Part Seventeenth

191 89 101
                                    

"Na, please. Aku bisa jelasin semuanya," mohon gadis berambut pendek merah mengkilap di hadapan Danah. 

Ya, siapa lagi kalau bukan Mio?

Ia baru saja mengganti warna rambut cokelatnya menjadi merah sejak dua hari yang lalu. 

Berbicara mengenai dua hari yang lalu, Mio terus-menerus memohon di hadapan Danah dengan segala kalimat manisnya. 

Manik cokelat kehitaman Danah tidak menghiraukannya. Ya, bagaimana tidak kesal? Mio tidak memberi tahu Danah bahwa laki-laki yang datang ke rumahnya dua hari yang lalu bukan Haikal, tetapi Liam. 

Ya, mesin cucinya sekarang sudah benar berkat anak Teknik Mesin yang sering membuatnya kesal itu, tetapi tetap saja, Mio seharusnya memberi aba-aba terlebih dahulu pada Danah. 

Gadis berjilbab hitam itu menghela napas. "Iya, Mi, udah aku maafin, kok. Enggak mungkin juga aku marah soal beginian. It's okay," ujar Danah, tangannya menyentuh tangan Mio dengan lembut. 

Kedua alis Mio membentuk huruf V terbalik. Bibirnya ia majukan beberapa senti. "Iya, Na, I promise I'll tell you - or even text you! Next time, okay?" 

Manik cokelat kehitaman Danah refleks memelototi Mio bak silet. "There will be no next time, Mi," kecamnya. 

Mio menelan salivanya. Buru-buru kepala gadis berambut merah itu ia anggukan. 

Danah memutar bola matanya. "Anyway, let's talk about somethin' else?" pintanya. 

Mendengar perkataan Danah, mata Mio sekejap membulat dan seolah-olah mengeluarkan percikan. Gadis itu menganggukkan kepalanya beberapa kali. 

"Did I tell you about Samuel's dramatic apology yet?" tanya Mio. 

Danah menaikkan satu alisnya. Samuel? Oh, ya, beberapa hari yang lalu, mereka sempat bertengkar perkara perempuan lain yang snapgram-nya disukai anak Elektro tersebut. 

"Not yet. Go for it, Mi," balas Danah seraya menyeruput es tes manisnya. 

Dari detik itu juga, bibir Mio tidak berhenti terbuka. Ia mengisahkan permintaan maaf Samuel kepadanya melalui berbagai cara mulai dari membawakan bunga mawar sebesar kontainer, tiga martabak cokelat Pecenongan, transfer uang sebesar delapan juta, membelikan kebutuhan skincare Mio, sampai akhirnya, ia datang ke rumah gadis yang lahir di bulan Mei itu sebanyak empat kali dan untuk ketukan pintu keempat kalinya, laki-laki itu baru diperbolehkan masuk ke dalam singgasana Sang Ratu. 

Danah tidak tahu apakah ia ingin tertawa atau menangis karena setelah mendengar ujian Samuel barusan, gadis itu yakin bahwa laki-laki itu pasti merasa tersiksa dan ... sangat kaya. 

Wow

Alih-alih fokus terhadap sikap Mio yang menuntut untuk selalu dimengerti, Danah ingin tahu di mana tempat Samuel bekerja paruh waktu atau bahkan membuka bisnis sendiri sehingga ia dapat mempunyai uang sebanyak itu. 

"And then I was like he's such a sweet guy, you know? Karena dia, tuh, ngelakuin apapun demi aku, Na. Like for real though, even Raka enggak pernah yang se-royal ini. He's cute, right?" ujar Mio seraya memainkan rambut merahnya. 

Danah hanya dapat tersenyum tipis melihat sohibnya itu sudah bahagia dengan keadaan, tetapi ia juga merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dan belum dilakukan Mio dengan Samuel. 

"Kamu sama dia udah ngomong soal yang kemarin, Mi?" tanya Danah. 

Jari-jari Mio bergerak menyelipkan sehelai rambut di balik telinganya. Matanya menghindari tatapan mata Danah. Bibirnya maju beberapa senti. "Ya, gitu, deh, Na. In the end, we never really talk about it, tapi enggak apa-apa, sih. I mean, he's giving me so much already, right?" balasnya seraya tersenyum. 

DahliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang