Chapter. 8 Beautiful

14 5 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama dari minggu itu sehingga Marie dan keluarganya melakukan peribadatan di Solstice. Terdapat tiga bangunan yang berada di Kompleks Solstice. Satu gedung besar berada di tengah merupakan gedung utama tempat ibadah berlangsung. Gedung kecil di arah timur merupakan ruangan kantor bagi Priest dan para Deacon dan pelayan lainnya. Di gedung tersebut berlangsungnya rapat, pertemuan antar pelayan Gereja atau ruang berkonsultasi. Gedung di sebelah barat merupakan gedung tempat anak-anak beribadah dan belajar.

Untuk pertama kalinya, Marie tidak fokus dalam melakukan persekutuan. Pikirannya berkelana dan tidak sabar melihat Janvier. Meskipun Janvier sudah mengatakan bahwa ia tidak tinggal bersama ayahnya di kompleks ini, ini adalah hari yang dikuduskan. Janvier pasti akan pulang dan mengikuti kegiatan peribadatan ini.

Ketika saatnya kembali, Marie melihat Janvier didepan gedung tempat anak-anak melakukan ibadah. Oleh masyarakat, gedung tersebut disebut dengan Sekolah Kecil. Anak-anak melakukan ibadah yang berbeda dengan orang dewasa karena metode pendekatan dan pengajaran yang dilakukan juga berbeda.

"Kakak akan pergi kesana. Jika kakak terlalu lama, kalian dapat kembali terlebih dahulu." Marie berpesan pada Lucille sehingga mereka tidak bingung mencarinya.

"Siapa yang ingin kakak temui?" tanya Lucille dan Marie meresponnya dengan senyuman.

***

"Halo, Tuan, Anda sedang apa?"

"Astaga!"

Janvier memang terlihat sangat fokus melihat isi dalam ruangan Sekolah Kecil sehingga ia terpanajat karena begitu terkejut saat mendengar suara Marie. Ia bahkan mengelus dadanya dan mengatur napasnya untuk menetralkan dirinya.

"Maafkan saya. Tuan begitu terkejut, ya?"

"A-Ah Lady Schneider, tidak apa-apa. Lady ada urusan apa—apakah ada yang Lady ingin lakukan kemari?"

"Tidak ada. Saya hanya melihat Tuan yang berdiri di depan ruangan ini dan membuatku penasaran. Apa yang Tuan lakukan disini?"

"Saya sedang melihat anak-anak kecil yang bersiap untuk pulang, Lady. Para Deacon dan pelayan lainnya sedang membagikan bingkisan makanan kecil untuk mereka. Saya senang melihat ekspresi dan ungkapan antusias dari mereka," jelas Janvier.

"Hmm..." Marie maju sedikit dan mengintip suasana ruangan tersebut dari luar. Ia melihat bagaimana setiap anak duduk manis dan dengan gembira menanti bingkisan makanan yang disebutkan Janvier. Ada yang langsung memakannya dan ada yang menyimpannya. Marie melirik Janvier yang juga tampaknya sangat senang dan ada sedikit guratan rasa bangga diwajahnya.

"Makanan itu dibuat oleh Tuan Janvier, ya?" tebak Marie.

"E-Eh bagaimana Lady bisa mengetahuinya!? M-Maksud saya, mengapa Lady bisa berpikir seperti itu?"

Marie juga menjadi terkejut mendengarnya. "Wah, padahal saya hanya asal menebak saya." Kemudian,  Marie terkekeh pelan karena gemas melihat ekspresi yang ditunjukkan Janvier. "Akan tetapi, ekspresi Tuan seperti mengatakan yang sebenarnya. Seperti tidak hanya senang dengan ekspresi anak-anak, tetapi juga karena ikut andil pada prosesnya."

"Benarkah!?"

"Ssst, suara Tuan kedengaran keras, loh." Marie memperingtakan Janvier yang tampak lebih vokal dari biasanya.

Namun, yang dikhawatirkan malah terjadi. Suara suara Janvier terdengar keras sehingga membuat anak-anak yang berada didalam menjadi memperhatikan Janvier. Salah satu Deacon yang berada disana merasa senang dan juga terkejut.

"Ternyata Tuan Janvier sedang bersama Lady Schneider. Saya ucapkan salam untuk Lady Schneider, semoga Tuan memberkati Anda!"

"Terima kasih atas salamnya. Saya kebetulan disini karena melihat Tuan Janvier yang sedang mengintip anak-anak disini. Ternyata ia ingin tahu bagaimana reaksi anak-anak tentang pemberian masakannya."

A Seer's Beyond SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang