BAB 6

26 11 2
                                    

[ HAPPY READING ]

°°°°°°°

- Nyatanya seorang perempuan tidak membutuhkan seorang pencundang untuk di cintainya. Tapi membutuhkan seseorang yang bisa mencintai, menghormati, menghargainya dan tahu bagaimana cara bertindak selayaknya untuk membuktikan semuanya. Sebab perempuan itu bagaikan cermin, ia akan memantulkan apa yang di dapatkan." -

°°°°°°°

Dari pagi sampai pulang sekolah ke-lima perempuan itu terheran melihat temannya yang diam dari pagi. Bahkan gadis itu bolos tidak mengikuti pelajaran.

"Dia kenapa?" Tanya Amel. Tidak biasanya Tiana diam bahkan ngelamun seperti tadi.

Semuanya menggelengkan kepala tidak tahu. Karena semuanya sudah berada di motor masing-masing. Tapi tidak dengan Amel perempuan itu malah mengambil helm hitam milik Tiana sang empunya akan memasangnya ke kepala.

"WOIIII!! KITA DULUAN YA!!" Teriak Landa pamit. Begitupun ke-tiga lainnya Amel mengangguk.

"Amel," cicitnya kaget.

Amel menatap wajah Tiana penuh selidik kebiasaan suka menyembunyikan sesuatu. Jika yang lain tak menyadari maka tidak dengan Amel. " Ada yang lo sembunyi-in."

Bodo amat. Amel tahu melanggar privasi sebagai teman karena terlalu kepo. Tapi apa daya dirinya tidak tahan melihat Tiana bersikap seperti itu. Amel tahu Tiana tipe orang yang sulit untuk bercerita tentang kehidupannya jika bukan kemauannya sendiri.

Menatap langit sebentar Tiana membuang napasnya. Dari banyaknya teman ia percaya akan tentang ini ke Amel. " Tempat biasa bisa?" Ajak Tiana.

Meletakan helm itu kembali Amel berucap." Gue nggak tahu lo kenapa? Tapi gue sadar dari seminggu lo nggak sekolah itu buat sedikit curiga." Ucapnya menepuk pundak Tiana memberikan semangat.

Amel berlari ke arah motornya. Selesai memasang helm di lihatnya begitupun Tiana. Keduanya pergi bersama keluar dari sekolah menuju tempat yang di katakan Tiana.

Karena cuaca tidak terlalu panas dan mendung. Mereka berdua sudah sampai ke bukit yang biasa mereka kunjungi tanpa mengganti seragam sekolah. Sebelumnya Amel dan Tiana mampir ke warung makan membeli nasi bungkus untuk mereka makan ke bukit.

Sambil menatap jalan dan kota mereka makan menikmati seliran angin yang berhembus kencang. "Mel." Sang pemilik nama menoleh ke samping.

Mulutnya mengunyah nasi tapi matanya memandang Tiana. " Lanjutin."

Tiana bimbang sisi lain ia ingin memberi tahu, sisi lain ia ragu takut Amel berpikiran yang tidak-tidak. "Gue nggak suka ngulangin apa yang gue lontarkan."

Amel mengangguk telinganya ia pasang dan menyimak.

Menarik napas di rasa tenang Tiana memulainya."Gue udah nikah."

"Oh.." jawab Amel enteng. Namun tak berselang lama nasi dalam mulutnya tersembur keluar membuatnya batuk.

"APAAAAA!!!" Jika boleh di di deskripsikan. Jika mata manusia bisa keluar mungkin begitu mata Amel sekarang. "Ti!! Bercanda lo nggak lucu."

"Lo udah nikah, kapan, dimana, kenapa? Jangan bilang lo punya dedek bayi," sudah ia duga Amel pasti menyemprotkannya dengan pertanyaan yang menyeleneh.

LOVE IN THE TRAP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang