|| PROLOG

154 91 10
                                    

Pavel azregas, seorang ateisme yang menyukai seorang lelaki berstatus sebagai kekasihnya. Entah apa yang ia pikirkan sampai melakukan semua itu dan memasuku dunia pelangi sejak usianya beranjak 16 tahun sampai usianya yang sekarang 20 tahun.

Namun jangan salah, dahulu ia adalah seorang lelaki yang sangat hangat serta perhatian kepada satu wanita yang ia cintai tetapi sikap nya yang hangat dan selalu menerima semua hal yang ada pada diri wanita itu malah disia siakan oleh sang wanita dan akhirnya mereka berdua memutuskan hubungannya.

Dari situ lah pavel memutuskan untuk memasuki dunia pelangi dan bertemu dengan seorang lelaki dengan paras yang dapat didefinisikan cantik dan tampan, entah mengapa pavel bisa tertarik pun ia berpikir hanya kebetulan.

"Avel ini gimana sih ngerjainnya, iel ga ngerti." gerutu biel mengacak acak rambutnya frustasi.

Nabiel argatama, lelaki yang dapat dikatakan ateisme seperti pavel azregas. Ia adalah pengidap penyakit autoimun saat usianya menginjak 8 tahun sampai sekarang, dirinya bertahan karna selalu kontrol di dokter pribadinya.

"I can't even do it like that, I'm really anxious." ledek pavel mengacak acak rambut nabiel yang duduk di hadapannya.

"Ya lagian iel ga suka pelajaran matematika malah di masukin ke kelas mathematics, sialan." cibir nabiel yang terus menggerutu, dirinya memang tidak terlalu menguasai dunia matematika seperti pavel karna dirinya lebih suka biologi atau fisika.

"Makanya belajar, udah sini avel bantu ngerjain." final pavel yang langsung bangkit dari tempat duduknya lalu duduk di samping nabiel duduk.

Lelaki itu mengajari nabiel dengan telaten dan tenang, tutur kata yang lembut membuat nabiel terkagum kepada satu lelaki yang tengah duduk disampingnya.

Tak sengaja ada seorang wanita yang melihat mereka dan menyunggingkan senyuman nakalnya, ia menoleh ke sekitar dan mengendap endap menghampiri pavel dan nabiel yang tengah fokus belajar.

"SEMBUNYI!! ADA GEMPA BUMI!" teriaknya sambil mengguncang kursi mereka berdua seolah terjadi gempa bumi sungguhan.

Mereka berdua yang tengah fokus langsung tersentak dan refleks bersembunyi di bawah meja sambil menutupi pucuk kepala mereka dengan kedua tangan.

Pelaku yang kini tengah melihat mereka berdua bersembunyi di bawah meja akhirnya meluapkan tawanya sambil menatap remeh kedua lelaki tersebut.

"Heh lu berdua ngapain hah? mau aja di kibulin." ucapnya yang masih terus tertawa yang kini malah makin kencang.

"GAVYAAA SIALAN LU GAV!" teriak nabiel sambil keluar dari meja disusul dengan pavel.

Gavya asveryana, gadis cantik dengan rambut se punggung yang selalu di gerai indah setiap harinya. Ia merupakan salah satu teman dekat pavel dan nabiel dan ya... bisa dilihat bukan kejahilannya kepada dua lelaki itu seperti komedi bagi nya

"Bokem sialan, jauh jauh lu hus hus hus." cibir pavel mengode ngode gavya untuk pergi, ganggu banget njing.

"Dih sape lu main ngusir, gila seorang kanjeng gav-" ucapan gadis itu terhenti karna nabiel membungkam mulut itu dengan telapak tangannya.

"El? kalo udah ngga mau hidup bilang el, ntar gue telepon malaikat izroil kok." ucap gadis itu dengan senyuman yang terlihat bukan senyuman manis melainkan senyuman... mematikannya.

"Bodoamat, serah lu." cibir nabiel memutar bola matanya malas.

"Lu berdua berduaan disini ngga ada yang curiga? bisa di nikahin lu berdua." celetuk gavya, ia mengambil kursi untuk duduk di hadapan kedua lelaki itu.

"Nikahin juga gapapa." gumam pavel yang pura-pura memfokuskan dirinya kepada buku tugas mathematics milik nabiel.

"HAH?! BUDEG NIH GUE?! APA TADI PEL?!" kelakar gadis berambut hitam tersebut dengan tatapan kurang bersahabatnya.

"Malu banget gue lu ada disini, serasa bawa pasien rumah sakit jiwa yang kabur." pelan pavel agar dirinya tidak kena semprot lagi. Dasar nenek gentong.

"Diem atau gue gampar mulut lu pel, gue kesel banget njir sama si gerald." sungut gavya melipat kedua tangannya di depan dada.

Gerald merupakan kekasih gavya, mereka telah menjalin hubungan 3 tahun lamanya dan seringkali berkelahi karna gerald yang selalu saja membuat gavya merasa di duakan.

"Why? putus?" tanya nabiel melirik sekilas ke arah gavya.

"Dia tidur di rumah temen lamanya seminggu." cibir gavya yang masih tersulut emosi, baru saja mood nya membaik karna menjahili kedua temannya malah teringat pacarnya yang tidak pernah bisa dibilang pacar. Sialan.

"Anjir, wleowleo ngga?" tanya nabiel dengan sangat serius menatap lekat gadis itu.

"Iell, ngomongnya." lerai pavel hanya dibalas tawaan kecil.

"Peace avell." ucap nabiel mengacungkan jari yang berbentuk "V"

"Lah lu kenapa kaga ngelabrak cewenya njir, ciri-ciri
pelakor itu gav." ucap nabiel.

"Ngelabrak? ih bukan gue banget anjay, mending ngerespon semua cowok yang masih deketin gue." balas gavya.

Gavya merupakan anak yang friendly kepada semua lelaki terutama kepada lelaki yang sering sekali mendekatinya, menurutnya jika pacarnya saja bisa bercanda gurau dengan wanita lain tanpa memedulikan hati nya mengapa dirinya harus setia?

"Gini nih kalo cewek prenli pacaran sama cowok prenli, yang ada saling selingkuh." ungkap pavel.

"Heh gue koreksi dikit ya nyet, gue ngerespon bukan selingkuh. Masih mending gue ngga nginep dirumah cowok kaya si gerald." pungkas gavya.

"Udah biarin aja biarin, dibilangin batu nih anak vell." ucap nabiel.

"Yeuu dasar belok." sindir gavya mendapat pelototan dari nabiel.

"BEUHH KOK OMONGANNYA BIKIN GUE TERJENGKANG YA MET." gertak nabiel yang seolah bersiap membogem gadis itu yang terlihat hanya menampilkan ledekan.

"Iell duduk, nyata kan?" ucapan pavel menuaikan gelak tawa dari gavya sampai memukul mukul meja.

"JUJUR BANGET ANJIR" seru nya yang masih terus tertawa.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.

Deja vu [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang