22. Train To Yogyakarta

18 0 0
                                    

Happy reading 🌻

Suara Roda memutar bertemu dengan rel memenuhi indra pendengaran seluruh penumpang kereta, namun suara yang memekakkan telinga itu tampaknya tidak menghalangi Alysa untuk tertidur pulas. Rakha manatap wanita di sampingnya, memastikan apa yang dikatakan Gavin kemarin tentangnya itu salah, tentu saja dirinya tidak mungkin menyukai Alysa baginya Alysa hanya teman, tidak lebih dari itu.

Kereta terus berjalan malaju kencang menyurusuri rel, sesekali melewati hentakan kecil hingga menyebabkan kepala Alysa tampak akan berotasi ke arahnya, Rakha lansung menahan kepala Alysa dengan telunjuk tangannya dan mendorong kepala wanita itu kembali ke tempat semula. Untuk saat ini dirinya harus menjaga jarak aman dengan Alysa. Tapi kenapa dirinya harus menjaga jarak?

Kepala Alysa membentur ke arah kaca, membuat pemiliknya terusik hingga membuka matanya. Perlahan mata Alysa terbuka, pandangannya samar karena cahaya terang dari luar jendela menyilaukannya, Alysa mengerjapkan matanya hingga bola mata coklat tampak menyapa matanya saat pertama kali membuka mata. "Kenapa lo ngeliatin gue?"

Rakha menatapnya datar sembari menaikkan satu alisnya. "Tidur lo mangap,"

"Hah? Serius?" Tanya Alysa memastikan, jika jawabannya benar makanya dirinya sangat malu sekarang.

Mata Rakha kembali menajam. "Berisik, diem,"

Alysa menutup rapat mulutnya, hingga suara perut Alysa kembali memecah keheningan."Gue laper," itu kata pertama yang diucapkan wanita itu saat membuka mata.

"Bukan urusan gue," Jawab Rakha cuek.

Alysa mengerucutkan bibirnya, harusnya dirinya tadi tidak perlu repot-repot membuka suara jika mendapat respon buruk. "Yaudah makan batu aja lo," Ucap Alysa sebal.

Rakha tidak menjawab apapun, membiarkan wanita itu pergi ke gerbong makanan untuk mengisi perut. Rakha akan membuktikan jika dugaan Gavin salah, dirinya yakin jantungnya berdebar hanya karena situasi tidak terduga atau tiba-tiba sering terjadi pada keduanya. Benar, Rakha akan membuktikan itu, dirinya tidak mungkin jatuh cinta pada Alysa.

"Lo gak mau makan? Emang gak laper?" Tanya Alysa membuka pembicaraan.

"Gak," Jawab Rakha ketus.

'Sakit gigi apa kebelet kali ni orang ya' Gumam Alysa dalam hatinya.

Kepala Rakha sejak tadi terus berdebat dengan banyak permasalahan yang ada, hingga Alysa kembali ke kursinya membawa air mineral, namun tidak dengan makanannya. Mungkin Alysa sudah makan di gerbong kereta pikirnya.

Mata Alysa kembali melirik sekilas ke sampingnya, pria itu sejak tadi hanya diam tak berkutik hingga kereta yang mereka tuju sampai pada tujuan. Reflek Alysa berdiri lebih dulu mengambil kopernya yang ada diatas. Tinggi Alysa yang setinggi 160cm terasa sulit menggapai kopernya, membuat wanita itu sedikit melompat untuk mendapatkan kopernya.

"Susah banget sih," Ucap Alysa yang masih berusaha meraih kopernya.

Rakha menatap wanita itu khawatir, pria itu bangkit dari kursinya hendak membantu Alysa yang kini mulai terdesak dengan penumpang yang ingin turun, namun kata-kata Gavin kemarin kembali terdengar dikepalanya membuat Rakha mengurungkan niatnya dan lansung berjalan keluar kereta dengan tas ditangannya, meninggalkan Alysa sendiri di stasiun karena pria itu pulang lebih dulu.

Mata Alysa sejak tadi terus mencari kehadiran Rakha sejak keluar kereta, namun nihil, pria itu tidak ada dalam bayangannya. Mungkin Rakha tengah dalam kondisi terdesak pikirnya.

Sejak berada di taksi Alysa terus berpikir apa yang terjadi pada Rakha, pria itu memang menyebalkan dan cuek, namun sejak tadi dirinya merasa ada hal yang berbeda."Rakha kenapa sih? Lagi bete kali ya?" Tanya Alysa pada dirinya sendiri. "Atau dia lagi marah? Marah ke siapa tapi? Apa marah ke gue?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alysa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang