03.14 AM
Lyora membanting badannya ke kasur queensize miliknya dengan posisi telentang dan pakaian yang sudah berganti menjadi seragam tugas dan mulai menangis tersedu-sedu.
"You kill my parent and now you kill my future too!! I really hate you Ashraf but i still loving you!!!"
Dengan posisi masih telentang Lyora menangis meraung-raung tidak berhenti mengingat kembali momen cepat tadi malam saat ia menjalankan misinya.
Memang ia tak perlu memikirkan soal jodoh lagi, tapi Lyora sejujurnya masih belum siap untuk menikah atas janjinya pada kedua orangtuanya tidak akan menikah sebelum memiliki pangkat tinggi.
Paginya Lyora sudah berada diruang kerja pribadi milik Ashraf sebagai permintaan sang bunda untuk membeli semua persiapan untuk pernikahan keduanya yang tak diinginkan diselenggarakan esok hari.
Selama di mall sambil memilih perhiasan, Lyora hanya terdiam dan melamun membuat hati Ashras melihat gadis yang mulai ia cintai tersakiti karena ulahnya sendiri.
"Lyo" Panggil Ashraf lembut seraya memegang bahu Lyora
Lyora hanya mengelak membuat tangan Ashraf terlepas dari bahunya membuat Ashraf semakin sedih dan tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menyembuhkan semua lukanya.
"Ikutin kemauan calon suami saya saja, soalnya saya gak pinter milih" Bohong Lyora tanpa menatap Ashraf
Mendengar ucapan Lyora membuat Ashraf semakin merasa bersalah dan rasanya ingin menangis dibawah kaki Lyora agar dimaafkan.
"Oh baik Nyonya" Ucap spg tersebut lalu menghampiri Ashraf
Setelah memilih perhiasan, kini keduanya beralih pada toko sebelahnya untuk mencari dan mengukur gaun yang Lyora inginkan serta pakaian semi formal untuk Ashraf.
Ashraf hanya berjalan dibelakang Lyora tanpa mengajaknya berbicara karena takut Lyora semakin membencinya, alhasil selama Lyora mengukur gaun saling mendiami tanpa ada salah satu dari mereka yang memulai topik.
Saat Lyora mencoba gaun ketiga, ia menyempatkan melirik pada Ashraf yang duduk diam menunggunya tanpa menyentuh ponselnya sedikitpun.
"Saya ambil ini aja deh mba" Ucap Lyora tersenyum tipis
"Bagus banget pilihannya oh iya selamat atas pernikahannya ya Nyonya Lyora, sekarang ngejalanin misinya engga sendirian lagi deh" Puji spg tersebut tersenyum merekah
"Ah iya makasih banyak pujiannya" Balas Lyora tersenyum getir
"Seandainya dia tahu yang sebenarnya"
☆☆☆☆☆
Malamnya Lyora digedung pernikahan yang sudah dipilihnya sore tadi kini sedang dipasangi vendor sesuai 2 paduan warna kesukaan Lyora dan Ashraf sendiri. Lyora ditemani para MUA yang sudah dibooking tengah diberi henna merah maroon dikedua tangannya sampai akhir pergelangan tangan.
Lyora hanya menatap kosong kedua telapak dan punggung tangannya yang dipenuhi corak indah henna merah maroon yang kini tengah ditempeli manik-manik manis.
"Nyonya, gapapa warnanya membekas sampe 2 minggu kedepan?? Bahkan lebih deh kayanya??" Tanya MUA tersebut memecah lamunan Lyora
"Hah? Oh, gapapa kok kenapa gitu?" Tanya Lyora
"Engga, takutnya ngeganggu fokus nyonya nanti ngejalanin misi" Ucap MUA tersebut membuat Lyora kembali terdiam
"Gapapa kok, gak ganggu sama sekali" Ucap Lyora pelan
Dan hari yang ditunggu pun telah tiba
Dimana hari sakral bagi Ashraf dan Lyora mengucapkan janji akad untuk seumur hidup sampai maut memisahkan yang dihadiri pihak keluarga Ashraf dan beberapa rekan kerja Lyora tanpa dihadiri sejumlah wartawan atas permintaan Lyora sendiri.
"Kini kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri" Ucap sang penghulu tersenyum hangat memandang Ashraf dan Lyora bergantian
Lyora meraih satu tangan Ashraf lalu ia cium punggung tangan pria yang kini sudah sah menjadi suaminya lalu sesaat setelah mencium tangan barulah Ashraf mencium dahi Lyora tanpa melepaskan pegangan tangan mereka.
Saat Ashraf mulai mencium dahinya, kedua mata Lyora perlahan menutup dan mulai belajar menerima semuanya meskipun menurutnya sangat susah.
"Entahlah..."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Worst Marriage
Fanfic[On Going] "Dari awal gua emang salah, jadi gua harus terima kalau lo gabisa bales perasaan gua sampai detik ini"