata CCTV tersebut dirusak oleh seseorang.

"Tenang gib, kita cari Adara secepetnya." Ucap Irsyad.

"GIMANA BISA TENANG SYAD!" Gibran menarik kerah baju Irsyad, bersiap menonjok wajah Irsyad. Namun, tangannya ditahan oleh Rasya. Lalu ia mundur 2 langkah, menetralkan rasa marahnya. "Kita cari Adara sekarang!" Tuturnya.

"Kita ikut!" Sahut Naura. "Jangan, kalian diem disini. Udah mau malem, gak baik cewek keluar jam segini." Ucap Rasya.

"Ayo!" Tuturnya, ia berlalu terlebih dahulu.

"Kalian kalau butuh apa apa telpon kita. Makanan udah disiapin sama bi Sumi." Ucap Rasya, lalu menyusul Gibran, diikuti Irsyad di belakang.

"Semoga adara cepet ketemu.." lirih Vio.

"Aminn,"

*****

"Ara, kamu dimana? Jangan buat Giban khawatir."

Gibran memberhentikan motornya, tidak jauh dari rumah Adara. "Permisi bu," sopan Gibran.

"Iya kenapa?"

"Apa Ibu liat mobil hitam keluar dari sana?" Tadi, ia sempat diberitahu oleh tetangga Adara. Namun hanya mobilnya, itupun hanya sekilas.

"Iya, berapa menit yang lalu saya liat mobil hitam keluar dari sana." Jawab ibu ibu tersebut.

"Pergi kearah mana?"

"Tadi kearah sini,"

"Ibu bisa liat nggak ada berapa orang yang masuk kemobil itu? Atau ciri cirinya?" Tanya Gibran.

"Saya lihat, sekitar 3 orang. Satu perempuan, dan 2 laki laki. 2 laki laki itu pake topeng, tapi kalau perempuannya nggak. Tapi tadi kayaknya 2 laki laki itu bawa sesuatu."

"Perempuannya, cirinya gimana?"

"Rambutnya panjang, pendek, terus wajahnya kayak sok imut."

"Kok kayak cirinya Kinan.. apaa jangan jangan.."

"Makasih ya bu, saya permisi."

"Iya sama sama,"

*****

"Gue dimana?" Adara tersadar, ia menatap sekelilingnya. Ruangan kosong, tak terurus. Tak ada lampu disana, hanya sinar matahari yang menembus masuk dari lubang udara.

Tubuhnya terduduk di tengah tengah ruangan tersebut, dengan kursi kayu. Tubuhnya yang terikat rantai disana, sangat kuat. Ia tidak bisa bergerak. Jika ia bergerak, itu akan membuatnya merasa sakit.

Cklekk...

Pintu terbuka, menampilkan perempuan yang ia kenal. Kinan, perempuan itu adalah Kinan. Kinan melangkah masuk dengan senyum meremehkan.

"Lo gak boleh sama gibran, karna gibran itu milik gue. Gue udah biarin lo seneng seneng kemarin, kayaknya itu udah cukup untuk lo buat kenangan terakhir sama temen temen dan keluarga tersayang lo."

"Mau lo apa?" Tanya Adara.

"Awalnya sih mau lo jauhin gibran dan gibran jadi milik gue. Tapi sekarang gue mau lo mati!"

Kinan berjalan mengelilingi Adara, bak orang gila. "Gue awalnya pengen jual lo, tapi kalau gue jual lo, gibran, temen temen, dan keluarga lo bisa temuin lo. Jadi lebih baik lo mati."

"Tapi bukan hari ini gue bunuh lo, tapi besok." Kinan melangkah keluar. "Oh ya, sampai jumpa. Selamat tidur di rumah yang gelap ini, sebelum besok kembali ke sang pencipta."

Pintu tertutup, sekarang tinggal ia sendiri. Di rumah yang gelap tersebut.

"Mama, papa, bang rasya, giban... tolong dara.. dara ga mau mati ditangan kotor Kinan. Dara boleh mati, tapi gak disini. Dan biarin dara liat orang orang tersayang dara dulu.." lirih Adara.

"Dara belum peluk mereka untuk yang terakhir..."

Rumah yang gelap tanpa penerangan, disitulah Adara berada. Siapa yang akan menemukannya disana? Rumah yang tak terurus bertahun tahun, siapa yang akan curiga jika itu tempat Adara berada?

*****

Huaaa akhirnya selesai!
Dikit sih, yang penting dah update. Tunggu kelanjutannya ya! Bentar lagi end!
Jangan lupa vote dan komen!
Jangan lupa ikuti akun ini juga! Bye.

Love Hate Relationship (GIDARA) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang