Happy Reading 🌻
Langkah gontai Alysa luruh saat badannya bertemu dengan sofa, tidak banyak yang bisa dikerjakannya hari ini, tapi badan Alysa terasa remuk. Mungkin akar pikiran di otaknya menjalar menjadi rasa lelah hingga ke badannya.
Mungkin bagi beberapa orang urusan cafe itu bukan masalah besar, tapi bagi Alysa cafe itu adalah segalanya.
Tidak lama dari Alysa memejamkan matanya, suara bel kembali mendominasi, membuat si pemilik rumah kembali terjaga. Butuh beberapa detik hingga Alysa menyadarkan kembali kesadarannya.
Dibalik pintu tampak seorang pria yang kini masih setia dengan gips disalah satu tangannya, sementara paper bag di tangan satunya, menunggu seseorang membukan pintunya. Jujur saja, sejak kejadian tadi siang, Rakha terus merasa cemas sekaligus gelisah, pria itu berfikir apa yang harus dilakukannya, tapi di lain sisi dirinya merasa itu bukan salahnya, Rakha hanya mengajak wanita itu makan bersama, walau memang caranya salah.
Setelah menunggu sepersekian detik, pintu terbuka. Memperlihatkan seorang wanita yang tampak baru terjaga dari alam mimpinya. Alysa mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga menyadari kehadiran Rakha di hadapannya.
"Rak?"
Tangan Rakha menyodorkan paperbag yang sejak tadi bergantung di tangannya. "Yang tadi siang, itu salah gue,"
Alysa menerima dengan ragu pemberian Rakha, sepertinya pria itu kini tengah meminta maaf padanya. Alysa reflek mengintip dari celah selotip yang menempel kedua sisi paperbag, sedikit rasa penasaran apa yang ada di dalamnya, mata Alysa jelas menangkap bungkus coklat.
Alysa kembali mendongak, menatap lawan bicaranya. "Ini buat gue?" Rakha mengangguk sebagai jawaban.
"Masuk dulu, gue buatin minum,"
Rakha mengangguk mengiyakan sembari mengikuti langkah Alysa yang masuk ke dalam rumah. Mata Rakha menangkap kue ulang tahun di ruang tamu wanita itu, reflek Rakha menyerngit. Apa wanita itu tengah berulang tahun hari ini?
"Your birthday?" Pertanyaan Rakha membuat Alysa reflek berbalik, kotak kue itu terbuka. Ternyata karena itu Rakha bertanya.
"Bukan, gue beli karena kuenya enak," Jawab Alysa santai sembari melangkah membawakan dua cangkir teh di nampannya.
Mata Rakha melirik ke arah dua cangkir yang masih setia berada di dalam nampan. "Gue bilang mau kopi,"
"Masa sih?" Alysa merasa sejak tadi tidak mendengar jika Rakha mengatakan ingin minum kopi.
Merasa tidak ada gunanya meributkan hal itu, Rakha lansung saja mengambil salah satu cangkir dan meminum teh hangat tersebut.
Rakha mengigit bibir bawahnya, menimbang pertanyaan yang akan dikeluarkan dari mulutnya. Entah kenapa mendadak lidahnya kelu. "Btw jadwal lo kosong gak besok?"
"Besok?" Alysa tampak menimbang beberapa saat. "Biasa aja. Kenapa emang?"
Rakha mengangguk beberapa kali, hatinya seolah lega mendengar jawaban Alysa."Ikut gue besok,"
Alysa menyerngit mendengar jawaban Rakha, tidak biasanya pria itu mengajaknya ke suatu tempat, aneh.
"Mau kemana emang?"
"Besok lo tau," Alysa mengangguk mengiyakan, tidak bertanya lebih lanjut.
Mata Alysa kembali berotasi pada potongan kue yang ada di hadapan mereka. Tangan wanita itu terulur mengambil potongan kue tersebut dan menyodorkannya pada Rakha. "Mau gak lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Alysa (On Going)
Roman pour AdolescentsAlysa tidak lagi jatuh cinta, baginya hal tersebut hanya membuang waktunya saja. Namun siapa sangka jika takdir ternyata merestui mereka. "Jangan jatuh cinta sama gue," "Tapi gue mau," Sepasang teman Sma yang kini kembali berjumpa di yogyakarta, beb...