Chapter 3. Scent

21 10 2
                                    

Melihat kilasan kehidupan Putra Marquess tersebut membuat Marie merasa terkejut bercampur jijik. Ia berusaha mempertahankan ekspresi ceria sambil menarik tangannya. Akan tetapi, tangannya sedikit bergetar sehingga ia menyenggol vas bunga yang berada di tengah meja. Oleh karena perbuatan tiba-tiba tersebut, vas bunga tersebut terjatuh dan menimbulkan bunyi yang menarik perhatian. Marie menatap nanar atas kecerobohan yang terjadi karena melihat penglihatan tersebut.

"Lady!"

Seruan Henri yang terkejut dan tiba-tiba membuat Marie ditarik kembali ke kenyataan. Vas bunga terjatuh dan masih berada di atas meja, tetapi bunganya keluar dan air dari vas membasahi meja. Marie merasa malu dan panik menyergap dirinya. Ia ingin membereskan kekacauan itu, tapi pikirannya tidak dapat memproses apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu.

"Maaf Lady, kami akan membereskannya." Sebuah suara menyapanya dan menyadarkan pikirannya yang sempat bingung. Ia melihat seorang pria yang mengambil vas dan bunga dan seorang lagi menyeka permukaan meja yang basah.

Perhatian Marie teralihkan karena menghirup sebuah aroma. Aroma yang segar, seperti campuran citrus dan floral. Ia mendapati pria yang mengambil vas dan bunga tersebutlah yang menarik perhatiannya. Marie tidak sadar kalau ia terus memaku pandangannya pada pria tersebut sampai ia pergi.

"Lady Schneider, apakah kamu baik-baik saja?" Henri bertanya dengan nada khawatir padanya. Ia tampak ingin menenangkannya dengan menyentuh tangannya, tapi ia yakin Marie pasti tidak akan suka.

"Ah, iya?" Marie sedikit terkesiap karena tidak siaga akan keadaan di sekitarnya. Ia menghela napasnya panjang.

"Lady, maafkan saya karena saya sudah menyentuh Anda tanpa seizin Anda. Saya menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Karena kesalahan saya, saya merasa bersalah dan Lady pasti tidak nyaman. Apakah Lady masih ingin melanjutkannya?"

"Saya juga memohon maaf kepada Anda karena bersikap seperti itu dan sangat ceroboh. Kita bisa melanjutkannya saja kalau Tuan tidak keberatan."

"Tentusaja saya tidak keberatan. Ah, lihat vasnya sudah dirapikan, tidak perlu khawatir."

Marie menghidu aroma menenangkan itu lagi. Ia melihat bahwa itu adalah pria yang mengambil vas dan bunga tadi. Ketika dilihat dari dekat, Marie dapat melihat rambut gelapnya yang sewarna hitam gelap seperti indigo dan menangkap bahwa pria itu memiliki bulu mata yang panjang. Wanginya terus menguar dan menyenangkan indera Marie sehingga tidak sadar bahwa perhatiannya begitu terpusat padanya.

Terkadang orang dapat merasakan tatapan yang tertuju kepada diri mereka dan pria tersebut juga merasakannya. Apalagi ketika ditatap begitu lama hingga membuat penasaran ingin melihat pelakunya juga. Pria pria itu refleks melirik ke arah Marie dan gelombang keterkejutan terjadi ketika mereka berdua saling beradu pandang.

Dengan cepat pria tersebut mengalihkan lagi tatapannya dan segera menyelesaikan pekerjaannya Dapat terlihat tubuhnya yang berubah menjadi lebih tegang dan gerakannya lebih cepat. Tanpa berkata apapun, pria tersebut menunduk lalu kembali ke ruangan lain dibelakang perpustakaan. Aromanya yang segar sempat tertinggal dan mengisi di ruang memori Marie. Henri menyadari arah tatapan Marie dan ia pura-pura batuk agar merebut kembali perhatian Marie.

"Maaf, apakah My Lord mengatakan sesuatu?" taya Marie.

"Tidak, tidak. Lady tampak terdistraksi beberapa kali ini. Apakah ada hal yang mengganggu Lady?"

"Ah, tidak ada. Hanya saja, My Lord. Adik saya akan pulang dari perburuannya. Apakah kita bisa pulang lebih awal?"

"Baik, kalau itu keinginan Lady. Izinkan saya mengantar Lady sampai ke kediaman Lady dan memastikan Lady sampai dengan selamat."

A Seer's Beyond SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang