BERPULANG

173 13 1
                                    

14

Selamat datang di cerita baru saya.

Happy Readinggg!!!

***

Di ruang makan ndalem yang hening, tapi tiba-tiba di sela-sela makan suara ponsel genggam mazaya berdering sangat nyaring, mazaya mendongakan wajahnya saat ia melihat yang menelpon nya adalah polisi.

Mazaya mengangkat telfon dari polisi. "Halo pagi pak, ada apa yhh." ujar mazaya yang sedikit tegang.

"Jadi begini, gus Fattah sudah ditemukan." ujar polisi itu dari sebrang sana.

"Alhamdulillah, terus gimana! mas Fattah tidak apa-apakan"

"Mohon maaf sekali, saudara Fattah sudah tidak bernyawa lagi, ia sudah meninggal ditempat."

Panggilan telpon pun berakhir.

Air mata mazaya lolos dan membasahi pipinya, tangan nya bergegas menangkis air mata yang turun.

Kemudian hafidz lah yang berbicara dan bertanya kepada mazaya terlebih dahulu. "kenapa nak? apakah Fattah baik-baik saja."

"Hmm" mazaya hanya bisa berdehem, ia agak sedikit takut berbicara jujur.

"Gini ba, gus Fattah sudah ditemukan, tapiii...."

"Alhamdulillah, tapi kenapa nak?" ujar hafidz sembari menatap anak perempuannya yang sedang menundukkan kepalanya.

"Mas Fattah bah...." Mazaya menangis kemudian ia bergegas memeluk hafidz.

"Astaghfirullah, kamu tidak sedang bercanda kan." ujar Humaira yang menatap anak perempuannya."


Terus Fattah nya dimana sekarang?" tanya hafidz.

"Katanya lagi mau perjalanan kesini, bah" ujar mazaya yang masih menangis sesenggukan.

"Yah udah abah mau menyuruh santri sini untuk bantu urusin semuanya." ujar hafidz yang berdiri dan beranjak pergi.

"Iyaa bah..."

***

Di pesantren terdengar suara-suara anak pesantren yang sedang membacakan surat yasin, di sana juga ada Kanaya, keluarga panti dan keluarga Fattah.


Kanaya menatap jenazah Fattah yang sudah di baluti kain kafan, jenazah Fattah sebentar lagi akan segera di makamkan.

"Maaf ya gus, gue belum sempat minta maaf, gus Fattah sudah berpulang duluan, tapi nanti gue bakal sering jenguk gus Fattah yah, yang tenang disana." batin Kanaya tak terasa air matanya jatuh, membasahi pipinya.

Mazaya sadar akan hal itu, mazaya segera memeluk tubuh Kanaya karena ia tau bahwa Kanaya sedang menangis.

Mazaya berbisik di telinga Kanaya. "kamu yang sabar ya, Nay, allah lebih sayang mas Fattah, kamu terus doain mas Fattah yah."

"Iya, kak, aku nyesal, aku belum sempat minta maaf sama gus Fattah." ujar Kanaya, Kanaya membalas pelukan mazaya.

"Udah-udah jangan nangis, kasihan mas Fattah kalau kamu nangis kayak gini."

"Habis ini mas Fattah akan segera dimakamkan, kamu ikut aja yahh." ajak mazaya.

"Maaf kak, aku nggak bisa ikut, di panti kayaknya nanti bakal ada tamu."

"Yah udah, nggak apa-apa, kamu jangan sedih terus yah."

"Kak mazaya juga jangan sedih-sedih terus, nanti sering-sering mampir ke panti yah kak"

"Iya insya allah, nay,"

Sebenarnya bukannya ada tamu, tapi ia tidak sanggup menyaksikan pemakaman Fattah, karena ia tau, mazaya pasti akan memaksanya untuk ikut.

***

Setelah pulang dari pesantren ia langsung masuk ke dalam kamarnya, dan mengunci pintu dari dalam.

Terpaksa ibu panti dan pak Hasan membiarkan Kanaya untuk menenangkan dirinya dahulu.

Karena ia tau, betapa terpukulnya gadis itu.

"Gus Fattah... kenapa pergi duluan, meskipun masih ada rasa sakit di dalam hati gue, karena gus Fattah sempat jalan sama perempuan lain, tapi gue nggak ikhlas, gus Fattah pergi duluan ninggalin gue." ujar nya, ia sembari duduk di sebelah tempat tidurnya, ia menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Gus Fattah..."

Setelah menangis Kanaya tertidur, ia tertidur dalam keadaan hatinya yang hancur, ia tak tau harus bersikap bagaimana.

Ibu panti mengetok pintu kamar Kanaya, karena ia sedari tadi belum makan apapun, jadi ibu panti ingin menyuruhnya makan dahulu.

"Nak!"

"Buka pintunya yah, sayang."

"Ini ibu, makan dulu yaa, jangan kayak gini, nanti kamu sakit, kalau begini." ujar ibu panti lagi.

Tak ada jawaban dari dalam kamar Kanaya, ia merasa khawatir, akhirnya ibu panti pun mencari kunci cadangan kamar Kanaya.

Pintu berhasil di buka, ibu panti melihat ke arah Kanaya yang tertidur lelap, tetapi terdengar Kanaya mengigau.

"Assalamualaikum"

Ibu panti mendekat ke arah Kanaya, ia berusaha membangunkan Kanaya.

"Nak! bangun Kanaya, makan dulu yuk." ia sembari menggoyakan tubuh Kanaya, tetapi tubuhnya terlihat lemas, tangan bu panti bergerak memegang dahi Kanaya.

"Astaghfirullah, Kanaya demam tinggi, yaallah ini kenapa." ibu panti panik melihat Kanaya, akhirnya ibu panti keluar kamar dan memanggil pak Hasan.

"Ada apa to buk." ujar pak Hasan melihat Kanaya dan ibu panti bergantian.

"Itu loh pak, Kanaya demam tinggi, apa nggak sebaiknya dibawah ke rumah sakit, di periksain gitu."

"Mau di bawah ke rumah sakit naik apa, gak ada kendaraan."

Ibu panti segera mengambil ponselnya lalu segera menghubungi ustadz Zaidan, ustadz Zaidan lah yang bisa membantunya.

***

Tinggalkan vote and spam komen, sebagai tanda apresiasi dari kalian untuk author.

Follow akun Rizka_arl supaya kalau aku update kalian tau.

Mohon Di Koreksi, Kalau ada Yang typo kalian bisa komen ya guys.

Tambahkan ke perpus biar tau update terbaru dari cerita aku ini.

Selasa, 09 Juli 2024
--Jawa Timur--

About K And Z [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang