BAB 8

20 11 1
                                    

[ HAPPY READING ]

°°°°°°

-"Kekuatan pikiran itu benar-benar nyata jika kamu tidak meragukannya. Saat kamu punya keinginan dan kamu yakin bisa mewujudkannya. Maka semesta juga akan membantu untuk menggapainya."-

°°°°°°

Hari ini hari yang tidak menyenangkan bagi Tiana. Dimana semua murid menatapnya aneh. Bagaimana tidak aneh gadis itu memakai kaus kaki beda sebelah, sebelah kanan berwarna putih, sebelah kiri berwarna coklat.

"Sumpah gue risih di liat sama anak-anak lain."

Mata coklat itu menatap Landa tengah mengemil potato rasa barbeque." Lan lo bawa sendalkan?"

"Bawa," jawabnya." Tapi ada di loker Ti."

"Gue ambilin deh lo tunggu ya," Landa langsung berlari kembali ke kelas untuk mengambil sendal.

Sambil menunggu Landa Tiana menatap kearah lapangan. Melihat siswa SMA NEGERI 1 PANCASILA bermain basket. Menumpu tangannya di pembatas koridor Tiana malah memikirkan hal lain dan itu membuat tidak sadar ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Tubuhnya tersentak merasakan sensasi dingin di pipinya sontak Tiana menoleh mendapati Rangga si ketua osis. Tiana langsung menggeserkan tubuhnya sedikit memberi jarak.

"Buat lo," ujar Rangga menyodorkan air mineral. Bukan langsung mengambil Tiana diam menatap boleh di depan. Apa ia harus menolak atau menerima? Tiana tidak bodoh ia tahu bahwa Rangga mempunyai rasa padanya.

Menolak tidak enak di terima seolah tergantung kepada lelaki ini.
Merasa tidak ada jawaban Rangga menarik tangan kanan Tiana ia letakkan botol aqua itu ke telapak tangan gadis di sampingnya."Maaf untuk yang tadi," Kening gadis itu berkerut.

"Lo nggak ada salah Rangga," jawabnya."Jadi nggak perlu minta maaf." Sambungnya salah harus Tiana berterima kasih selama ini Rangga banyak membantu dari kelas 10 di saat orang menatapnya rendah Rangga malah berbeda.

"Ga! Wajar lo hukum gue. Karena gue yang salah datang ke sekolah telat 10 menit."

"Tap--" ucapannya terpotong saat jari telunjuk Tiana menyentuh bibirnya."Syuttt."

Rangga tidak jadi bicara. Netra hitamnya malah asik menatap wajah Tiana yang di jatuhi anak-anak rambut yang terkena angin. Tiana gadis yang tidak sengaja ia tabrak saat berlari karena di kejar preman pasar. Dengan baik Tiana melempar para preman itu dengan batu kerikil supaya pergi tidak mengejarnya. Gadis yang berhasil membuatnya merasakan apa itu suka terhadap seseorang.

Gadis dengan wajah judes, bermulut pedas jika bicara, tingkah yang susah di tebak, sedikit blak-blakan jika melawan orang, berani, pintar, sederhana dan juga sedikit pendiam itu mampu memasuki pikiran dan menciptakan kacau di kepalanya.

"Harusnya gue yang minta maaf Ga," celetuk Tiana menatap lelaki tinggi 180 itu.

"Maaf gue nggak bisa balas perasaan lo."
Dengan senyumnya Rangga mengacak rambut Tiana. "It's so okey! Lo nggak salah, tapi perasaan gue yang salah Ti."

Melihat senyuman manis tercetak jelas membuat hati Tiana melongos. Orang sepertinya di sukai oleh seseorang membuat Tiana terbebani ia tak bohong. Bukan apa, ia merasa bersalah karena tidak bisa membalasnya. Dan apa yang di sukai dari gadis biasa sepertinya.

"Tidak ada perasaan manusia itu yang salah Ga. Yang salah itu waktu dan tempat di mana perasaan itu di tetapkan."

"Menurut gue! Perasaan lo nggak salah karena perasaan muncul tanpa di paksa, cinta datang tanpa aba-aba. Yang salah itu adalah pilihan. Lo tetap milih suka atau nggak! Jika lo milih lo harus siap, terima 2 konsekuensinya. Pertama bisa jadi perasaan lo terbalaskan, yang kedua perasaan lo bertepuk sebelah tangan dan berujung dengan sakit yang tak tertahankan. Dan Lo milih tetap suka atau melepaskan dengan kata lain lo berhenti untuk menyukai karena lo tau suka sama seseorang itu lo sakit, nggak suka sama orang itu tetap sama sakit. Gue pernah di posisi lo Ga, jadi gue tahu rasanya gimana."

LOVE IN THE TRAP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang