6. Better than Before

18 3 0
                                    

Tepat saat para wartawan pergi, barulah ekspresi Lyora berubah menjadi murung dan sedih dan hal itu disadari oleh Arsen.

"Kenapa?" Bisik Arsen sedikit khawatir.

"Aku ngerasa bersalah sama Ashraf dirumah"

Bahu Arsen melemas dan wajah khawatirnya terganti menjadi cemberut, namun Arsen dengan cepat merubah mimik wajahnya menjadi tersenyum untuk menyemangati Lyora.

"Gapapa Ashraf ngerti karena hubungan kalian gak dipublish sama kayak kita dulu, ya?" Ujar Arsen menyemangati

"Aku mau pulang ke rumah Ashraf"

Lyora melengos tepat saat tangan Arsen menyentuh bahunya membuat satu tangannya terlepas begitu saja.

"Lukanya gamau diobatin??"

Arsen bertanya dengan sedikit berteriak membuat keduanya jadi pusat perhatian semua rekan kerja dan komandan juga pastinya.

"Gak, aku mau pulang" Balas Lyora tanpa menatap Arsen sedikitpun

Sorot Arsen masih menatap Lyora yang berjalan ke porsche hitamnya dan bantingan pintunya terdengar cukup keras dan bisa menggambarkan betapa kecewa dan sakit hatinya.

"Ada problem kah kalian?"

Arsen menoleh pada rekannya yang hanya mengetahui hubungan kekasih keduanya dan Arsen hanya menggeleng tipis disertai senyuman.

"Biasa, mood cewe" Bohong Arsen

Mobil porsche hitam itu memasuki kawasan mansion elit kediaman Ashraf, kedatangannya disambut sang mertua yang terlihat jelas sangat khawatir terhadap menantu satu-satunya.

"Lyora!!"

Tepat saat Lyora keluar dari mobilnya langsung disambut pelukan erat bunda Ashraf dan terdengar isakan kecil dari mulut sang bunda namun Ahsraf menginterupsi keduanya.

"Bun, udah dong kasian istri Ashraf luka-luka" Tegur Ashraf pelan

Pelukan baru saja terlepas dan Lyora langsung dengan cepat memeluk Ashraf tak kalah eratnya dari sang bunda sebelumnya membuat Ashraf kembali kebingungan.

"Maaf, soal tadi di tv" Ujar Lyora pelan disertai sesegukan

Ashraf kian panik saat mendengar sesegukan keluar dari mulut sang istri, lalu Ashraf menangkup wajah cantik Lyora yang dipenuhi debu, lebam dan luka sayat dipipi kirinya.

"Kok nangis? Gapapa, mas ngerti kok lagian pernikahan kita belum dipublish sayang" Ujar Ashraf sangat lembut

Lyora semakin merasa bersalah terhadap ia yang memaki dan membentak Ashraf tempo hari, membuatnya semakin susah untuk membencinya terus.

Melihat tatapan Ashraf yang benar-benar tulus tanpa adanya kebencian dan sejenisnya membuat isaknya semakin menjadi-jadi.

"Bawa aja nak ke kamar, Lyo pasti butuh istirahat" Nasehat bunda dan diangguki Ashraf

Setelah dikamar, Ashraf membiarkan Lyora menangis sepuasnya sampai istrinya bisa diajak bicara kembali.

"Ashraf" Isak Lyora

"Nangis aja puasin ya, nanti ceritain semuanya oke?" Ucap Ashraf diangguki Lyora

Setelah puas menangis barulah Lyora menceritakan semua kejadian sampai ia memaksa pulang kemari pada Arsen.

"Jadi maunya diobatin gua?" Tanya Ashraf dan diangguki Lyora

"Gue ngerasa bersalah banget sama lo dari semenjak pertemuan pertama kita sampe kemarin" Cicit Lyora merasa bersalah

"Gapapa, gua paham kok kalo lo masih sakit hati tapi perlu diinget kalo gua bakal senantiasa maafin lo dan selalu sayang sama lo sebagai istri gua" Jelas Ashraf lembut

"Tapi soal perasaan, maaf gue belum bisa" Ujar Lyora menunduk

Ashraf memang selalu mengetahui fakta itu dan hanya tersenyum tipis menatap sang istri yang duduk disebelahnya dengan isakan yang masih tersisa.

"Dari awal gua emang salah, jadi gua harus terima kalau lo gabisa bales perasaan gua sampai detik ini" Ucap Ashraf membuat Lyora menatapnya

"Tapi selama apapun waktu yang lo butuhin hati lo buat nerima gua, bakal gua tunggu tanpa adanya batas waktu"

Hati Lyora sangat tersayat mendengar balasan Ashraf yang terdengar lembut nan lirih membuatnya kembali memeluk Ashraf dengan erat.

"Janji akad tetep janji akad sampe kapanpun, meskipun semua orang taunya lo pacar Arsen tapi lo tetep istri gua dimata Tuhan"

Lyora melepas pelukan secara perlahan lalu memberanikan diri menatap Ashraf yang masih senantiasa menatapnya secara tulus.

"Kewajiban gue sebagai istri, nanti gue bakal usahain ngeakhirin hubungan ini sama Arsen" Ucap Lyora membuat Ashraf kaget

"Jangan dipaksa sayang, kalo memang perasaan lo masih tertuju ke Arsen tetep sama dia aja dulu soalnya gua gamau dia jadi pelampiasan gua, biar gua aja yang jadi pelampiasannya"

Sebelum beranjak Ashraf menyempatkan mengecup dahi Lyora lalu berjalan meninggalkan kamar untuk mengambil peralatan p3k serta air hangat dan kain untuk membersihkan luka Lyora.

"Habis ini mau langsung istirahat atau makan dulu" Tawar Ashraf sekembalinya dari luar

"Istirahat deh, badan gue rasanya lemes banget gara-gara tugas tadi" Pinta Lyora dan dibalas usakan lembut dikepalanya

"Kalo perih bilang ya, biar gua pelanin"

Lyora memperhatikan Ashraf membersihkan dan mengobati luka dilengan kanannya terlebih dahulu barulah sekarang bagian pipi kirinya.

Jarak yang cukup dekat membuat tatapan keduanya tak bisa menghindar, sesekali Ashraf menatap mata indah Lyora yang melihat kearah lain.

Belum sempat menutup luka dipipinya, Ashraf menutup pintu membuat Lyora menatap Ashraf kebingungan.

"Gua gamau privasi gua diganggu, apalagi bunda hobi nyelonong" Jelas Ashraf mengetahui tatapan Lyora

Setelahnya Ashraf duduk disebelah Lyora semakin dekat dari sebelumnya dan kembali melanjutkan kegiatan menutup luka dipipi Lyora yang belum tuntas.

Saat Ashraf baru saja selesai mengobati luka Lyora, ia langsung mengecup bibir Lyora dan memberi sedikit lumatan.

Cukup lama mereka melakukan demikian, Ashraf menyudahinya dan meniduri Lyora dikasur kingsize miliknya.

"Tidur disini aja ya" Pinta Ashraf pelan dan Lyora mengangguk

Akhirnya Ashraf merapikan barang-barang sebelumnya dimeja sebelah kasur barulah Ashraf ikut merebahkan badannya disebelah Lyora.

"Sweet dream, my wifey"

Lyora langsung terlelap secara berhadapan, melihat istrinya yang sudah pulas barulah Ashraf menarik selimut hingga pundak Lyora kemudian memeluknya.

"I always loving you forever and ever, sleep well Lyora Magdalena Abigail Sagara"

Disisi lain Arsen menyendiri disebuah tebing batu karang yang menghadap lautan luas dengan arus air yang tenang namun terlihat sangat dalam.

"Laut, kalo emang Lyora bukan takdir gue kenapa hubungan ini masih dipertahanin? Kita belum putus, tapi gue harus menerima fakta kalau dia istri Ashraf,

dia emang first love gue tapi gue sendiri gak yakin bisa lupain hubungan 2 tahun yang bentar lagi mau nginjek 3 tahun.

Laut, kalau memang Ashraf takdirnya Lyora tolong jaga kesayangan gue jangan sampe dia ngerasa sedih sedikitpun dan tolong buat dia ngelupain gue dengan cara yang benar"

Arsen memeluk kedua kaki yang ia lipat dan menenggelamkan wajahnya diantara lututnya dan mulai menangis mengingat momen indah keduanya sebelum kedatangan Ashraf dikehidupannya.

"Jadi, 2 tahun ini gue cuma jagain jodoh orang?"




TBC.

Worst MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang