Chapter 16: Harapan

1.1K 87 17
                                    

Flashback

Onel berlari ke rumah sakit dengan napas terengah-engah, hatinya penuh dengan kecemasan. Sesampainya di UGD, dia melihat Gita terbaring dengan luka parah. Darah mengalir dari beberapa bagian tubuhnya, dan wajahnya pucat tak berdaya.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Onel dengan suara gemetar, berusaha menahan tangisnya.

Dokter menatapnya dengan serius. "Kami sedang berusaha yang terbaik. Keadaannya kritis, kami harus segera melakukan tindakan."

Onel menggenggam tangan Gita yang dingin, air matanya jatuh. "Gita, bertahanlah. Lo harus kuat."

Gita hanya bisa mengeluarkan suara lemah, matanya setengah terbuka. "Onel... tolong..."

Onel mencoba meredakan tangisannya, menyadari bahwa dia harus menghubungi orang lain untuk mendapatkan dukungan. Dia merogoh ponselnya dan menelpon kekasihnya, Indah.

"Indah, aku di rumah sakit. Gita kecelakaan, keadaannya parah. Aku butuh kamu di sini sekarang," kata Onel dengan suara yang penuh dengan kecemasan.

Indah menjawab dengan nada panik. "Ya Tuhan, Onel. Aku segera ke sana. Kamu di rumah sakit mana?"

Onel memberikan alamat rumah sakit dengan cepat. "Cepat, Indah. Aku nggak tahu harus gimana lagi."

Setelah menutup telepon, Onel kembali fokus pada Gita, menggenggam tangannya dengan erat. "Lo harus bertahan, Gita. Kami semua di sini buat lo."

Sesampainya Indah di rumah sakit, ia bergegas masuk dan segera menemui Onel yang tampak lemah terduduk di kursi tunggu. Wajah Onel terlihat sangat tertekan, dengan mata yang merah dan bengkak karena menangis.

"Sayang!" panggil Indah dengan suara cemas, menghampirinya dengan cepat. "Apa yang terjadi? Gimana keadaannya?"

Onel mengangkat wajahnya yang lelah dan menatap Indah dengan mata penuh kesedihan. "Dia masih di dalam, dokter bilang keadaannya kritis. Aku nggak tau harus gimana."

Indah duduk di sebelah Onel dan memegang tangannya, mencoba memberikan kekuatan. "Dimana orang tuanya? Kamu tau Gita kecelakaan darimana?"

Onel menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku dapet info di sosmed. Pas banget waktu itu aku lagi buka-buka info kota ini, eh tiba-tiba liat postingan tentang orang  kecelakaan yang mirip Gita, postingannya semenit yang lalu aku liat. Disitu ak mikir semenit, motornya, platnya, semua sama. Dan ternyata benar, itu Gita."

Indah menatap Onel dengan rasa kaget dan prihatin. "Oh Tuhan... kamu udah kasih tahu orang tuanya?"

Onel menggeleng pelan. "Belum. Aku langsung ke sini begitu tahu itu Gita. Aku nggak sempat kasih tahu siapa-siapa."

Indah mengangguk, lalu berkata dengan tegas. "Aku yang bakalan kasih tau mereka. Kamu tetap di sini untuk Gita. Dia butuh kamu sekarang."

Onel menatap Indah dengan rasa terima kasih yg mendalam. "Thanks, sayang. Aku beneran nggak tau apa yang harus aku lakuin tanpa kamu."

Indah tersenyum samar, mencoba memberikan kekuatan kepada Onel. "Kita akan hadapi ini bersama. Sekarang aku mau hubungi orang tuanya Gita dulu."

Indah segera mengambil ponselnya dan mulai mencari kontak orang tua Gita, sementara Onel tetap duduk dengan hati yang dipenuhi kekhawatiran. Di dalam hatinya, dia berdoa agar Gita bisa melewati semua ini dengan selamat.

When We Were 18 (Gitkath) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang