Begitu Marie mengamati wajahnya dengan jelas, ia membeku karena mengenali sosoknya. Pria berambut indigo dan bermata biru yang membuatnya penasaran selama ini adalah putra dari Priest Gereja Solstice. Ia benar-benar tidak menyangka hal ini dapat terjadi. Perasaannya sungguh campur aduk sekarang. Ia merasa senang karena dapat bertemu kembali dan berkenalan dengannya, tetapi ia juga tidak dapat menahan rasa malu yang menyerangnya karena kejadian lalu.
Marie ingin menatap ke matanya secara langsung, tapi ia tidak bisa melakukannya dan hanya fokus pada Priest Théodore. Ia tidak tahu apa yang dapat menyebabkannya seperti ini karena belum pernah mengalaminya.
"Lady, apakah ada masalah?" Priest tersebut terlampau peka akan gerak-gerik Marie yang asing, tetapi ia tidak dapat membaca perubahan tersebut.
"Ah, aku baik-baik saja, Tuan."
"Baik, Lady. Sebelum kita berbicara, perkenankan saya untuk mempersiapkan ruangannya terlebih dahulu. Kami baru saja kedatangan tamu dan belum mempersiapkannya untuk Anda." Ia menoleh kepada putranya dan tersenyum, "Janvier, tolong temani Lady Schneider berkeliling. Bunga Mawar Sharon baru saja mekar dan Lady pasti suka."
Priest Théodore memohon izin untuk merapikan ruangan yang biasa digunakan oleh pria itu ketika orang-orang bercerita padanya. Kini tinggallah Marie bersama dengan pemuda yang bernama Janvier Théodore. Suasana sangat canggung, seperti dua orang pendiam dan pemalu disatukan bersama pada saat pertama kali bertemu.
Marie juga menyimpan keterkejutan dalam hatinya. Siapa sangka lelaki yang ingin ia kejar ternyata adalah anak dari Priest di wilayahnya? Bukankah hal ini merupakan keuntungan baginya, terlebih aturan tidak tertulis di Soverain mengecualikan Priest dalam larangan hubungan diluar bangsawan. Artinya, Marie yang merupakan anak Count dapat menikah dengan Janvier yang merupakan anak Priest dan dapat mengumumkan status mereka tanpa bersembunyi.
Marie juga ingat bahwa Archbishop di Ibu Kota Aurillac memiliki nama belakang Théodore. Marie mulai berpikir apakah Archbishop tersebut adalah keluarga Janvier. Hal itu merupakan poin plus yang dapat mendukung pernikahan mereka. Marie jadi semakin salah tingkah membayangkannya, tapi ia segera mengusir pikiran yang terlalu jauh tersebut dari benaknya.
"Apakah Lady Schneider ingin berkeliling?" Pemuda itu bertanya pada Marie dan mau tak mau, Marie harus menatap ke arahnya.
Ketika Marie menengadah, tatapannya bertemu dengan Janvier yang juga menatap ke arahnya. Saat itu Marie hanya bisa melihat potongan model rambut dan warnanya yang sangat gelap, membuat Marie penasaran akan wajahnya. Sekarang, Marie dapat melihat dengan jelas visualnya yang menyilaukan mata.
Berbanding terbalik dengan rambutnya yang biru gelap, iris mata Janvier berwarna biru langit, nyaris pucat bila ia menghadap ke sumber cahaya. Alisnya terlukis dengan bagus, Marie menyukainya dibandingkan alisnya sendiri. Hidungnya mancung dan memiliki bibir tipis berwarna merah muda pucat. Hal yang menarik perhatian Marie selanjutnya adalah bulu matanya yang panjang dan lentik membungkus matanya.
Ia lebih tinggi dan lebih langsing bila dibandingkan dengan Marie. Potongan pakaian berupa kemeja satin putih dan celana hitam dengan pinggang yang tinggi seperti ini entah mengapa sangat menunjang penampilannya. Terutama samar-samar Marie dapat menghidu aroma wewangian tersebut karena hembusan angin di sekitar mereka. Marie menebak bahwa itu adalah aroma chypre, gabungan citrus dan floral yang manis.
Sekarang, Marie merasa bersyukur karena melihat penampilan lelaki yang dicarinya dengan jelas. Ia sejujurnya cukup bingung dan penasaran dengan kombinasi fitur yang dimiliki oleh Janvier. Rambut hitam dan mata biru bukanlah fitur umum yang dimiliki oleh masyarakat Soverain sehingga ia berpikir apakah Janvier berasal dari luar atau memiliki orang tua antar ras. Marie juga baru pertama kali menjumpai orang yang memiliki fitur seperti ini dan ia menemukannya sebagai sesuatu yang menarik dan cantik.
"Lady?" tanya Janvier lagi.
"Ah, maafkan aku. Bagaimana kalau kita disini dan mengobrol saja?" tanya Marie dan pemuda itu menyetujuinya.
"Aku baru tahu bahwa kamu anak dari Priest Théodore," Marie membuka pembicaraan.
"Saya jarang pulang bersama Ayahanda dan tinggal di rumah sendiri, Lady. Sehingga mungkin, selain ibadah dan perayaan rutin, saya memang saling tidak pernah bertemu dengan Anda."
"Mengapa tidak tinggal bersama Priest Théodore? Lalu, aku sempat melihatmu beberapa kali di Restoran Auvergnat beberapa waktu lalu dan terakhir kita bertemu aku bertanya mengenai hidangan unggulan di restoran itu. Apa kamu memiliki pekerjaan tetap disana?"
"Ya, Lady. Saya adalah seorang scribe sejak lama dan senang bekerja di perpustakaan itu. Saya juga di beberapa kesempatan bekerja untuk Auvergnat,"jelas Janvier.
"Mengapa tidak meneruskan seperti ayahmu Priest Théodore, yang menjadi Priest?"
"Mengenai hal itu, saya tidak berminat. Ayahanda memang pernah menyuruh saya menjadi Priest karena saya memang penurut dan tidak macam-macam katanya. Saya sebenarnya tidak masalah dengan hal itu, saya juga ingin mengikuti keyakinan ini dengan baik. Akan tetapi, menjadi pengurus Gereja membuat kita berurusan dengan orang lain. Saya tidak siap untuk itu, terlebih kakak saya mengatakan bahwa saya selalu menerima saja ketika orang meminta kepada saya dan itulah sifat buruk saya," jelas Janvier panjang lebar.
"Karena sifat saya yang buruk dengan orang-orang, saya memilih berkutat dengan dokumen. S-Saya juga suka dengan sastra sehingga menggarap buku sendiri." Janvier entah mengapa merasa gugup menceritakan minatnya seperti ini, apalagi di hadapan seorang Lady. Akan tetapi, entah mengapa ia begitu lancar menceritakannya.
Janvier menceritakannya dengan lancar tanpa berpikir panjang. Akan tetapi, Janvier merasa terlalu banyak berbicara karena sadar akan keterdiaman Marie, "M-Maaf, Lady, saya terlalu banyak bicara dan membuat Lady harus mendengarkan omong kosong saya."
Marie tersenyum hangat, "saya sama sekali tidak merasa hal itu sebagai omong kosong. Saya pikir kamu juga hebat memiliki kesukaan dan impian seperti itu. Tuan juga memulai semuanya dari awal, tetapi memikirkan semuanya. Saya berharap, kamu dapat meraih impian dan rencanamu itu, ya."
Janvier terpaku mendengar respon Marie terhadap dirinya. Ini bukan respon baik pertama kalinya untuknya, tapi entah mengapa menciptakan perasaaan menyenangkan tiap kali mendengarnya. Janvier juga baru menyadari fitur wajah Lady Schneider saat ini. Marie memiliki alis yang tebal dan bulu mata panjang membungkus iris mata cokelat kastanye. Rambut cokelat kemerahannya sepanjang pinggangnya dibiarkan tergerai dan membentuk ombak. Rambutnya terbelah di tengah dan terdapat potongan pendek yang menutupi telinga. Di musim semi dengan intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu terik serta berlatar bunga, potret Marie Schneider tampak sangat indah.
"Ceritakan lagi bagaimana tentang dirimu dan keluargamu. Keluarga saya sering ke Gereja ini, tapi kami tidak tahu terlalu banyak mengenainya. Saya juga sebetulnya baru tahu kalau Priest Théodore memiliki anak. Tuan Janvier juga memiliki kakak, ya?"
"Ah, benar. Banyak juga yang mengira ayahanda tidak memiliki anak. Mungkin karena Ayahanda juga mengasuh banyak anak setiap waktu sehingga menganggap semuanya adalah anaknya. Padahal ayahanda memiliki dua anak, walaupun—" Janvier menjeda kata-katanya, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia menelannya kembali. Ia melirik Maria sekilas dan menjadi tenang karena Maria tidak menunjukkan reaksi apapun.
tbc.
***
Arggghh pusinkk. Aktivitas rl membuatku jdi hjjdhdhdjdka. Aku ga bebas mengetik di laptop dan ku jg tidak bisa berlama2 dengan hp. Draftku jg udh habis jdi butuh waktu lbh bnyk untuk publikasikannyyy. Semoga aku tetap selamat sampai akhirr event ini 🌺🌺
++ aku baru tahu mawar sharon itu beneran ada?? dan dia ada jg di kota referensiku jd kumasukkanlaa. plus, ada kaitannya di kepercayaan Kristen (kupikir cm ambil arti bunganya ajj 🙏) oya, meskipun ini berlatar Gereja dengan klerusnya tp aku gk berpusat di kepercayaannya, jd jangan tkut membacanya. ilmuku jg msh cetek utk menulis cerita kerohanian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Seer's Beyond Sight
RomanceMarie Lise Schneider dapat melihat cuplikan masa lalu dan masa depan dengan menyentuh orang atau benda yang memiliki kenangan. Kemampuan tersebut membuatnya dapat melihat sikap kaum adam yang tidak sesuai dengan tipenya serta masa depannya yang sura...