Perkataan Janvier bahwa ia jarang berada di Solstice memanglah benar. Marie mencoba mengunjungi Solstice di hari lain selain hari peribadatan, tetapi hanya ada Priest Théodore yang selalu menyambutnya dengan senyuman.
"Janvier jarang berada di bersama saya, My Lady. Mulai pagi hari ia akan menulis di Scrivener bersama dengan scribe lainnya. Hanya saja, tempat seperti itu terlalu sederhana untuk dikunjungi Lady seperti Anda. Lady bisa mengunjungi Janvier di lantai dua Auvergnat setelah senja. Tidak hanya kaum bangsawan, para scribe juga sering mengunjunginya" Priest Théodore menjelaskan setelah beberapa kali ia mengunjungi Solstice.
Mendengar hal tersebut, Marie merasa panas menjalari wajahnya. Marie merasa Priest Théodore mengetahui niatnya bahkan saat ia belum mengutarakannya.
Marie mengunjungi Auvergnat seorang diri dan memerintah pelayannya menunggu diluar. Mengingat perkataan Priest Théodore, Marie menyapu pandangannya ke seluruh sudut lantai dua Auvergnat.
Selain kaum darah biru dengan busana gaun malam dan tuxedo mereka, terdapat beberapa pria yang berpakaian berbeda. Mereka mengenakan balutan mantel panjang atau bahkan scribe asosiasi Gereja yang mengenakan tunik panjang. Mereka semua memiliki gerakan dan postur yang hampir sama. Menunduk untuk menulis dan membaca, ditemani lampu meja kuning sebagai tambahan pelita, meski Auvergnat lebih terang dibandingkan ruang kerja mereka.
"Selamat malam, Tuan Janvier Théodore," Marie menyapanya ketika melihat Janvier tengah menulis. Sepertinya ia sedang menyalin sebuah buku, sekilas terlihat dari hasil tulisan yang sama dengan buku panduannya.
"Lady Schneider?" Janvier berjengit dan sepertinya kehadiran Marie begitu mengejutkannya. Matanya melihat ke sekeliling lalu dengan sigap menarik kursi untuk mempersilakan Marie duduk.
"Saya kebetulan melakukan makan malam di Auvergnat, lalu melihat-lihat sebentar disini."
"Ah, begitu rupanya."
"Bagaimana kabar Anda, Tuan? Saya sempat mencari Anda di Solstice pada hari biasa, tapi tidak menemukan Tuan disana," basa-basi Marie kepada Janvier.
"Ia mengatakan bahwa mulai pagi Anda bekerja di Scrivener dan selanjutnya ada disini. Saya sudah mendengarnya dari Anda, tapi saya mencobanya dan memang tidak mendapatkan hasil."
"Terima kasih, saya baik-baik saja. Apa yang dikatakan oleh Ayahanda memang benar, Lady. Kami para Scribe secara umum bekerja di Scrivener. Namun, itu juga tergantung pada tingkat kerahasiaan dokumen yang dikerjakan. Apabila dokumennya bersifat rahasia dan penting, kami tidak menulisnya di Scrivener," jelas Janvier.
"Tuan Janvier adalah seorang scribe, benar, kan? Apakah Tuan Janvier sedang menulis? Apakah Tuan juga menulis untuk Gereja?"
"Ya, saya menulis dan menyalin dokumen untuk Gereja, tetapi tidak terbatas untuk Gereja saja. Saya juga bekerja untuk instansi lainnya, seperti untuk restoran ini," jawab Janvier.
"Wah, benarkah itu? Itu berarti Tuan berbakat. Menulis untuk instansi dengan latar belakang yang berbeda itu membutuhkan pengetahuan dan kosa kata yang luas, kan?"
"Saya masih pemula, Lady. Saya tidak berbakat seperti scribe lainnya."
"Jangan terlalu merendah, Tuan. Mungkin saja suatu saat Tuan bisa menjadi seorang scribe berbakat dan terkenal seperti Sir Matthias Beaufoy."
"Lady, Sir Matthias Beaufoy sungguh scribe yang sangat berbakat, saya mengagumi beliau. Akan tetapi, tidak berani memiliki impian untuk menjadi seperti beliau karena sepertinya sangat mustahil."
"Jangan merendah seperti itu, Tuan. Saya percaya bahwa Tuan akan menjadi scribe yang hebat dan dapat meraih impian, Tuan. Saya juga pasti akan mendukung Tuan. " Marie memberikan senyumnya yang paling manis pada Janvier.
Janvier tertegun melihat senyum yang diberikan untuknya. Lalu, ia merasakan jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Ia belum pernah merasakan hal ini. Janvier juga tidak tahu alasannya, tapi yang jelas ini bukan karena seorang bangsawan yang bersikap baik padanya.
"S-Saya minta maaf karena tidak menyajikan apapun pada Anda. Apakah Lady berkenan jika saya pergi memesankan hidangan untuk Anda?"
Janvier segera mengganti topik pembicaraan karena tidak tahan dengan kondisi jantungnya bila tetap berdiam.Akan tetapi, kacaunya degup jantungnya membuat malah perutnya mulas ketika Marie menjawabnya masih dengan senyuman yang sama dan tatapan yang menembus netranya. "Pesankan saya hidangan yang menjadi kesukaan Tuan Janvier, untukku dan untukmu. Aku ingin mengetahui bagaimana selera Tuan. Mungkin saja kita memiliki selera yang sama."
"Bagaimana, Tuan Janvier Théodore?" Suara Marie menyadarkannya.
"B-Baiklah saya akan memesannya. Saya harap Lady akan menyukainya!" Janvier langsung memanggil pelayan untuk membuat pesanan.
Marie memang merasa bahwa ia memiliki inisiatif yang tinggi untuk membuka pembicaraan dengan Janvier. Ia juga menunjukkan minat yang tinggi pada lelaki tersebut.
Marie menyadari tatapan gugup Janvier selama mereka makan. Ketika ia merasakan tatapan Janvier mengarah kepadanya, Marie akan membalas tatapannya dan membuat Janvier terkejut dan malu.
Marie yang pertama kali merasakan ketertarikan sehingga ingin terus berinteraksi dan Janvier yang mudah tersipu dan canggung karena bercengkrama dengan nona bangsawan. Marie merasa ini adalah awalan yang bagus.
"Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tuan Janvier, saya senang berbincang dengan Anda."
"Saya juga merasa terhormat dapat berbicara dengan Anda. Izinkan saya mengantar Anda sampai ke kereta Anda, My Lady." Janvier menawarkan untuk menemani Marie.
Ia melihat lengan Janvier yang terulur padanya supaya Marie dapat menggandengnya. Melihat itu, Marie merasa terpikirkan sesuatu. Marie berbalik membelakangi Janvier lalu melepas sarung tangannya. Marie mematap telapak tangannya sebelum mengaitkan lengannya ke lengan Janvier.
"Tolong berikan tangan Tuan yang lain," pinta Marie.
Walaupun bingung, Janvier tetap menyodorkan tangan kirinya pada Marie. Marie menggenggamnya selama beberapa saat dan wajah berkerutnya membuat Janvier khawatir.
'Mengapa tidak terjadi apapun? Apakah ini karena tubuhku sedang lemah? Apakah Janvier memiliki penghalang sehingga kemampuan tidak bekerja?' pikir Marie.
Marie kembali dari pemikirannya dan melihat tatapan Janvier yang tidak pernah lepas darinya. Melihatnya seperti itu membuat Marie tersenyum menenangkan.
"Tidak apa-apa. Saya hanya melihat apakah tangan Anda kosong saja. Mari kita pergi, Tuan."
Marie dan Janvier beranjak keluar dari Auvergnat. Janvier mengantar Marie sampai di kereta kudanya. Janvier yang mengecup punggung tangannya membuat Marie ingin terbang dan berteriak.
Marie baru pertama kali mengalami hal seperti ini dan membuat Marie tertarik untuk mendekati Janvier. Ia merasa nyaman berbincang dengannya dan merasa ingin akrab dengannya. Apalagi setelah menemukan anomali kemampuannya yang membuatnya penasaran.
"Apakah ada hal yang terjadi, kak?" Seperti biasa, adiknya Lucille sangat peka dengan perubahan sikap kakaknya itu. Marie merasa heran mengapa adiknya bisa selalu bertanya di saat-saat yang baik seperti ini.
"Adikku, kamu melihat perubahanku, bukan? Apakah menurutmu aku harus mencoba mengejar kabar baik tersebut?" tanya Marie.
"Tentusaja, kak! Aku menantikan kabar baik tersebut. Aku akan mendukung kakak!"
Dengan dukungan adiknya seperti ini, Marie semakin semangat untuk mengunjungi Auvergnat.
***
Gimana caranya menulis adegan romantis?? Aku agak susah memikirkannya. -_-
Semoga ini enggak aneh, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Seer's Beyond Sight
RomanceMarie Lise Schneider dapat melihat cuplikan masa lalu dan masa depan dengan menyentuh orang atau benda yang memiliki kenangan. Kemampuan tersebut membuatnya dapat melihat sikap kaum adam yang tidak sesuai dengan tipenya serta masa depannya yang sura...