BAB 15 < Resmi Berpacaran >

206 109 21
                                    

Lantas mana yang lebih dingin? Hujan yang disertai angin atau harapan tuk bersama yang hanya sebatas ingin
____________________________________________
♡♡♡

Lantas mana yang lebih dingin? Hujan yang disertai angin atau harapan tuk bersama yang hanya sebatas ingin____________________________________________♡♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keesokan harinya Zeyya terbangun lebih dulu. Sekarang jam 08.00, Untung hari ini hari weekend. Zeyya melihat tangan Narren yang memeluknya dan Narren masih tertidur pulas. Zeyya mengulum senyum tipis, setelahnya Zeyya berusaha menyingkirkan tangan Narren tanpa membangunkan sang empu. Zeyya pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan keluar menuju dapur.

Saat sampai dapur Zeyya melihat Bunda Yuna sedang di meja makan sedang meminum teh.

"Loh Bunda udah pulang dari luar kota? Kapan?" Tanya Zeyya.

"Oh kamu sudah bangun. Semalem Bunda baru pulang waktu kamu udah tidur. Gimana? Nyenyak ya tidurnya sambil pelukan?" Goda bunda.

"Bun..." Zeyya terkejut sekaligus malu.

"Hahaha udah udah, sini kita sarapan aja" ajak Bunda.

Zeyya melihat bibi sedang memasak didapur

"Bunda, Zeyya bantuin bibi dulu ya"

Zeyya pergi ke dapur menghampiri bibi.

"Bibi, ada yang bisa Zeyya bantu?" Tanya Zeyya sambil tersenyum.

"Eh Non, gak usah. Non Zeyya tunggu aja ya" tolak bibi.

"Bibi maah" rengek Zeyya dengan bibir melengkung ke bawah.

"Aduh Non haha. Ya sudah kalo gak keberatan Non Zeyya bantu bibi potong sayuran aja ya" putus bibi.

"Siiiaaapp" semangat Zeyya.

Bunda Yuna dan Bibi tertawa kecil melihat tingkah Zeyya. Bunda Yuna pergi meninggalkan Zeyya dan Bibi di dapur, setelahnya Narren datang ke dapur langsung memeluk Zeyya dari belakang.

"Ren, lepasin ih gak liat gue lagi apa? Malu sama bibi ih" Protes Zeyya.

"Biarin aja" tolak Narren yang malah menumpuk dagunya di bahu Zeyya.

"BUNDAAA LIAT NI ANAK BUJANG GANGGUIN ZEYYA MULU" Teriak Zeyya.

Belum sedetik keterkejutan Narren, tiba-tiba telinganya di tarik oleh sang bunda membuat pelukannya ke Zeyya terlepas.

"Bun, bunda Uda pulang?" Kaget Narren menatap sang bunda.

"Iya kenapa? Mentang-mentang gak ada Bunda, kesempatan kamu ya nempel-nempel sama Zeyya" protes bunda Yuna sambil terus menarik telinga Narren.

Zeyya dan Bibi hanya tertawa. Bunda menarik Narren ke kursi meja makan.

"Duduk situ jangan gangguin Zeyya" ucap bunda setelah melepaskan tangannya dari telinga Narren.

Narren duduk sambil mengusap-usap telinganya yang tadi ditarik bunda nya.
Beberapa menit kemudian sarapan pun jadi, dan mereka makan bersama.

"Zey" panggil Bunda Yuna.

WONDERWALL [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang