Chapter 13. Advise

13 6 0
                                    

"Lady Schneider?"

Marie bertemu lagi dengan Adeline La Rochelle di Kompleks Solstice. Merupakan suatu kebetulan mereka bertemu tepat di depan ruangan berkonsultasi. Sepertinya Adeline barusaja berbicara dengan Priest di ruang konsultasi. Melihat Adeline menatapnya lekat seperti berbicara padanya membuatnya mengurungkan niatnya untuk masuk. Akhirnya, kedua gadis itu duduk di bangku taman di wilayah timur Kompleks Solstice.

"Selamat siang, Lady Schneider. Semoga Tuhan memberkati Anda."

"Semoga Tuhan memberkatimu juga."

"Bagaimana kabarmu, Lady Schneider?" Adeline membuka pembicaraannya Marie.

"Saya baik. Bagaimana kabarmu, Marie? Suatu kebetulan yang menyenangkan berjumpa dengan Lady Schneider disini. Kita belum bertemu lagi pertemuan di kediaman La Rochelle. Apakah Lady berkenan kalau kita berbincang-bincang?"

"Tentu saja saya dengan senang hati berbincang dengan Anda."

"Bagaimana kabarmu, Marie? Apakah sudah menemukan kemana hatimu berlabuh?"

"Saya belum menemukannya, Lady. Ah, sejujurnya sifat saya juga begitu berpengaruh terhadap perjodohan ini. Saya tidak tahu bagaimana caranya menjaga agar obrolan dapat berjalan dengan baik. Bagaimana caranya melakukan variasi kegiatan yang menyenangkan dan akan meningkatkan hubungan?"

"Lady, menurut saya, jadilah diri sendiri."

Ada jeda sebentar sebelum Marie bertanya dengan wajah tidak mengerti, "ya?"

"Jadilah dirimu sendiri, Lady. Bagaimana ya, mengatakannya. Setiap orang pasti memiliki tipenya dan kecocokannya. Ketika kamu sudah bertemu dengan orang tersebut, pastilah kamu akan langsung merasa terhubung dengannya."

Marie mengangguk dan menyimpannya untuk sekarang karena ia juga tidak mengerti bagaimana mengimplementasikannya. Lalu, ia terpikirkan hal lain yang lebih penting.

"Jika kamu sudah menemukan orang yang cocok denganmu tersebut, apakah kamu akan segera melamarnya?"

"Ya! Erm, sebenarnya terlalu cepat untuk melamarnya menjadi pasangan seumur hidup. Kamu dapat memulainya dengan berkencan terlebih dahulu."

"Ah, ya seperti itu rupanya. Adeline, aku ingin bertanya padamu walaupun mungkin ini terdengar sedikit asing. Jika terdapat perbedaan kedudukan, apakah kamu ingin berusaha terlebih dahulu mengembangkan dirimu, atau mengikat orang tersebut dalam hubungan. Terkadang aku merasa kurang pantas untuk orang lain sehingga aku ingin memperbaiki diriku terlebih dahulu lalu setelahnya akan mengajaknya berkencan. Akan tetapi, jika aku melakukan hal itu, aku takut..."

"Takut kehilangan karena dia sudah menjadi milik yang lain?"

"Y-Ya seperti itu... " Marie mengangguk pelan karena merasa malu.

"Lady Schneider, apakah kamu sadar kalau kamu sedang bercerita mengenai kisah percintaanmu sendiri?" Adeline terkikik geli.

"Apa!?" Marie berdiri dari tempatnya karena begitu terkejut. Kedua matanya membola dan ia merasakan rasa malu naik ke sekujur tubuhnya. Ia menutup wajahnya dan merasakan wajahnya memanas.

"Lady bercerita dengan sudut pandangmu, bukan orang lain. Lady begitu menggemaskan." Adeline tertawa.

Marie segera duduk disamping Adeline lalu memegang tangannya dengan ekspresi memohon. Marie merutuki dirinya yang begitu ceroboh. Ia berharap Adeline dapat menjaga rapat obrolan mereka pertemuan ini. "Lady, tolong jangan beritahu siapapun—"

Ketika Marie berkedip, ia melihat bahwa suasana sekelilingnya sudah berbeda.

Marie memperhatikan sekelilingnya dan menyadari bahwa ia berada di perpustakaan di wastu Schneider. Marie mengenali bentuk dan susunan rak buku yang berada di ruangan tersebut. Ia juga langsung terbiasa dengan aroma kayu familiar yang sudah menjadi kesehariannya. Marie melirik ke dinding diatas perapian terdapat figura foto keluarga Schneider.

A Seer's Beyond SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang