BAB 14

19 9 0
                                    

[ HAPPY READING ]

°°°°°°°

"Mah!! Kenapa mama suruh Garchio bawa perempuan itu sih?" Berkali-kali mami Arsita membujuk oma Ami untuk tidak mengundang Tiana makan malam bersama. Jika Clara dirinya tak masalah ini malah orang asing.

"Arsi, saya tahu kamu nggak suka sama Tiana. Saya minta kamu jangan menilai orang dari luarnya saja."

"Oke. Kalau gitu aku undang Clara, adilkan mama mengundang Tiana dan aku Clara, kita sama-sama membawa orang lain di acara makan malam bersama dengan keluarga."

Oma Ami menatap menantunya itu yang sudah menghilang dari balik pintu kamarnya. Dengan cara apalagi agar mata menantunya itu terbuka. Clara gadis itu sangat pandai bermain muka, di depan mami Arsita seolah perempuan berperilaku baik. Tapi nyatanya tidak bahkan kata baik terlampau jauh untuknya.
Menutup pintu kamarnya. Oma Ami turun ke bawah, semua anggota keluarga sudah berkumpul terkecuali Garchio dan istrinya. Wanita yang sudah berumur tapi masih kuat dan sehat itu memanggil pembantu di rumah megah, yang sudah berkerja selama 20 tahun.

"Mbak Sasa," art itu berlari kecil menghampiri oma Ami. Dengan celemek melekat pada tubuhnya.

"Iya kenapa nyonya besar?"

"Kamu istirahat ya. Untuk urusan masak makan malam akan saya alihkan sementara kepada orang lain."

"Tapi nyonya, saya nggak enak sama orang-orang di rumah ini. Apalagi nyonya terlalu banyak memberi saya kesempatan untuk beristirahat sejenak seperti ini."

Oma Ami selalu menggantikan art-nya untuk memasak. Katanya bosan bersih keras mbak Sasa melarang tapi majikannya itu selalu mengancam akan memecatnya jika melarang menyentuh alat-alat dapur.

"Nggak papa. Kamu mau buat Garchio sedih liat kamu jatuh sakit lagi mbak."

Mbak Sasa menggeleng cepat. Pernah waktu itu mbak Sasa drop dan orang yang paling sedih adalah Garchio. Bukan apa? Mbak Sasa yang selalu ada untuknya ketika laki-laki itu di asingkan oleh mami-nya. Dan merawatnya ketika sakit, memasak makanan kesukaannya, mengingat untuk makan, dan pulang. Sosok mbak Sasa sangat berarti untuk Garchio setelah oma Ami.

Mendengar nama Garchio mbak Sasa pun menurut mengalah. Ia tidak mau Garchio sedih seperti waktu itu. Garchio memang paling dekat dengan mbak Sasa sedari umur 5 tahun.

Kemana-mana mbak Sasa yang mengganti sosok ibu di saat Garchio tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Tak di pungkiri hatinya ada rasa iri, melihat anak-anak lain begitu mudah mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu.

"Aden Garchio pulang nyonya?"

"Iya mbak," jawab Greyan langsung.

"Katanya masih dalam perjalanan menuju ke sini. Barusan aku telepon Garchio."

"Kenapa papi yang telpon anak itu malah nggak angkat telepon daddy?"

"Papi kan suka basa-basi. Ya Garchio malas dong dad ladenin papi."

Papi Marja menimpuk wajah tampan Greyan dengan bantal di sofa. Sedangkan mbak Sasa terkekeh melihat tingkah random para majikannya. Selama berkerja di kediaman Marja. Mbak Sasa kebutuhannya terpenuhi, ia berkerja dengan majikan yang tidak banyak tuntutan, tidak cerewet lagi.

LOVE IN THE TRAP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang