05.45 AM
Seorang gadis melangkah keluar dari asrama barunya yang berjarak 600 meter dari kantor dan mes miliknya sebelumnya.
Dia adalah Lyora
Gadis itu meregangkan tubuhnya diikuti tarikan nafas panjang menghirup udara pagi yang begitu dingin dan sejuk mendinginkan tubuhnya yang panas akibat kejadian kemarin.
Lyora sengaja meminta pada seluruh atasan divisinya agar tidak memberitahu keberadaannya disini.
Termasuk Arsen sendiri.
Malam tadi tepat kedatangannya kemari, Lyora sendiri yang meminta agar hari ini sampai beberapa hari kedepan selama ia tinggal disini agar diberi tugas kembali, tidak mengapa jika memakan waktu seharian penuh apalagi tugas tersebut sangat berat
Asalkan semua lukanya bisa terobati dengan bergelut dengan penjahat, senjata dan darah seperti sedia kala.
"Selamat pagi Nyonya Lyora" Sapa polwan tetangga disamping kanannya
"Pagi juga, Lyo aja cukup kok" Balas Lyoea disertai kekehan geli
"Gimana hari pertama tinggal disini? Moga betah ya" Ujar polwan lagi disertai senyuman hangat
"Pasti kok, lagian ini cita-cita dari kecil ya gak mungkin saya gak betah dong" Imbuh Lyora tertawa renyah
Lyora disini tengah tertawa geli bersama tetangga barunya sedangkan disisi lain Ashraf masih mengurung dirinya di kamar memeluk bingkai foto pernikahan kemarin yang belum ia lepaskan dari semalam.
"Lyo, pulang please aku kangen"
Seperti itulah ucapan Ashraf yang terus diulang diikuti suara serak dan bergetarnya memeluk erat bingkai indahnya berharap terjadi keajaiban sebentar lagi.
Sedangkan diposisi Arsen, pemuda itu berdiri diambang pintu mes lama milik Lyora yang sudah bersih dan hampa setelah kepindahan sang mantan tadi malam secara mendadak.
"Gara-gara satu orang semua jadi kena termasuk gue yang cuma mantannya disini" Gumamnya pelan menatap hampa ruangan mes yang sudah kosong
Berbeda dengan Hiro yang menyibukkan diri mencari informasi keberadaan Lyora yang benar-benar disembunyikan oleh beberapa pihak, bahkan beberapa wartawan yang menjadi langganan mewawancarainya bahkan tidak mengetahui keberadaan Lyora saat ini.
"Serius gaada yang liat Lyora keluyuran malam itu??"
Keluh Hiro memandangi komputer miliknya memampangkan dokumentasi Lyora beberapa tahun silam saat bertugas
Sedangkan gadis yang dicari tengah sibuk menikmati tugas misi nya tanpa memikirkan ketiga pemuda tersebut yang akan membebani pikirannya lagi.
Namun saat Lyora memutuskan untuk mengatur nafasnya sejenak, sorotnya tak sengaja menatap cincin pernikahan yang masih setia melingkari jari manis kanannya membuat dadanya terasa sesak.
"Ck, ganggu"
Lyora melepas cincin tersebut secara perlahan dari jari manis kanannya lalu ia masukkan ke dalam saku kemeja seragamnya dan tak lupa mengancingnya kembali agar tak jatuh.
Bukan menyayangkan hubungannya, melainkan menyayangkan harga cincin ini jika seandainya hilang atau terjatuh.
Lumayan untuk tambahan kan? Seandainya semua ini usai dan cincin kecil ini bisa ia jual kan?
Pada akhirnya Lyora kembali menuntaskan misinya, sampai dimana handytalky miliknya menyala.
"Sersan Lyora masuk, kalo tugasnya udah selesai tolong ke kantor The Sagara ya disana ada kemalingan dan anda diminta mengawasi perusahaan tersebut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Worst Marriage
Fanfiction[On Going] "Dari awal gua emang salah, jadi gua harus terima kalau lo gabisa bales perasaan gua sampai detik ini"