Mobil milik Arleon tiba dihalaman perusahaan The Magdalena, mata Arleon melebar terpukau melihat perusahaan terbesar kini bangkit kembali dengan tampilan yang sangat modern dari sebelumnya.
"Apa diizinin Bu Lyora gitu??" Ujar sang asisten terbata
"Alah biarin aja" Bantah Arleon keluar dari mobil
Pada akhirnya Arleon berjalan mendahului lalu diikuti asisten dan sekertaris dibelakangnya dengan wajah datarnya.
"Kita mau ketemu bu Lyora" Pinta Arleon to the point.
"Baik pak, kebetulan nyonya Lyora sedang kosong waktunya jadi anda bisa ke ruangannya diantar teman saya" Ujar resepsionis tersebut.
"Tch, nyonya katanya?"
"Oh baik terimakasih"
Salah satu resepsionis yang ditunjuk langsung sigap mendahului ketiganya menuju ruang kerja pribadi milik Lyora.
Tanpa sepengetahuan siapapun Arleon diam-diam mengangkat satu sudut bibirnya membentuk smirk menyeramkan berharap rencana terselubungnya akan kenyataan.
Sesampainya...
"Permisi bu, ada pak Arleon ingin berkunjung"
"Oh? Iya suruh aja masuk"
Hanya mendengar suaranya saja Arleon bisa membayangkan betapa mempesonanya perempuan yang digadang-gadang polisi intel sekaligus CEO perusahaan terbesar apalagi istri dari CEO tampan nan pemilik perusahaan terkaya ke 2.
Saat pintu dibuka oleh resepsionis sebelumnya, mata Arleon langsung tertuju pada perempuan yang sedang fokus pada komputernya memakai seragam polisi miliknya.
Nampaknya perempuan itu baru saja menyelesaikan misi nya, pikir Arleon kurang lebih seperti itu.
"Siang" Sapa Arleon ramah
"Iya siang, silahkan masuk"
Lyora tidak bisa dibodohi semudah itu, ia bisa mengetahui apa yang tidak diketahui orang sekitarnya hanya dengan melakukan kontak mata saja.
"Ga jauh dari mertua! Tamak, egois, otak dangkal, kasar, mata keranjang!"
Lyora sedikit kaget melihat Arleon yang seenaknya duduk dikursi tepat didepan meja kerja miliknya tanpa ia suruh, sedangkan Arleon hanya terkekeh pelan.
"Apa tujuan anda datang kemari?" Tanya Lyora to the point
"Tentu saja melihat anda, tapi kayanya anda gak keliatan bersuami malah cocok gadis deh" Puji Arleon dengan mengangkat satu halisnya
"Bukan waktunya bercanda, tinggal jelaskan saja apa susahnya?" Balas Lyora dengan nada yang mulai terdengar marah
"Saya pengen adain kerjasama kontrak sama kamu cantik, biar saya bisa ngeliat kamu tiap hari" Tambah Arleon lagi
"Bangsat nantangin nih, kita liat sejauh mana tololnya bertahan"
Tanpa sepengetahuan Arleon sendiri, tangan Lyora mengetik nama panjang Arleon yang entah dari mana ia bisa mengetahuinya dan dalam sekejap semua data pribadi milik pemuda dihadapannya sudah ada tangannya.
Bahkan data yang sangat privasi dan bukan untuk konsumsi publik sudah ada ditangannya juga.
"Oke" Singkat Lyora membuat Arleon menganga tak percaya
"Oke? Oke aja???" Tanya Arleon sewot
Lyora menyerahkan 2 surat kerja sama yang sudah ada materainya dan Arleon tinggal menanda tanganinya.
Namun sangat disayangkan, surat kedua langsung ditanda tangan begitu saja tanpa dilihat dan dicek kembali oleh Arleon.
Yang dimana surat itu adalah surat penyerahan diri ke polisi jika seandainya ia melakukan kesalahan fatal.
"Yaudah, nih sekalian nomer gue"
Bahkan bodohnya Arleon, ia menulis nomor hp nya pada laman kosong disurat kedua membuat Lyora melotot tak menyangka.
"Ini mah tololnya kelewatan"
Lyora dengan cepat menarik kedua surat itu lagi dan ia taruh dilaci kerja nya secara tersembunyi.
"Baik, anda besok jam 9 sudah saya tunggu dilobby bawah"
Lyora berucap sembari tangannya mencabut flashdisk yang menempel pada CPU komputer yang entah kapan ia tempel.
Lyora langsung memberikan flashdisk tersebut pada bodyguard yang berada disebelah kanannya yang setia berdiri menjaganya.
"Kasih ke Pak Arsen" Bisik Lyora pelan
"Baik bu"
"Flashdisk apa itu?" Tanya Arleon kepo
"Data diri privasi punya lo, sayang"
"Rekap perkembangan perusahaan, bukan apa-apa kok" Bohong Lyora sambil tersenyum manis
"Oh, btw senyum kamu manis dan bakal tambah manis lagi kalau dibawah saya"
CEKLAK!
"Ulang, ngomong apa tadi"
Lyora langsung menodongkan pistol tepat didahi Arleon yang pelurunya siap melesat kapan saja.
"Jangan lupakan identitas asli saya, disini saya memang seorang CEO pemula tapi saya bisa kapan saja mendapatkan semua data privasi milik anda yang bukan untuk konsumsi publik!" Tegas Lyora memperingati
"Sialan" Umpat Arleon pelan
"Mengumpatlah sepuas anda Tuan Arleon Harvey Dewaangga, semua bacotan anda saya akan beli dengan senang hati" Balas Lyora tersenyum miring.
"Bisa tau darimana nama panjang gue??!" Bentak Arleon emosi karena ketakutan
"Inget ucapan saya sebelumnya ya, jadi kalau anda bertingkah dikit maka semua data milik anda akan tersebar--" Ucap Lyora menggantung ucapannya
"--Di kantor polisi dan pengadilan"
Sorot Arleon menajam menatap Lyora dihadapannya dan dibalas tatapan santai disertai senyuman miring oleh istri Ashraf tersebut.
Bertepatan saat Lyora berdiri, pintu terbuka menampilkan Ashraf yang menenteng beberapa tas belanja dan makanan dikedua tangannya menatap Arleon terkejut.
"Sayang? Sejak kapan dia disini" Kaget Ashraf menatap Arleon tak menyangka
"Belum lama kok"
Lyora berjalan menghampiri Ashraf seraya merangkul lengannya dan menatap Arleon tersenyum puas.
"Let's play the dumbest game, Arleon"
Lalu Lyora menuntun Ashraf untuk segera mendekat pada Arleon dengan rangkulannya yang belum dilepaskan.
"Tuan Arleon Harvey Dewaangga perkenalkan ini suami saya, Ashraf Sagara Kafka dan sayang kenalin ini kolega bisnis aku yang baru" Sanggah Lyora disertai senyuman manis
"Oh? Saya Ashraf suaminya Lyora salam kenal ya Pak Arleon" Balas Ashraf tak kalah ramah
Sedangkan Arleon hanya melihat keduanya hanya tersenyum palsu menutupi rasa emosinya yang membuncah.
"Gue diem malah makin menjadi, sialan" -Arleon
"Ini baru istri gua, logika selalu berjalan dimanapun" -Ashraf
"Ayo marah aja lampiasin aja, soalnya semua data lo ada ditangan gue" -Lyora
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Worst Marriage
Fanfiction[On Going] "Dari awal gua emang salah, jadi gua harus terima kalau lo gabisa bales perasaan gua sampai detik ini"