Chapter 1

4.1K 129 2
                                        

Phuwin masuk keruang kerja pond karena tadi pond menyuruhnya datang kemari.

"Ada apa memanggilku kesini" ucap phuwin malas.

Setalah melihat kejadian tadi hatinya masih sakit namun mencoba bersikap biasa saja.

*Flashback*

Phuwin tengah berbelanja di mall, ia berniat untuk pergi ke Hypermart membeli beberapa kebutuhan rumah dan caffenya (phuwin punya usaha caffe)

Namun saat di eskalator dia ber pas pas an dengan pond yang sedang bersama seorang wanita yang tidak asing bagi phuwin seperti pernah melihatnya.

Perempuan itu mengandeng tangan pond dengan mesra

Mata pond dan phuwin saling bertemu.

Phuwin masih terpaku dan mencerna apa yang di lihat nyata atau tidak.
Sedangkan pond melihat phuwin dengan tatapan yang sulit diartikan.

"apa itu pond? apa aku berhalusinasi yaa?!!" tanya phuwin pada dirinya sendiri

Phuwin mencoba menepuk nepuk pipinya dan berulang kali menengok ke belakang sedangkan orang yang ia lihat malah asyik mengelus elus rambut wanita yang sedang bersamanya

"Ternyata iya, aku tidak berhalusinasi" ucapnya lesu, wajah yang tadi sangat semangat untuk belanja menjadi lesu karena kejadian tersebut.

Setelah itu pond mengirimkan nya pesan untuk menemuinya dirumah tepatnya diruang kerjanya setelah phuwin dan dirinya pulang kerumah.

*flashback off*

"Aku ingin to the point saja padamu. duduklah" ucap pond seraya menunjukan kursi yang ada didepannya.

"Iih katakan sajaa" ucap phuwin masih ngambek.

Pond menghela nafasnya
"Ayo bercerai" kata kata singkat padat dan jelas yang diucapkan pond membuat phuwin sukses terkejut .

"Aku pikir dia akan meminta maaf" batin phuwin

Tanganya yang semula ia lipat didepan dadanya kini langsung ia buka.

"A...pa maksudmu?!!" tanya phuwin suara bergetar mendegar hal yang baru saja pond ucapkan.

Pond mendekat pada phuwin hingga jarak mereka hanya beberapa cm. Pond memegang kedua bahu phuwin dan menatap matanya.

"Aku tidak menyukaimu. Apalagi mencintaimu. Aku!Menikahimu karena kau pintar bekerja dan sangat berarti untuk perusahaanku." ucap pond dengan penekanan, kemudian membalik tubuhnya dan duduk kembali di kursi kerjanya.

"Tapi sekarang aku rasa sudah tak memerlukanmu. Jadi ayo bercerai!" lanjut pond seraya mengeluarkan sebuah surat dari laci meja

phuwin mengerutkan keningnya, matanya mulai berkaca kaca.

Namun sebisa mungkin ia menahan diri untuk tidak menanggis. Menatap surat yang baru diletakan pond dimeja yaitu "Surat Perceraian"

"Aku tidak mengerti semua ini. Apaa maksudnya" ucap phuwin

Pond tersenyum kecil

"Aku memang tidak pernah salah sasaran. Kau memang sangat lugu"

" Biar aku perjelas. Saat lulus kuliah aku dan kak joong langsung bekerja di perusahaan daddy. Saat itu aku akui aku tidak punya keterampilan apapun berbeda dari kak joong yang bisa semua hal. Daddy selalu membandingkan aku dengan kak joong. Aku sangat tidak suka itu. Sampai2 Papa mengancam hanya akan mewariskan semua perusahaan pada kak joong."

" Tapi saat kau datang ke perusahaanku. Aku bisa melihat kau memang berbakat dan aku pikir mungkin kalau aku menikahimu daddy bisa mempercayaiku dan tetap mewariskan perusahaan padaku dan lihatlah aku benar kaan setelah menikahimu daddy mewariskan ku perusahaannya " Lanjut pond panjang lebar seraya tersenyum sumringah.

"Jadi kau ingin menceraikanku setelah mendapatkan warisanmu?" phuwin

"Chaaiiii apa kau masih tidak mengerti haa! kau bisa lihat sendiri tadi kan aku berduaan dengan wanita lain. Asal kau tahu itu pacarku. Mengerti. aaah dasar payah" ucap pond.

" Kena..pa kau melakukan itu padaku pond? aku tidak punya salah apapun padamu" ucapnya phuwin matanya maaih berkaca kaca.

"karena kau lugu dan mudah dibohongi!! sudah mengerti? cepat tanda tangani surat itu" ucap pond seraya menunjuk surat didepannya

phuwin hanya menatap surat tersebut.

"Kau tenang saja aku memberikan saham perusahaan 30% untukmu, kau tidak perlu bekerja keras keuntungannya mampu membiayai satu keluargamu" ucap pond enteng

Phuwin menyeka air matanya, mengambil surat tersebut.

"Cihh sudah kuduga dia akan tertarik" desis pond

SRAAAK

pond membulatkan matanya melihat apa yang baru saja phuwin lakukan.
Ya phuwin merobek surat tersebut dan melemparnya asaal.

"Aku tidak maau bercerai. Kau hiks sangat kurang ajar sekali kenapa kau membohongi ku pond. Ak_" phuwin mengela nafasnya sebentar untuk menenangkan dirinya

"Aku pikir sikap dingin yang selama ini kau tunjukan padaku karena kau marah aku tidak ingin bersetubuh denganmu. Tapi ternyata karena kau tidak menyukaiku dan hanya mempermainkanku" phuwin tertunduk lesu padangannya ia arahkan kemana2 untuk menghindari tatapan pond.

" Yaa itu juga!! aku tidak suka wanita sok suci sepertimu tapi aku tidak heran kau memang orang kampungan. Apa yang kau mengerti tentang pergaulan kota besar"
pond meremehkan

Memang phuwin berasal dari kota kecil dan merantau dikota besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Phuwin melamar di LTO Company yaitu perusahaan milik keluarga pond. Perusahaan multinasional tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar di negaranya.

"Kau pikir saja pria sekaya aku yang dikelilingi banyak wanita cantik. Apakah pantas bersanding dengamu ha! Apa aku harus bilang seperti ini dulu supaya kau sadar"

"Apa kau tidak merasa menjadi parasit disini?!!! Kau lupa saat ini kau tinggal disini akulah membayar semua kebutuhanmu. Makananmu, tempat tinggalmu. Tidak tahu malu"

Lanjutnya lagii

"Kau sudah selesai?" tanya phuwin yang dari tadi sibuk menyeka air matanya.

" Dengar!! kau benar semua yang kau katakan benar.. Asal kau tahu aku sering dihina jadi hinaan seperti tadi tidak ada apa apa bagiku itu biasa sajaa. Terimakasih sudah menjelaskan semuanya, sekarang aku jadi tau sebenarnya seperti apa kau memandangku. Aku permisi" ucapnya kemudian pergi kekamar.

Jadi pond dan phuwin disini pisah kamar dari dulu guys. Dulu alasan pond karena dia ingin tetap punya privasi dan phuwin hanya setuju karena phuwin juga takut satu kamar dengan pria walaupun sudah menikah.

Dikamar phuwin terduduk lemas dilantai dan bersandar dikasurnya.

"Aku pikir nasibku tidak akan sama seperti mae dan papa. Ternyata sama saja bahkan lebih buruk" ucapnya dengan mata yang terus berair.

I Want You To KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang