Happy reading 🌻
Jam menunjukkan pukul 12 siang, hari ini Rakha mendapat jadwal terbang pukul 14:00. Pria itu kini tengah mengancing kemeja dan memakai dasi dongkernya, tidak lupa menyematkan aksesoris yang biasa di pakai pilot di seragamnya.
Seperti rutinitasnya di setiap hari dan akibat kekurangan tidur, Rakha mengesap kopi dan sesekali melirik kearah luar dari balkonnya. Pandangan Rakha jatuh pada mobil milik tetangganya, ternyata Alysa belum berangkat ke cafe.
"Tumben,"
Mungkin wanita itu juga kini tengah menikmati waktu istirahat yang tidak di dapatkannya semalam.
Setelah 15 menit menikmati kopinya, Rakha beranjak dari posisinya, menyimpan gelas kopi di wastafel, dan mengambil kunci mobilnya di atas meja, pergerakannya terhenti saat sorot mata Rakha jatuh pada benda yang seharusnya diberikan pada seseorang semalam.
Rakha berdiri di samping gerbang rumahnya, menunggu seseorang keluar. Tapi sudah 15 menit tidak ada tanda-tanda pemilik rumah itu akan keluar.
Kaki Rakha yang mulai pegal membuatnya menyandarkan badannya di tembok, dengan kedua tangannya tenggelam di dalam saku celananya.
Dua menit berlalu hingga suara mobil Alysa yang baru dihidupkan terdengar, Rakha reflek menegakkan badannya kembali. Menunggu wanita itu keluar.
Kaca mobil Alysa perlahan turun, karena melihat kehadiran Rakha yang menatap kearah rumahnya, Alysa pikir pria itu menunggunya.
"Ngapain lo disitu?"
Tangan Rakha merogoh sakunya, melemparkan sesuatu yang mendarat tepat di kursi penumpang di sebelah Alysa.
Alysa mengergit, mengambil apa yamg dilempar Rakha tadi."Ini apa?"
Dari keempat benda yang di sangkut menjadi satu Alysa hanya mengenali satu saja, yaitu pisau selebihnya dirinya tidak tau.
"Mata lo buta?"
Langkah Rakha mendekati mobil Alysa, membukanya, menarik barang pemberiannya di tangan Alysa dengan kasar. "Ini semprotan lada dan cabe," Rakha beralih ke sesuatu yang berbentuk persegi. "Ini kejut listrik," Dan yang terakhir Rakha menunjukkan "ini alarm kalo dalam keadan bahaya.
Alysa mengangguk mengerti, ternyata itu semua adalah peralatan yang dapat membuatnya aman. Tindakan Rakha siang ini sedikit membuatnya terharu.
"Gue gak ada malem ini, jaga diri lo sendiri," Ucap Rakha sembari melemparkan kembali barang yang diberikannya. Rakha terulur membuka pintu mobil Alysa dan keluar dari sana.
"Perbangan kemana hari ini?"
"Aceh,"
Bola mata Alysa berninar saat Rakha menyebutkan nama daerah itu, dulu Alysa pernah menemani orang tuanya untuk urusan kantor ke Aceh, mengingat pemandangan pantainya yang luar biasa membuat siapapun pasti akan merindukannya.
"Seriusan? Gue mau dong foto pantainya, pantai di sana keren tau,"
"Memori gue penuh,"
Bibir Alysa mengerucut."Pelit lubang idung lo sempit,"
Pandangan Alysa jatuh pada sosok asing yang kini berdiri di dalam pos satpam rumah Rakha. Rasanya dirinya belum pernah melihat orang itu sebelumnya. "Siapa?" Tanya Alysa sembari menunjuk kearah pos satpam.
Badan Rakha reflek berbalik ke belakang, melihat sosok yang di maksud. "Satpam baru, takut lo maling,"
Mata Alysa memutar malas, bahkan pria itu takjub melihat wifi rumahnya, Alysa bisa membayangkan jika mungkin isi rumah Rakha jauh lebih menyedihkan darinya. "Kenapa? Lo punya wifi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alysa (On Going)
أدب المراهقينAlysa tidak lagi jatuh cinta, baginya hal tersebut hanya membuang waktunya saja. Namun siapa sangka jika takdir ternyata merestui mereka. "Jangan jatuh cinta sama gue," "Tapi gue mau," Sepasang teman Sma yang kini kembali berjumpa di yogyakarta, beb...