"Keterlaluan lo! Disaat Lyora udah mulai nerima semuanya, lo malah ketemuan sama tunangan gua!!" Amuk Hiro penuh kekecewaan.
"Gausah sok keras! Perasaan lo ke istri gua dari dulu gak pernah berubah sampe sekarang!! Dikira gua gak cemburu?! Gausah Egois!! Kita impas disini!!"
Hiro memarahi habis-habisan pada Ashraf karena ia mendapat aduan dari Kasya bahwa Ashraf menemuinya secara diam-diam dibelakang Hiro tanpa sepengetahuannya.
"Kalo lo berdua belum beres sama masa lalu gausah sok-sok an jalin hubungan sama orang baru!!" Bentak Kasya menengahi
"Diem dulu! Gausah ikut campur" Tutur Hiro tak sadar membentak Kasya
"Hiro?? Sadar? Lo bentak gue???" Kaget Kasya tak menyangka
"Udah stop! Urusan mempermasalahin dinner entaran aja! Sekarang istri gue masih luntang-lantung gatau dimana!!" Jelas Ashraf menengahi
"Kak Lyora luntang lantung karena lo juga kak!! Gausah salahin Hiro!!" Balas Kasya tak mau kalah
"Pinter, ini baru cewe gua" Puji Hiro
Disisi lain, Arsen tengah berusaha meyakinkan bahwa Ashraf merupakan suami yang tak pantas bagi Lyora dan seharusnya Arsen lah yang mendapatkan posisi itu didalam kehidupan Lyora.
Fyi, Lyora baru saja siuman namun mengigau menyebut nama Ashraf terus menerus dan itu membuat Arsen tidak suka.
"Arsen stop, kita udah jadi mantan dan lo gaboleh egois gini" Bantah Lyora berusaha meyakinkan
"Gak egois gimana? Lo masih gamonin gue kan? Tapi lo masih pertahanin cowo sialan itu demi status lo sama pekerjaan lo?" Tanya Arsen tak mau kalah
"Stop calling him sialan! Ashraf gak seburuk yang lo pikir!!" Potong Lyora mulai emosi
"Lo gausah denial! Dia masih gamonin Kasya!"
Lyora diam membisu saat Arsen berbicara demikian dengan nada yang tinggi dan sepersekian detik barulah Arsen menyadari apa yang ia telah perbuat.
"Lyo..please i'm so sorry"
Tanpa basa basi, gadis itu bangkit seraya mencabut selang infus yang masih menempel di punggung tangan kanannya lalu beranjak meninggalkan kamar Arsen namun pemuda itu dengan cepat menahan tangannya disertai gelengan dan deraian airmata.
"Jangan gini please...let me protect you, kalo kamu diluar sana terus siapa yang perhatiin kamu kalo lagi sakit??" Bujuk Arsen sesegukan kecil
"Lo kaya gini karena kasian aja kan? Bukan atas dasar tulus?"
Lyora menghempaskan genggaman tangan Arsen lalu berjalan meninggalkan kamar sang mantan seraya menyeret koper dengan perubahan raut wajah yang sangat drastis.
Gadis itu memang keras kepala sedari dulu, jadi percuma saja kalau Arsen mencegahnya sedemikian rupa.
Disinilah Lyora berada sekarang
Gadis itu tengah menunggu didepan ruang sang atasan terkait pengunduran diri terhadap dunia kepolisian termasuk intel.
"Semoga cita-cita kamu yang lain bisa tercapai juga ya" Ujar sang atasan seraya menandatangani surat resignnya
"Terimakasih banyak pak"
Setelah berpamitan barulah Lyora mencari tempat tinggal yang tak begitu jauh dari perusahaan miliknya.
Meskipun jaraknya semakin menjauh dari Ashraf, setidaknya ia bisa menyembuhkan lukanya untuk sementara waktu.
Disisi lain, Ashraf dan Hiro tengah diceramahi habis-habisan oleh sang bunda yang mendapat kabar dari Kasya perihal pertengkaran kedua anak mereka serta menantunya itu membuat sang bunda memutuskan pulang ke Indonesia secara langsung tanpa mengabari terlebih dahulu.
"Kalian mikir gak sih bahwa sebenernya Lyora sebatang kara?! Ada Arsen itu karena mantannya aja gak lebih dan bisa kapan aja ninggalin Lyora atau bahkan sebaliknya!"
Keduanya hanya bisa tertunduk merasa bersalah apalagi Ashraf yang amat sangat menyesali perbuatannya yang membuat Lyora angkat kaki dari sini.
Kebetulan televisi ruang tamu masih dalam keadaan menyala tengah menyiarkan sebuah berita live, tak lama berita itu diganti dengan kabar Lyora mengundurkan diri dan mengklarifikasi bahwa hubungan pernikahannya saat ini tengah runyam.
"Lihat! Cita-cita dia dari kecil sampe kandas karena kalian!! Seandainya mendiang kedua orangtuanya masih ada, seperti apa reaksi mereka lihat anak semata wayangnya kaya sekarang?? HAH? Bunda sedari dulu gak pernah ngajarin kalian yang jelek gini ke perempuan, kenapa kalian yang jadi kurang ajar???"
Bunda semakin mengoceh membuat Hiro dan Ashraf tak bisa berkata-kata lagi karena perkataan sang bunda terlalu menyakitkan bagi Ashraf.
Sang suami menatap liputan berita istri yang dicintai tengah diwawancarai dipinggir jalan dengan pakaian yang terakhir ia lihat.
Mata Ashraf menyipit tatkala menangkap sekilas darah dari punggung tangan kanan istrinya yang tengah berusaha ditutupi.
Berbeda dengan Hiro, ia malah sangat menyayangkan gadis secantik, setangguh dan di berbakat Lyora harus terjun dalam hubungan tak diinginkan bersama orang yang salah.
"Maaf, Ashraf baru inget ada urusan ngedadak"
Si bungsu melenggang meninggalkan si sulung dan sang bunda tanpa berbicara lagi, sedangkan bunda berusaha mencegah dan meneriaki nama Ashraf namun si bungsu tetap berjalan menjauh meninggalkan mansion megah itu.
Disinilah Ashraf berada sekarang
Disebuah jalan beraspal luas antah berantah dan tak berujung, lampu hazard dinyalakan namun ia enggan untuk keluar, hanya helaan nafas berat nan panjang yang beberapa kali keluar dari mulutnya.
Satu tangannya masih setia memegang setir serta satu tangan lainnya memijat pelipisnya yang terasa pusing.
"Pernikahan ini emang gak sengaja dan atas dasar keterpaksaan, tapi kenapa mau ngelepasin jadi berat? Harusnya gua bodoamat dong" Pungkasnya bergumam dengan pandangan lurus ke depan
Ashraf kembali memutar memori dimana keduanya tak sengaja bertemu disebuah pesta topeng lalu berlanjut fitting baju dan terakhir momen sakral keduanya yang sangat tak diinginkan pada saat itu.
Tapi entah mengapa, Ashraf begitu sangat ingin mengulang momen sakral itu dan diganti dengan sebuah ketulusan serta rasa sayang, bukan kebencian dan rasa tak peduli.
"Dibiarin gitu aja sakit tapi dilepas bebas juga malah makin sakit, serba salah banget anjg"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Worst Marriage
Fanfiction[On Going] "Dari awal gua emang salah, jadi gua harus terima kalau lo gabisa bales perasaan gua sampai detik ini"